Sebenarnya bukan tanpa alasan Nafa mendapat keistimewaan. Bukan karena kakaknya adalah ketua OSIS atau ayahnya adalah salah satu penyumbang sekolah. Bukan juga karena dia anak yang bebal. Bukan karena semua itu.
Semua itu sejatinya karena Nafa tidak seperti anak lainnya yang masih bisa tertawa bahkan saat berlari keliling lapangan tiga kali. Dulu sih memang iya.
Tapi sejak tiga bulan lalu dirinya tak lagi sebebas dulu bahkan rasanya berdiri sepuluh menit pun membuatnya pening.
Yah tiga bulan lalu Nafa masih ingat dirinya bagai bermimpi saat dokter mengatakan ada virus jahat yang menyerang hatinya.
Awalnya dirinya hanya mengalami nyeri pada bagian perut atasnya. Sehari dua hari Nafa merasa mungkin saja karena salah makan atau sebagainya.
Namun setelah nyaris seminggu nyerinya semakin menjadi bahkan sampai pernah membuatnya pingsan saking sakitnya.
Akhirnya ayah membawanya ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan foila tiba-tiba dokter mengatakan dirinya terkena infeksi pada livernya yang disebabkan oleh virus Hepatitis. Luar biasa.
Lalu kini imbasnya dia cepat sekali kelelahan, sering tiba-tiba memar bahkan tanpa melakukan apapun, dan kulitnya menguning tanpa sebab.
Namun dari semua itu yang paling sering terjadi adalah pembengkakan pada bagian tubuhnya secara tiba-tiba. Itu yang paling menyebalkan bagi Nafa sebenarnya.
Seperti sekarang contohnya pergelangan kakinya bengkak tanpa sebab. Padahal tadi pagi masih baik-baik saja.
Dia mendesah pelan. Menggerakkan kaki kanannya dengan hati-hati agar mendekat pada tembok. Kaki kirinya dia luruskan menutupi kaki kanannya takut Haidar, teman sebangkunya tak sengaja menyenggolnya. Bagaimana pun rasanya cukup nyeri.
Bel tanda mata pelajaran habis membuatnya mendesah lega. Mengusap keningnya yang entah sejak kapan mulai berkeringat.
"Ayo pulang, Na"
Nafa mendongak dan mengangguk saja menatap Haidar yang mulai mengemasi barang-barangnya.
"Hari ini dijemput ??"
"Iya"
"Yaudah ayo bareng ke bawah"
Nafa meringis pelan. Inginnya sih begitu tapi dia berdiri saja tidak bisa.
"Dar"
"Iya ??"
Haidar yang sudah selesai berkemas menatapnya.
"Hari ini kerja??"
"Eh?? Iya nih langsung ke cafe. Kenapa??"
Nafa menyengir.
"Boleh minta tolong bilang ke Nova gak buat jemput ke sini?? Hehe kaki gue bengkak"
Haidar melotot kemudian menunduk menatap pada kaki kanan sahabatnya.
"Ya ampun kok gak bilang dari tadi sih. Mau bareng aing aja gak?? Ayo" Kata Haidar berjongkok di depannya.
"Eh eh jangan! Gue malu masih banyak orang tuh. Mau nunggu bentar biar rada sepi. Lo buru-buru kan tuh?? Udah gak apa-apa"
"Beneran gak apa-apa nih aing tinggal di kelas sendiri ??"
Nafa mengangguk sedikit mendorong Haidar agar bergegas pergi dari hadapannya. Berdecak geram saat Haidar terus menatap ke belakang.
"Aing panggilin Nova kalau ada apa-apa telpon ya??"
"Iya Haidar" katanya berusaha sabar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara ✓
FanfictionDi antara luasnya langit, Dirga hanya berharap bahwa kehangatan akan selalu memeluk rumahnya.