***
—Surat dari Emilio—
Dear my favorite girl, Tami.
Di Mannheim lagi hujan, Tam. Deras, kayak kangen gue ke elo. Hehe.
Surat ini gue tulis di apartemen, sendirian. Raja lagi sibuk nugas belakangan, jadi gue sama dia beneran jarang ketemu. Takut kelupaan kayak surat sebelumnya, jadi bakal gue tulis di sini; Raja titip salam. He said he really miss you. Enaknya gue cubit ginjal atau jakunnya, ya, Tam?
How dare he missing my friend.
Sekarang usia lo udah menginjak dua puluh tahun, right? Happy birthday!
Gue gak tau apa aja yang lo lalui di usia sembilan belas tahun lo, tapi perempuan kesayangan gue pasti melakukan yang terbaik. Dan di sini, meski gak bisa menyaksikan betapa hebat perjuangan lo untuk bertahan, gue selalu jadi yang paling bangga.
Di usia dua puluh tahun ini, semoga Tuhan menguatkan lo lebih dari sebelumnya. Karena ternyata kita udah dewasa, Tam. Tanggung jawab dan beban makin banyak, jadi ketimbang bahagia, gue lebih mau memohon pada Tuhan untuk menjaga kita tetap waras. Kuliah mulai bikin sinting, 'kan? Atau cuma gue doang yang ngerasa begitu?
Selain kewarasan yang mulai goyah, gue juga ngerasa waktu berjalan kayak siput. Too slowly. Iya gak, sih, Tam?
Segini dulu, ya, Tam.
See you in the next letter.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] T O X I C
Ficção Adolescente"Dari satu sampai sepuluh, coba rate perasaan lo buat gue." "Perasaan gue buat lo itu analoginya kayak kedalaman samudra. Rate-nya berarti dasar lautan; deepest part of the ocean. Berapa jumlah angkanya? Countless." Don't copy my story!