***
—Surat dari Emilio—
Dear my perfect one, Tami.
Sekarang udah sore di Mannheim, berarti di Jogja malem, ya?
Surat ini gue tulis sambil duduk di sudut cafe ditemani secangkir matcha latte, ditambah suara berisik Raja yang ngomel-ngomel di seberang meja.
First at all, happy birthday!
Di usia sembilan belas tahun ini, semoga hidup lo dipenuhi kebahagiaan, dikelililingi orang-orang baik, dan terima kasih sudah melalui usia delapan belas tahun dengan sangat hebat. Dengan sangat tangguh juga kuat. You did great. As your special friend, i really proud of you, Tam.
Di sini, gue masih beradaptasi. Di sana, lo juga pasti sama. Empat tahun ke depan, pas kita ketemu lagi, ajak gue keliling Malioboro malam-malam, ya?
Gue sebenernya udah hafalin satu kalimat ini sejak lama, tapi gue tahan untuk mengatakannya sampai akhirnya hari ini tiba. Tami, Ich Liebe Dich.
Segini dulu.
See you in the next letter.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] T O X I C
Teen Fiction"Dari satu sampai sepuluh, coba rate perasaan lo buat gue." "Perasaan gue buat lo itu analoginya kayak kedalaman samudra. Rate-nya berarti dasar lautan; deepest part of the ocean. Berapa jumlah angkanya? Countless." Don't copy my story!