Prolog

11.9K 746 35
                                    

Jadilah pembaca yang tahu cara menghargai usaha penulis^^
Jangan lupa tekan vote dan tinggalkan komentar. Saya sangat terbuka dengan kritik dan saran, jadi jangan sungkan mengoreksi kekeliruan dalam tulisan ini.

Thanks.

***

Tami pernah mengira dirinya tidak akan terpesona pada Emil---lelaki berwajah rupawan pemilik aura mengerikan. Namun, takdir bergerak tanpa bisa diterka ke mana akan mengarah. Ketika Tami yakin bisa membenci Emil sedalam samudra, justru dia luput menyadari bahwa lelaki itu berhasil menjeratnya terlampau erat. Niat awal Tami mempermainkan Emil karena lancang menjadikannya sebagai bahan taruhan, malah berujung dengan perempuan itu jatuh cinta sungguhan.

Emil bukanlah seseorang yang pertama kali Tami kagumi dengan segenap hati, tetapi Emil menjadi satu-satunya lelaki yang meski Tami benci, Tami tak menginginkannya pergi. Tangan kiri lelaki itu menggores luka, lalu tangan kanannya mengobati. Emil adalah rasa sakit yang Tami sukai.

Toxic relationship.

That's how she called it.

"Joana," panggil Tami pada si bedebah ganteng yang tengah asik main game sambil merebahkan diri di sofa.

Emil melirik sekilas hanya untuk melayangkan tatapan tajamnya.

"Mau gue cium, Tam?"

Ancaman omong kosong itu lagi, Tami hanya tertawa meresponsnya. Emil memang paling anti jika nama belakangnya disebut-sebut, sebab dia bilang panggilan itu terdengar seperti nama perempuan, sedangkan Emil adalah pejantan tulen yang tangguh.

Melihat tidak ada tanda-tanda Emil akan segera menyudahi kegiatannya, Tami pun mendekat dan duduk di sebelah cowok itu. Dia merebahkan kepala di bahu sang kekasih, tetapi langsung tersungkur karena Emil beringsut menggeser pantat. Sadis memang kelakuan manusia kelewat tampan satu itu, tidak terdapat secuil pun keromantisan di dalam dirinya.

Setelah menegakkan punggung dan menyandar pada sofa kemudian memejamkan mata, Tami lantas bertanya pada kekasihnya, "Gue boleh nyari Papa Gula gak, Mil?"

"Buat apa?"

"Buat gue keruk duitnya."

"Gue kaya."

No shit sharelock, Bastard!

"Terus?" Tami malas sekali jika Emil sudah mengumbar ketajirannya dengan tampang lempeng begitu.

"Keruk duit gue, Tolol."

Tami senyum tipis mendengarnya. Masih sambil memejam, tangan gadis itu bergerak mencari kepala Emil untuk mendaratkan satu usapan di sana. "Kalau lo ngasih gue duit, gue bakal bertahan di sisi lo karena uang, Mil. Jadi jangan nafkahi gue sekarang karena perasaan gue tulus sama lo."

"Najis!"

Tami tertawa. Reaksi Emil memang selalu begitu tiap urusan perasaan dibawa-bawa. Kepada lelaki itu, Tami sungguh tidak bisa mengharapkan hal-hal manis atau sekadar kata-kata puitis sebab Emilio adalah seorang tsundere sejati. Penganut prinsip; talk less, do more---alias kulkas berjalan.

"Najis tapi sayang, 'kan?" goda Tami.

Emil berdecak. "Bisa diem gak?"

Mata Tami terbuka dan langsung memerangkap putihnya langit-langit ruangan. Sudut bibir gadis itu sedikit terangkat kala mengingat betapa jungkir balik hidupnya setelah bertemu dengan Emil. "Gue beneran butuh duit, Mil. Tapi gue gak mau capek, jadi mau nyari Papa Gula aja."

Tami menoleh ketika Emil menghela napas berat, ponsel sudah tidak lagi jadi fokusnya. Dua manik hitam yang dibingkai kelopak sipit itu kini terarah pada Tami, menyorot kelewat datar.

"Berapa?"

"Gue gak mau duit lo."

"I'm your sugar daddy from now on, so tell me the amount of money do you need, Lil Bitch." Wajah Emil konsisten tanpa ekspresi saat berujar demikian.

Tami mendengkus. "Gak bisa gitu."

"Bisa."

"Mentang-mentang lo kaya."

"Lo yang miskin gak usah belagu."

Sialan!

***

Main Cast

Emilio Joana

— Emilio Joana —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— Tami Dahayu —

— Tami Dahayu —

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] T O X I CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang