Nafarel Dwi Ravindra

5.1K 791 43
                                    

Berkaca pada pengalaman yang lalu kini Dirga jauh lebih sigap saat memberikan sebuah nama.

Dengan berbekal kemampuan membaca cepat di internet Dirga menyiapkan satu nama untuk putranya yang satu lagi.

Meninggalkan sejenak bayi satunya yang tertidur nyenyak pada keranjang bayinya, Dirga duduk di hadapan Bintang.

"Namanya Ravindra" sahut Durga membuat Bintang mendongak. Di lengannya bayi mungil itu tertidur seolah tidak terganggu dengan pekikan Dirga.

"Bagus. Artinya apa ??" Tanya Bintang sambil mengusap pelan pipi putranya yang memerah.

"Artinya matahari"

Dirga mendongak saling menatap dengan mata cantik istrinya. Tapi yang didapatkan Dirga hanya senyum tipis membuatnya berdecak.

"Angkasa sudah punya bintang dan bulan masa tidak punya matahari?!" Katanya merengut dan meletakkan kepalanya pada paha sang istri. Wajahnya dengan bayi mungil itu bahkan tidak punya jarak.

Bintang tersenyum mengusap lembut belakang kepala Dirga membuatnya mendongak.

"Namanya bagus. Terima kasih ayah"

Dirga hampir saja akan menangis mendengarnya. Mencium putranya dengan pelan dia mendongak saat panggilan itu terdengar pelan.

"Dirga"

"Hm"

"Sungguh, terima kasih"

Dirga tertawa gantian dia yang mengusap pelan pipi istrinya.

"Bukankah seharusnya aku yang berterima kasih ??"

"...."

"Terima kasih karena telah berjuang sampai sekeras ini dan menghadirkan matahari dalam hidupku"

Bintang menggigit bibir bawahnya menangis tanpa suara. Membuat senyum tipis Dirga terbit.

Dia bangkit menangkup wajah istrinya mengecup kening juga kedua kelopak mata istrinya bergantian.

"Kita melupakan nama depannya"

Selanjutnya Bintang tertawa menghapus air matanya dan menatap bayi mungilnya.

"Nafarel. Artinya tak pernah lelah, pantang menyerah dan selalu gigih"

Dirga tersenyum mengusap pelan pipi merah itu.

"Nama yang bagus. Nafarel Dwi Ravindra"

Namanya Nafarel Dwi Ravindra. Putra kedua ayah yang akan selalu gigih dan tak mudah menyerah.

Menjadi matahari yang senantiasa menerangi setiap hari-hari sepi angkasa. Penyumbang cahaya bagi bulan dan angkasa yang gelap. Dia matahari milik Dirgantara.

🌼🌼🌼

Sebagaimana matahari, Nafa tumbuh dengan begitu banyak kehangatan. Senyum secerah mentari pagi juga bagaimana sinar matanya yang selalu tampak mengkilap seolah memberi cahaya baru bagi ayah dan bunda.

Tapi katanya energi yang dikeluarkan matahari untuk memberikan sinar pada semesta begitu besar sehingga matahari kecil itu mudah kelelahan. Buktinya sekarang dia tengah berselonjor di depan pintu dapur dengan boneka kelinci kesayangan dalam pelukan.

Kelelahan karena sudah berlari mengelilingi rumah hanya untuk berteriak tak jelas karena kesal kartun kotak kuning kesayangannya tidak tayang.

"Bunda mau Petlik. Tadi di tv gak ada Petlik, bunda"

Bunda hanya menggeleng membiarkan putra bungsunya merengek di lantai sambil berguling-guling.

"Nanti sore katanya ada dek"

Dirgantara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang