***
—Surat dari Emilio—
Dear my special friend, Tami.Happy birth day!
Surat ini gue tulis sambil ngebayangin lo duduk di depan gue, lagi nopang dagu dan senyum tipis. Imajinasi gue sempurna banget menghadirkan wajah lo yang cantik. Tami, gue kangen.
Kangen banget.
Mannheim yang menawan kerasa biasa aja karena gue menjajakinya tanpa lo. Di sini ramai, Tam. Tapi tiap gue buka mata dan menelusuri keramaian itu, yang gue temukan malah rasa sepi. Karena ternyata berdua sama lo tanpa bicara, lebih baik ketimbang gue duduk dikelilingi perempuan-perempuan bermata biru yang berisik. Serius, deh, Tam. I meet a lot of pretty girls here, but i can't find someone who treat me like you did. You're still be my favorite.
Seminggu yang lalu, gue ketemu satu cewek. Dia asal Bandung, adik tingkat gue. She looks innocent, that's why i asked Raja to protect her. Dan tau akhirnya gimana? My Bro confess to me; He likes Diandra—the innocent girl.
Setelah tiga tahun, Tam, Raja akhirnya bisa kembali membuka diri. Gue lega sekaligus bahagia karena sekarang dia gak lagi menyimpan nama lo di sudut hatinya. Gue lega dia bisa melepas perasaan yang sejatinya cuma membebani dirinya sendiri. Untuk ini, gue sangat berterima kasih sama Diandra. She helped our Raja so much.
See you in the next letter.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] T O X I C
Teen Fiction"Dari satu sampai sepuluh, coba rate perasaan lo buat gue." "Perasaan gue buat lo itu analoginya kayak kedalaman samudra. Rate-nya berarti dasar lautan; deepest part of the ocean. Berapa jumlah angkanya? Countless." Don't copy my story!