Malam hari adalah sedikit dari banyak waktu yang Dirga gunakan untuk mendekatkan diri dengan anak-anaknya. Berkumpul untuk sekedar menanyakan bagaimana hari mereka berjalan.
Selalu seperti itu berkumpul di ruang keluarga untuk sekedar duduk bersama. Ya walaupun ujung-ujungnya malah sibuk mengerjakan sesuatu yang lain.
Seperti sekarang mereka berkumpul di ruang keluarga. Tapi bukannya saling berbicara satu sama lain mereka malah asik sendiri. Nova yang sibuk dengan berkas proposal pensi sekolah yang harus diperiksa sebelum kena revisi habis-habisan oleh pembina OSIS. Pun dengan Dirga yang bergelut dengan desain rumah kliennya.
Agaknya hanya Nafa yang tak benar-benar sibuk. Hanya berbaring di sofa panjang dengan tangan sibuk mengotak-atik remote televisi. Sok-sokan mengganti channel kesana-kemari padahal ujung-ujungnya pasti menonton si kembar botak.
Nafa ingin tertawa saja melihat mereka berdua. Membayangkan bagaimana jika dia dan Nova adalah mereka. Lucu sekali membayangkan Nova hanya akan mempunyai satu rambut saja dengan baju lusuh kuning yang tak pernah diganti.
"Hihi"
Dia tanpa sadar terkikik sendiri membuat dua yang lain mengalihkan pandangan ke arahnya.
"Apa??"
Nafa tersadar dan menatap bingung pada dua lainnya yang hanya menggelengkan kepala.
"Tadi gimana waktu ke cafe?? Gak minum kopi kan??"
Mendengar pertanyaan Nova membuat Nafa mendengus sebal. Menaruh remotenya dengan kasar dia memiringkan tubuhnya menghadap Nova.
"Haidar gak ngasih!! Nyebelin"
"Bagus"
Nova mengangguk puas membuat Nafa semakin kesal.
"Terus ngapain aja ke sana??" Dirga bertanya sambil meneliti lagi pekerjaannya.
"Ya apalagi. Paling ngerecokin Haidar kerja" kata Nova menimpali sambil menoyor kepala adiknya.
"Nggak ya! Enak aja"
Nafa berengut mencoba fokus pada kartun kembar botak yang sedang tayang saat otaknya malah mengingat kejadian lain.
"Eh tapi tau gak Yah"
"Hm??"
"Tadi di cafe ada om-om bajunya gak ada lengan terus celananya pendek bawa gitar"
Dirga mengangguk saja.
"Terus??"
"Terus kan Yah adek kira pengamen. Soalnya kan tampangnya kek pengamen gitu. Akhirnya adek tegur, kan disana emang gak dibolehin ngamen"
"Om jangan ngamen disini, kata adek. Si om om itu kaget. Terus tau gak yah"
"Apa??" Kata Dirga sambil meraih kopinya yang tak lagi sepanas tadi. Meminumnya sedikit untuk melegakan tenggorokan.
"Ternyata om itu yang punya cafe"
"Uhuk"
Dirga tersedak kopinya.
"Haha goblok"
Nova yang sedari tadi menyimak menyemburkan tawa keras. Ada-ada saja kelakuan adiknya itu.
"Terus gimana dek??"
Kali ini keduanya kompak acuh pada pekerjaannya. Lebih memilih menyimak cerita Nafa yang benar-benar di luar ekspektasi.
"Ya gitu gak gimana-gimana. Omnya keliatan kesel terus pergi gitu aja. Padahal aku belum minta maaf"
Dirga menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara ✓
FanfictionDi antara luasnya langit, Dirga hanya berharap bahwa kehangatan akan selalu memeluk rumahnya.