Jangan jadi silent reader💣
Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semangat, Guys✊Happy reading^^
***
Emil pernah berjanji pada Tami bahwa dirinya tak akan membiarkan Kenan meregang nyawa di jalanan. Tak akan membiarkan Kenan tewas dalam tawuran. Pagi ini, pemuda itu hendak mempertaruhkan segalanya demi menepati janji tersebut. Ia mengerahkan seluruh fokus untuk mengemudikan Mini Cooper-nya pada kecepatan tinggi, menyalip lihai di antara mobil dan motor yang melaju searah. Raut wajah Emil konsisten datar kendati dalam kepalanya berisik sekali. Di jok sebelah, Ogy duduk tenang walau tak jarang mengudarakan pekikan keras ketika Emil nyaris menubruk kendaraan lain.
"Geya nelepon, Nyet!" ucap Ogy dengan tatap tertuju pada layar ponselnya yang menampilkan nama sang kekasih. "Angkat jangan, nih?"
Dari balik kemudi, Emil menyahut tenang, "Reject. Kasih tau mereka pas Kenan udah sama kita biar gak panik."
Patuh, Ogy pun langsung menggeser ikon merah pada layar. "Jo, ini kita gak mungkin main gabung aja ke jalanan, bisa kena amuk sama yang lain karena kita bukan anak sekolahan mereka."
"Ambil paper bag di jok belakang."
Ogy sigap menyerongkan badan demi membawa kantung itu ke atas pahanya. Ia tarik isi di dalam sana, lantas munculah dua pakaian hangat warna merah muda yang amat dia kenali siapa pemiliknya. Pemuda itu mendesah panjang sambil pasang tampang keberatan. "Serius pake ini?"
Emil melirik sekilas, memastikan pakaian di tangan Ogy memang dua Hoodie yang dia maksud. "Serius. Gak usah banyak protes, kita cuma punya sedikit waktu. Dan gak usah lebay, gak ada yang bakal merhatiin kita juga."
"Lagian punya Tami kenapa di sini?"
"Bekas dipake Raja, belum sempet gue kasih balik ke pemiliknya," jelas Emil.
Ogy berdecak keras, tetapi Hoodie dengan warna mencolok itu pun akhirnya ia sematkan ke badan juga. Oh, lihat tulisan menggelikan di bagian perut, Ogy sungguh ingin tertawa sekaligus membenturkan kepala ke kaca jendela. Sejatinya soal warna dan tulisan masih bisa ditolerir, yang membuat perkara ini keterlaluan adalah, Hoodie-nya couple-an dengan Emil. Jelas saja, sebab Hoodie tersebut merupakan hadiah ulang tahun dari Emil untuk mantan kekasihnya. Yang sekarang bikin Ogy bertanya-tanya dalam hati; di antara banyaknya jaket kepunyaan Emil, kenapa harus dua pink ini yang tertinggal di mobil?
Sungguh kebetulan tak menyenangkan. Fuck!
Ogy ngeri disangka penyuka sesama jenis oleh orang-orang. Jaman sekarang, dua lelaki berinteraksi kelewat dekat suka dituduh macam-macam. Iya, Ogy memang sangat peduli pada pandangan orang lain tentangnya. Jadi meski di rumah sering peluk cium Emil dan Raja, di luaran dia harus bersikap biasa saja. Namun, sumpah, Ogy sebatas sayang sebagai teman. Orientasi seksualnya masih condong ke perempuan. Demi!
Ketika Ogy sudah kembali membisu di sampingnya, Emil melirik lagi. Kernyitan samar langsung timbul di dahinya begitu mendapati kejanggalan di badan sang sahabat. "Lepasin."
"Hah?" Ogy mengernyit.
"Hoodie-nya lepasin."
"Lah? Gimana?" Ogy bertanya tidak santai. "Tadi katanya gue harus pake!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] T O X I C
Teen Fiction"Dari satu sampai sepuluh, coba rate perasaan lo buat gue." "Perasaan gue buat lo itu analoginya kayak kedalaman samudra. Rate-nya berarti dasar lautan; deepest part of the ocean. Berapa jumlah angkanya? Countless." Don't copy my story!