31. Pinky Promise

2.1K 301 22
                                    

Perihal kesepakatan yang Tami buat bersama Om Doni, gadis itu kini jadi ragu sendiri. Setelah menyaksikan sesungguh-sungguh apa Emil berusaha melindungi dirinya dan Kenan, Tami merasa tak perlu lagi mengambil jeda panjang demi mengetes perasaan. Yang Emil lakukan sudah cukup meyakinkan. Karenanya, malam ini Tami akan kembali membicarakan perjanjian tersebut dengan Om Doni.

Membatalkannya.

Sore ini, Tami kembali ke rumah sakit untuk menemani Emil setelah kemarin ia absen menginap karena Tante Eva meminta dirinya istirahat saja di rumah sekalian menjaga Kenan yang habis terlibat tawuran. Sampai detik ini, Tami belum memberitahu sang adik perihal kondisi Emil, dan ia tidak berencana memberitahu. Perasaan Kenan sedang sangat sensitif sehingga harus dijaga dari berita-berita buruk supaya pemuda itu tak merasa bersalah. Supaya ia tidak kepikiran dan berujung stres, lalu memicu gangguan kecemasannya kambuh.

Tante Eva, bundanya Emil tersebut bersikap amat ramah. Membuat Tami merasa sangat diterima. Bahkan perempuan yang masih tampak begitu menawan di usia empat puluhannya itu tidak sungkan berbagi cerita mengenai sang putra. Dimulai dari momen-momen konyol di masa kecil Emil, kebiasaannya di rumah yang ternyata hobi bermanja-manja, hal-hal yang disukai dan tidak disukainya, kemudian diakhiri berderet-deret kalimat menyentuh hati di mana beliau menitipkan bahagia putranya kepada Tami. Beliau sudah terlampau memahami betapa dalam Emil mencintai sosok Tami Dahayu ini.

Saat nyaris menjangkau pintu kamar rawat Emil, Tami berpapasan dengan Om Doni. Sempat terbesit niat untuk mengajak beliau ke suatu tempat demi membicarakan soal kesepakatan, tetapi Tami terpaksa mengurungkan niat sebab Om Doni gelagatnya tampak buru-buru. Benar saja, lelaki dewasa itu menyuruhnya bergegas ke ruang rawat inap Emil dikarenakan beliau hendak pergi keluar sebentar untuk menyelesaikan suatu urusan.

Begitu daun pintu terbuka, Tami mendapati Emil terlelap di ranjang. Gadis itu mendekat, kemudian mendudukkan diri pada kursi di samping brankar. Ia taruh kedua siku di tepian kasur untuk menopang dagu, setelahnya dimulailah sesi memandangi sebentuk rupa menawan yang tampak damai dalam tidurnya.

Dari semua bagian di wajah Emil, mole di sudut bawah mata kiri adalah favorit Tami. Setitik hitam yang menambah kuat pesona pemuda itu. Soal ketampanan, orang-orang pasti sepakat menganggap rupa Emil sempurna. Perpaduan dari bibir tipis dengan rona kemerah-merahan, sepasang obsidian hitam terbingkai kelopak mata sipit yang akan mengintimidasi ketika menghunuskan tatapan, deretan bulu mata lentik, alis rapi, garis rahang yang tegas, serta kulit putih halus yang bikin kaum hawa iri---sungguh ciptaan Tuhan yang patut dikagumi. Bahkan Tami yakin sejauh ini sang mantan adalah pemuda paling tampan yang pernah ia temui.

Sudut bibir Tami tertarik tipis selagi jemarinya bergerak pelan menelusuri sepanjang garis rahang Emil. Fokus Tami terus berlarian di wajah pemuda itu, dari dahi ke hidung, lalu bergeser ke mata, dan berakhir di dua bilah tipis yang tampak agak pucat. Tiba-tiba Tami teringat sesuatu, tentang dirinya yang sudah sering merasakan hangat serta kenyal dari bibir sang mantan.

Ah, gila!

Suhu di pipi Tami mendadak naik. Hangat. Ia melengos sebentar untuk melepas dehaman. Tak bisa dipungkiri, Tami malu dengan pikirannya sendiri.

Atensi Tami kembali pada wajah Emil, lantas dikikisnya jarak demi bisa menjangkau mole di sudut mata pemuda itu. Cuma sepersekian detik kecupan disematkan, tetapi di waktu yang kelewat singkat tersebut, ada ketulusan seluas samudra yang berusaha Tami sampaikan. Kepada lelaki yang terbaring ini, Tami bersumpah akan mencintainya sepenuh hati dan juga sampai mati.

Ketika Tami menarik diri, ketahuanlah Emil ternyata telah terjaga dari alam mimpi. Meski masih memejam, tetapi bulu mata pemuda itu bergetar hebat, sudut bibirnya berkedut-kedut, menandakan bahwa dirinya sedang berusaha keras berpura-pura tidur. Tami mendengkus samar, kemudian menyentil pelan kening si dia yang tengah bersandiwara. "Stop pretending, gue tau lo udah bangun."

[✓] T O X I CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang