Bagi mereka yang tahu akan menemui perpisahan di masa depan, waktu seakan-akan bergerak lebih cepat daripada kedipan mata. Sungguh terasa secepat itu bagi Tami dan Emil. Lima bulan dilalui keduanya dengan dominasi bahagia, tetapi karena isinya nyaris senang-senang semua, membuat mereka tanpa sadar telah tiba pada hari di mana perjanjian harus ditepati.
Hari ini SMA Gemilang mengadakan acara kelulusan. Usai berjibaku dengan ratusan soal ujian beberapa bulan ke belakang, kelas dua belas akhirnya dinyatakan lulus semua. Sore itu, ketika Kepala Sekolah menuntaskan pidatonya, seisi Aula langsung riuh oleh ucapan syukur. Suka cita pekat terasa. Wajah-wajah semringah para siswa bertebaran di ruangan. Di sana, Tami jadi salah satunya. Gadis itu duduk pada deretan kursi kedua terdepan bersama kawan-kawan kelasnya. Ia tampak menawan dalam balutan kebaya kutubaru brokat yang dipadu rok jarik cokelat serta kain selendang bahan tulle. Penampilan anggun Tami disempurnakan dengan rambut sanggul lil messy yang disemati sirkam silver bentuk bunga peacock.
Sejak datang hingga acara nyaris selesai, Tami sukses jadi pusat perhatian. Gadis itu memang memancarkan aura cantik yang berbeda hari ini, lebih bersinar, lebih memukau. Yang terpesona sampai kehabisan kata mendeskripsikan bagaimana indahnya seorang Dahayu.
Dan dari sekian jiwa yang memuja, Emil jadi satu di antaranya. Pemuda tampan yang sudah lelah diajak foto bersama oleh para gadis itu pasti curi-curi pandang ke posisi Tami tiap semenit sekali. Dia agak sebal melihat mantan kekasihnya dihampiri para lelaki, sedangkan dia sendiri harus terjebak di kursi paling belakang karena di sanalah jatah tempat untuk anak-anak IPS. Fuck untuk diskriminasi jurusan ini! Emil menggerutu dalam hati, tentang posisi duduk yang harus sesuai kelas ini, kenapa tak menganut prinsip siapa cepat dia dapat? Sangat tidak adil!
Bertepatan dengan terdengarnya adzan di kejauhan, acara pun resmi ditutup. Suasana di Aula seketika dipenuhi kebisingan. Para siswa saling mengucapkan kata-kata perpisahan pada satu sama lain sebab setelah ini masing-masing dari mereka akan berbelok ke arah berbeda di persimpangan takdir. Tami juga ikut larut dalam bincang-bincang hangat bersama kawan-kawan kelasnya. Gadis itu memeluk mereka satu persatu sambil mengatakan bakal merindu dan semoga bisa kembali bertemu.
Lalu, gadis itu tersenyum lebar di barisan para siswa yang selanjutnya terabadikan dalam jepretan kamera.
Selesai bercengkerama untuk kali terakhir dengan kawan-kawannya, Tami pun berjalan ke dekat pintu utama. Ia berdiri di dekat ambangnya sembari mengedarkan pandang ke penjuru ruangan, mencari keberadaan Emil dan yang lain. Di depan sana, Tami menemukan pemuda itu sedang foto-foto bersama Ogy dan Raja. Melihat mereka kembali akrab seperti semula, Tami sangat mensyukurinya.
Ketika ia menggeser atensi, kilat prihatin muncul di matanya karena tak sengaja beradu pandang dengan Elena yang berdiri seorang diri di sudut ruangan. Sepersekian detik mereka saling tatap, sampai kemudian Elena melempar senyum tipis lalu berlalu. Mata Tami setia menyorot punggung gadis itu hingga lenyap di balik pintu, menerbitkan sedikit senyuman di bibirnya. Senyum tulus sebagai ungkapan terima kasih sebab Elena tidak lagi membuat ulah semenjak Emil kembali bersekolah.
Elena berubah setelah Anna didepak dari sekolah. Ia tak lagi berkeliaran di sekitar Emil kendati mereka sekelas. Benar-benar menjaga jarak sampai Emil sendiri pun merasa heran. Saat Emil tanya kenapa Elena berbuat demikian, gadis itu menjawab sudah menyerah atas perasaannya pada Emil dan ingin menjalani sisa hari di sekolah tanpa terlibat suatu masalah.
Dan dari situ Tami tahu Elena tidak sekeras kepala yang ia kira. Rasa cinta memang sempat membutakannya, tetapi beruntung gadis itu tersadar di detik krusial sebelum benar-benar kehilangan Emil sebagai temannya.
Fokus Tami refleks teralih ke satu titik karena seseorang baru saja mendaratkan tepukan di bahunya.
"Hai, Cantik!" seru Tami senang melihat Geya berada di belakangnya. Tami beringsut berbalik demi menghadapkan diri pada gadis yang tampilannya tak kalah memikat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] T O X I C
Teen Fiction"Dari satu sampai sepuluh, coba rate perasaan lo buat gue." "Perasaan gue buat lo itu analoginya kayak kedalaman samudra. Rate-nya berarti dasar lautan; deepest part of the ocean. Berapa jumlah angkanya? Countless." Don't copy my story!