Jangan jadi silent reader🙂
Btw, buat kalian yang udah bantu promosiin cerita ini di tw atau di mana pun, tengkyu somuch😭Happy reading^^
***
Selain Tami, Kenan juga trauma dengan yang namanya kehilangan. Itulah kenapa dia menangis hebat kala Hazmi memberitahu tentang penyakit mematikan yang diidapnya. Beberapa hari lalu, ketika waktu berada di pertengahan malam, pintu kamar Kenan dibanting keras oleh Hazmi yang tergesa menuju WC seraya memegangi perut dan tampak meringis kesakitan. Kenan pikir kawan lama kakaknya itu sekadar buang air, tetapi hingga setengah jam memudar Hazmi tak kunjung keluar. Penasaran, ia pun mengecek ke dalam, dan langsung disergap keterkejutan saat menemukan seseorang yang ia cari tengah berlutut di lantai sembari menyandarkan kening pada dinding.
Di antara berisik bunyi gemericik air yang berjatuhan dari kran, suara rintihan Hazmi menyaru sayup-sayup. Kenan mendekat, lantas berjongkok di sisi Hazmi dan mengusap-usap punggung pemuda itu. Yang sedang kesakitan perlahan menoleh hanya untuk menyungging senyum getir, seolah ingin memberitahu Kenan jika dirinya tidak apa-apa. Namun, wajah pucat serta peluh yang membasahi kening Hazmi jelas berkata sebaliknya.
"Lo kenapa, Bang?" tanya Kenan waktu itu. Dia jelas khawatir mendapati Hazmi tiba-tiba kesakitan macam orang sekarat. "Sakit banget perutnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] T O X I C
Teen Fiction"Dari satu sampai sepuluh, coba rate perasaan lo buat gue." "Perasaan gue buat lo itu analoginya kayak kedalaman samudra. Rate-nya berarti dasar lautan; deepest part of the ocean. Berapa jumlah angkanya? Countless." Don't copy my story!