20. Kehilangan Gue Juga

2.6K 362 79
                                    

Jangan jadi silent reader🙂
Happy reading^^

***

Semesta kembali menguji hidup Tami lewat Kenan. Sang adik, seseorang yang nyaris jadi segalanya bagi Tami, mendadak harus dilarikan ke Rumah Sakit dalam keadaan kepayahan macam orang sekarat. Masalah yang datang bertubi-tubi ini berhasil membuat gadis itu frustrasi. Jika dirinya yang kesulitan, Tami masih bisa berpura-pura tegar. Namun, saat Kenan yang didera nyeri hebat, topeng tangguh yang susah payah Tami pertahankan di muka langsung hancur seketika. Apakah semesta mengira dirinya begitu kuat? Tidak, sungguh.

Tami sejatinya amat rapuh.

Tolong jangan usik Kenan, jangan sakiti dunia Tami. Jika sang adik sampai kenapa-kenapa, Tami bakal hilang arah meniti jalan hidupnya.

Di perjalanan tadi, Tami duduk di jok tengah mobil Emil sambil merengkuh bahu Kenan yang kesadarannya hampir lenyap. Mata pemuda itu setengah tertutup seperti sedang menahan kantuk berat, tetapi ketika Tami mengguncang pelan tubuhnya dan menanyai apa yang ia rasakan, Kenan tak kunjung bersuara seolah indra pendengarannya mati fungsi. Emil yang duduk di balik kemudi senantiasa menenangkan gadisnya kendati ia sendiri dilanda kepanikan. Emil meminta Tami untuk tetap tenang dan mengatakan dengan lembut bahwa Kenan akan baik-baik saja.

Di sisi Emil, Raja tak berkata-kata. Namun, ia terus bergerak gelisah dalam posisi duduknya dan sesekali menengok ke belakang demi memastikan kondisi Kenan. Sebagai seseorang yang jadi saksi bagaimana pemuda jangkung itu tiba-tiba ambruk di teras rumah, Raja jelas merasa bersalah walaupun yang terjadi bukan karena kesalahannya. Sementara itu, Geya berada di jok tengah, sibuk berusaha menghangatkan tangan Kenan yang berkeringat dingin. Di jok paling belakang, Ogy duduk sendirian sembari mengelus kening Kenan yang basah oleh peluh. Sesekali ia berbisik, meminta Kenan untuk tetap terjaga.

Lengangnya lorong Rumah Sakit di jam satu malam tadi menggemakan derap langkah lima pasang kaki manusia yang terburu-buru menuju ruang IGD. Di punggung Emil yang kokoh, tubuh Kenan tergolek lemah, dua tangannya berayun pasrah. Di belakang pemuda itu, Tami mengikuti sambil memegangi punggung adiknya. Ogy, Geya, dan Raja mengekor paling belakang dengan ekspresi wajah serupa; khawatir.

Situasi beberapa jam lalu memang agak kacau, dan kepanikan semua orang baru mereda kala perawat memberitahu tensi darah Kenan normal-normal saja, sesak napasnya juga berangsur hilang. Kendati pemeriksaan fisik dinyatakan baik, tetapi pemuda itu dianjurkan untuk diinfus dikarenakan kondisinya yang lemas. Jadi, malam itu, Kenan terpaksa menginap di IGD dengan jarum kecil menancap pada punggung tangannya.

Kenan sempat mengeluh sakit kepala, merasa gelisah, sedikit gemetar dan berkeringat banyak sehingga harus menelan beberapa jenis obat untuk mengatasi keluhan-keluhan tersebut. Sambil menggenggam erat tangan Tami, pemuda itu akhirnya dapat tertidur juga. Besok, atas saran perawat, Kenan akan cek darah untuk memeriksa tiroid dan kondisi medis lainnya serta tes Elektrokardiogram untuk memeriksa jantung. Bila tidak ditemukan kelainan pada organ dan fungsi tubuh, maka Kenan dianjurkan melakukan pemeriksaan psikologis.

"Sini senderan di bahu gue kalau lo ngantuk, Tam," ucap Emil yang sudah setengah jam menemani kekasihnya termenung di kursi tunggu persis di depan ruang IGD. Kenan masih tertidur di dalam, ditunggui Ogy dan Geya, sedangkan Raja tengah keluar membeli air mineral. Tadi Tami sudah menghubungi Onty Maudy, meminta beliau untuk datang esok hari. Akan tetapi tidak perlu menunggu sampai pagi tiba sebab begitu diberitahu keadaan Kenan, beliau mengatakan akan langsung berangkat saat itu juga.

Jam di pergelangan tangan Emil kini menunjukkan pukul empat, yang artinya malam ini mereka lewati tanpa terlelap barang sedetik pun, membuat lingkar hitam timbul di masing-masing kelopak mata kelimanya. Jangankan bisa menjemput alam mimpi, bahkan berdiam diri saja rasanya Tami tak nyaman. Bayangan wajah pucat Kenan yang terengah-engah akibat kekurangan pasokan oksigen terus berlarian ke kepala gadis itu, memicu prasangka buruk sehingga meski kini sang adik telah membaik, Tami masih belum sanggup mengembuskan napasnya dengan lega dan leluasa.

[✓] T O X I CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang