Agaknya tragedi keracunannya Nafa beberapa hari yang lalu membawa sebuah trauma tersendiri kepada Dirga dan Nova, hingga tau-tau mulai bersifat berlebihan dalam memperlakukan Nafa.
Makanannya dijaga mati-matian. Kali ini Nova adalah yang bertanggung jawab penuh untuk masalah makanannya. Dirga tak banyak bicara untuk protes, dia bahkan tak pernah menyalakan kompor semenjak hari itu, hey!
Bukan hanya itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan Nafa resmi tidur satu kamar dengan Nova semenjak pulang dari rumah sakit.
Nafa awalnya merengek dan menolak keras ide ayahnya tapi kemudian tatap mata Nova membuatnya bungkam. Nova hanya menatapnya tapi Nafa sampai merinding dibuatnya. Jadi dia cepat-cepat menyetujuinya begitu saja tanpa banyak protes lagi.
Sebenarnya tidak ada masalah berarti saat Nafa harus pindah kamar. Toh juga dibandingkan kamarnya, kamar Nova jauh lebih rapi dan wangi. Tapi yang merepotkan adalah perbedaan kebiasaan dan jam tidur mereka.
Nafa sudah bersiap tidur saat jam dinding menunjukkan pukul sepuluh. Namun Nova malah masih terus terjaga disaat Nafa sudah di awang-awang.
Nafa yang tidak bisa tidur dengan lampu menyala lalu Nova yang otomatis tidak akan bisa membaca jika lampu dimatikan. Ya sudah, alamatnya kalau bukan Nova yang mengalah ya Nafa.
Malam ini jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih lima belas tapi lampu di atas plafon masih berpijar terang. Pelakunya tentu saja pemilik kamar yang masih terus duduk di meja belajar dengan buku yang terbuka.
Nafa berbalik menutup wajahnya dengan selimut agar setidaknya cahaya tak lagi menyorot ke arahnya. Dia sudah mengantuk tapi sorot lampu di atasnya membuatnya bahkan tidak bisa memejamkan mata.
"Kapan tidur??"
Nafa nyaris merengek.
"Ahh maaf maaf, lupa" kata Nova sambil buru-buru bangkit.
Ctek!
Lampu dimatikan membuatnya mendesah dan menurunkan selimutnya. Dia melirik pada Nova dan menemukan saudaranya tetap di kursinya dengan lampu senter kecil sebagai penerangan.
"Nggak bisa dilanjut besok aja??"
"Nanggung Na dikit lagi. Tidur aja duluan gak apa-apa"
Huft.
Nafa berbalik arah tapi kemudian kembali menghadap ke arah Nova.
"No"
"Hm"
Hening.
"Abang??"
Nova melepas bukunya sejenak kemudian berbalik menatap ke arah gundukan selimut dalam kegelapan itu.
"Kenapaaa??"
"Hehe maaf tapi tolong ambilin air boleh?? Sesek, hehe"
Lalu dengan segera Nova melompat menyalakan lampu hanya untuk melihat dengan jelas wajah Nafa yang mengernyit karena terganggu akan sinar lampu tiba-tiba.
"Sesek banget??"
Nafa menggeleng. Sedang Nova mulai mendekat, perlahan mengambil bantal di sisi Nafa dan meletakkannya di belakang anak itu. Agar posisi tidurnya sedikit lebih tinggi.
"Enggak terlalu sih. Makanya mau minum Abang"
Nova mengangguk kemudian pergi melenggang untuk mengambilkan tuan muda Nafarel segelas air.
Tak butuh waktu lama bagi Nova mengambil segelas air. Bahkan saat Nafa masih berhitung dalam hati tau-tau dia sudah ada di sampingnya. Hitungannya bahkan baru mencapai angka 56!

KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara ✓
FanfictionDi antara luasnya langit, Dirga hanya berharap bahwa kehangatan akan selalu memeluk rumahnya.