Dirgantara -30-

4.7K 645 134
                                    

Nafa hanya bisa melihat bagaimana Nova dan ayah mengemasi barang-barangnya. Sudah lebih dari satu bulan mereka disini, begitu banyak yang dibawa dari rumah seolah mereka pindah kesini.

Nafa tersenyum saat ayah menatapnya dan mengatakan sabar sebentar. Padahal Nafa tidak terburu-buru. Dia masih bisa menunggu ayah selesai dengan pekerjaannya.

Tak lama pintu terbuka menampilkan Hendery dan Galih yang datang membawa sekresek makanan.

"Makan siang dulu lah kalian berdua"

"Nanti aja mas" sahut Dirga.

"Ck. Ini nih yang mas gak suka" katanya sambil menyeret Dirga bangkit.

"Makan di luar aja ayo disini penuh banget keknya. Ayo No! Der tolong lanjutin ya lipat bajunya Nafa"

Hendery mengangguk lalu duduk di lantai mulai melipat baju Nafa yang diletakkan dalam lemari kecil samping nakas. Melipatnya kemudian memasukkannya dalam tas besar.

Nafa hanya melihat bagaimana Hendery tampak cekatan melipat bajunya dengan cepat. Senyumnya terbit.

"Bang Hen" panggilnya pelan.

"Hm??"

Hendery menoleh dengan alis terangkat.

"Abang besok jadi kuliah di Bandung??"

Hendery diam sebentar sebelum mengangguk.

"Kalau lulus ya jadi, kalau enggak ya gak tau"

Dia tertawa sejenak. Merasa sedikit pesimis bisa kuliah di Bandung apalagi di PTN yang luar biasa terkenal itu.

"Pasti lulus"

"Semoga" kata Hendery sambil tersenyum lebar.

"Abang"

"Hm??"

"Kalau jadi kuliah disini tinggal bareng ayah aja. Biar gak ngekos"

"Boleh boleh"

"Nanti temenin Nono ya?? Dia suka begadang, marahin aja. Kalau malam suka kebangun jadi nanti dicek aja dia suka nangis tengah malam soalnya kangen bunda"

Tiba-tiba tangan Hendery yang sedang melipat baju terhenti. Kepalanya menoleh ke arah Nafa yang masih tersenyum.

"Abang Nono gak suka matcha tapi dia suka susu kok gak kayak aku. Abang suka nonton film horor kalau senggang, temenin aja dia seneng kalau ada yang nemenin nonton"

Nafa menarik nafas pelan.

"Nono gak suka kalau meja belajarnya berantakan jadi nanti bang Hen jangan taruh sesuatu sembarangan tanpa bilang dia ya??"

"Nono juga gak suka kalau ada yang masuk kamarnya tanpa bilang. Nono gak suka kalau dibantah omongannya. Tapi bang Hen tenang aja walaupun gitu Nono anaknya suka ngalah. Dari dulu dia selalu ngalah banyak hal kok sama aku"

Sekali lagi Nafa menarik nafasnya susah payah. Dia terkekeh.

"Dia cengeng banget. Suka nangis, gampang takut, sering mimpi buruk juga. Jadi temenin Nono ya bang??"

"Temenin dia. Jagain anak cengeng itu buat aku, bisa??"

Hendery terdiam sejenak sebelum melepas pakaian yang sedari tadi diremasnya. Dia bangkit berjalan ke arah Nafa dan menggenggam tangan anak itu.

"Bisa. Nanti Abang temenin Nono. Dia suka begadang kan?? Nanti Abang marahin. Nanti kalau dia nangis Abang peluk erat-erat. Abang bakal jagain Nono, Nana tenang aja ya??"

Nafa mengangguk pelan. Merasa begitu lega.

🌼🌼🌼

Nafa tidak ingat berapa lama dia tak melihat rumah bercat abu-abu ini. Nafa tidak ingat kapan terakhir kali dia berlari masuk sambil menggenggam seplastik camilan. Nafa tidak ingat kapan terakhir kali kakinya menginjak lantai marmer putih rumah ini. Rasanya sudah lama sekali.

Dirgantara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang