36. Selamat Tinggal

33 6 0
                                    

Hallo semuanya
apa kabar? Sehat selalu dan teruslah semangat!!!

Stay ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊

Voment!

Selamat membaca!

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

»»--⍟--««

"Swara gak bakal nikahin cewek itu Pih, Swara udah punya Thea."

Radit mengambil napas dalam, "kamu tau Swara. Papi juga gak mau maksa kamu kayak gini. Tapi semuanya demi kelangsungan bisnis kita, kamu mau perusahaan yang Papi bangun dari nol hancur begitu saja."

"Masa Papi mau ngorbanin Swara demi perusahaan Papi." Sergah Swara tidak terima.

Sekarang ini Swara, Radit, dan Rasya sedang berada diruang keluarga untuk berdiskusi tentang Swara dan Angel. Lebih tepatnya Radit sedang membujuk Swara untuk menikahi Angel.

"Kalau Papi bisa, Papi bakal lakuin apapun bahkan berlutut di bawah kaki Surya Akarsana." Tutur Radit sambil menatap nanar Swara.

Swara dan Rasya secara bersamaan menoleh terkejut pada Radit, mereka tau bahwa ini bukan cuma sekedar perusahaan. Ayah mereka itu membesarkan Perusahaan bahkan saat tidak ada orang yang mempercayai bahwa perusahaan ayah mereka akan sebesar sekarang ini. Karena itu perusahaan ini sangat penting bagi Radit.

"Dia hanya mau kamu menikahi cucunya, Papi tau ini berat tapi Papi mohon sama kamu. Kamu mau kan Swara?" bujuk Radit mencoba untuk meyakinkan Swara.

Rasya menatap Swara dan Ayah-nya bergantian, dia sebenarnya tidak mengerti kenapa dia juga harus duduk dan ikut mendengarkan diskusi mereka. Rasya berpikir tidak ada gunanya dia disini dan dia juga hanya diam dari tadi.

Swara bersandar disofa kemudian mendongak menatap langit-langit, begitu berat tapi tidak ada cari lain selain hal ini. Ayahnya juga tidak punya cara lain selain ini, dan Swara tau itu. Walaupun berat Swara harus menentukan secepatnya.

Swara menegakkan tubuhnya kemudian mengangguk pelan.

***

Thea duduk diam di lantai kamarnya sambil memegang foto seorang wanita bersama bayi yang dia gendong. Dahinya mengkerut heran, semakin lama dia menatap foto itu semakin dia tidak percaya.

"Kita berdua kok mirip banget Bunda?"

Thea menyentuh foto itu dengan jarinya, "mata kita, senyum kita. Apalagi wajah kita. Mirip banget."

Thea terdiam sejenak kemudian mengangguk. "Oh iya, Bunda kan yang udah ngelahirin Thea."

Thea tersenyum senang dan sedikit terharu, dia mengipas-ngipasi wajahnya dengan tangannya. "Kok gue mau nangis sih?"

PACARAN YUK! (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang