Dirgantara -15-

4.3K 659 77
                                    

Setelah dua hari mendekam di rumah sakit dan dua hari tambahan dikurung di rumah akhirnya Nafa bisa kembali menginjakkan kaki di sekolah lagi.  Rasanya sedikit berbeda, mungkin karena sudah lama tidak terlambat lagi setelah sekian lama.

Iya pagi ini Nafa terlambat lagi, seperti yang sudah-sudah. Soalnya pagi ini ayah kembali mengambil alih tanggung jawab mengantar dan menjemput Nafa.

Tentu saja setelah semua yang terjadi mana mungkin Dirga tenang meninggalkan Nafa. Meskipun masih punya tanggung jawab lain di tempat kerja Dirga tidak bisa lepas tangan begitu saja akan putra-putranya kan??

Lagipula beberapa hari yang lalu dia baru saja selesai survei ke Bogor selama seminggu. Dan kabar baiknya itu adalah survei terakhir, sehingga kemungkinan Dirga untuk meninggalkan Bandung lagi sangat kecil.

Seperti biasa jika Dirga yang ada di rumah, Nova selalu berangkat lebih dulu dan malas menunggunya. Sedangkan meninggalkan Nafa dengan Dirga sama saja artinya membiarkan Nafa bangun lebih siang. Karena kadang bahkan Dirga sendiri malas mendapat tugas mulia membangunkan anak itu.

Setelah mendapat jitakan dari ayah yang gemas menunggunya siap akhirnya Nafa berangkat pukul tujuh tiga puluh. Ya pokoknya begitulah intinya, hari ini Nafa terlambat lagi.

Dengan senyum meringis lagi-lagi dia mendapat jitakan pelan di kepalanya, kali ini dari Adit yang piket menjaga gerbang.

"Masuk sana lain kali usahakan datang lebih pagi" katanya sambil mengusap kembali bekas jitakannya saat melihat Nafa meringis. Ah Adit si softboy.

"Makasi Dit" katanya sambil berjalan masuk ke arah gerbang kedua. Berjalan santai seolah tak khawatir akan guru yang bisa saja sudah masuk dan memulai pelajaran. Nafa memang sesantai itu.

Tapi baru saja hendak naik ke atas tasnya ditarik dari belakang, hampir membuatnya terjengkang.

"Aduh maaf A' ngagetin"

Pandangannya naik menatap perempuan dengan seragam berbeda dengannya. Agaknya lebih muda darinya. Tampak kebingungan.

"Gak apa-apa" kata Nafa masih memperhatikan gadis itu yang kini menggigit bibir.

"Hampura ya A' tapi ruang kepala sekolah sebelah mana ya?? Aduh maaf banget kalau Aa' buru-buru gak apa-apa, sok naik aja A'"

Nafa terkikik kecil. Lucu saja melihat anak ini macam anak ayam kehilangan induk.

"Murid baru ya??"

"Iya, A'"

"Yaudah ayo gue anter ke ruang kepsek. Ngomong-ngomong gue Nafa, kelas 11 IPS 2"

Gadis itu menyahut tangan Nafa yang terulur agak sedikit kikuk menyalami tangannya.

"Reandra kak panggil Rea aja, kelas 10 A' katanya sih bakal masuk IPA tapi belum tau IPA berapa mah"

Nafa mengangguk tersenyum kecil menatap gadis itu. Dia kecil sekali bahkan sebahu Nafa pun tak sampai. Lucu, Nafa gemas. Eh?

"Nah udah sampai" katanya dengan senyum kecil. Tangannya menunjuk pintu ruang kepala sekolah yang tertutup.

Rea balas tersenyum mengangguk sekali sebelum mengetuk pintu itu.

"Nuhun A'"

"Hm. Gue ke kelas duluan ya"

Rea mengangguk sebelum cepat-cepat masuk saat suara kepala sekolah mempersilahkannya masuk.

Nafa terkekeh geli menatapnya. Dia menggeleng pelan sebelum berbalik dan menemukan Nova yang berdiri tepat di belakangnya.

"Anak setan!" Umpatnya sambil mengusap dadanya pelan. Betulan terkejut akan sosok saudaranya itu.

"Ngapain??"

Dirgantara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang