Judul : Gardenia [COMPLETED]
18+
Sinopsis :
________________________________
"Dasar gila."
"Dasar julid!"
"Cih, anak kecil kek kamu tau apa hah?"
"Anak kecil? Mas, gini-gini Rasi udah mau umur 19 loh yaa. Enak banget kalo ngomong!"
"Siapa yang nanya...
Cocok di dengerin pas kita lagi sendiri, dan butuh melodi yang menenangkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[ GARDENIA ]
Happy Reading!
"Jadi, mau kita mulai darimana?"
Apanya yang darimana ha?
"Mas maunya darimana? Rasi ikut aja." Nahh kann, entah dorongan darimana, aku udah melingkarkan kedua tangan ku ke leher Mas Reksa.
Sepertinya dari kami berdua tidak ada yang mundur malam ini.
Meskipun dengan posisi menggoda seperti ini, aku cukup takut loh!
Inget! Mas Reksa itu pria dewasa. Dan tanpa sengaja aku selalu goda dia tiap malem.
Ya Allah, lindungi Rasi dari Mas Reksa Ya Allah. Aaaaammmiiiinnnn
"Kamu bahkan sudah tutup mata, apa kamu berpikir saya akan mencium kamu?"
Eh apa katanya tadi?
Sok banget.
"Emang kenapa kalo Rasi mikir gitu? Mas mau cium Rasi beneran?" Tantang ku lagi.
Mas Reksa terdiam. Dengan jarak yang gak ada sejengkal pun sama wajah Mas Reksa. Ya gimana ya, aku mengalungkan tangan pada leher nya, sedang Mas Reksa menahan pinggang ku begitu...intens?
"Bukan hal yang buruk."
T-tunggu, jangan bilang Mas Reksa mau melakukan adegan dimana dua pasangan melakukan arghhh
Takl!!
Awhss
Sebuah sentilan baru saja aku terima tepat di kening. Tak lain dan tak bukan ya ulah Mas Reksa sendiri.
"Kamu pikir saya minat dengan tubuh kamu yang kecil seperti itu heh?"
"Sudah kecil, tepos, ck tidak ada menarik-menariknya untuk di pandang."
"Sama sekali bukan selera saya."
Aku menatap Mas Reksa datar, meskipun kini jarak kami sudah ada 1 meter, tapi tak menutup kemungkinan buat kami tidak berdebat.
"Mas bilang Rasi apa tadi?"
"Kurang paham? Kamu itu bukan selera saya sama sekali. Kamu kecil, pemarah, cerewet, jelek,--"
"KYAAAAA!!"
Bak Benteng yang siap menyeruduk, aku menggunakan kepalaku untuk menubruk tubuhnya.
