Saat sesuatu yang biasa mengisi hari tiba-tiba hilang tentu perubahan-perubahan kecil begitu terasa. Seolah sesuatu yang salah telah terjadi.
Waktu berlalu begitu saja membawa manusia yang hidup di dalamnya seolah terseret jauh. Tanpa bisa berhenti sejenak untuk sekedar mengambil nafas.
Waktu berlalu begitu cepat. Gak lantas membuat manusia-manusia yang penuh luka itu terbiasa untuk terus berjalan tanpa pegangan lagi.
Tiga bulan telah berlalu begitu saja. Begitu banyak hal yang berubah disini.
Cat rumah yang tak lagi abu-abu. Sofa tua di ruang tamu yang sudah lapuk tergantikan. Lalu dinding penuh coretan di dapur hilang begitu saja.
Banyak yang berubah disini. Terlalu banyak sampai-sampai Nova tetap merasa begitu asing dengannya.
Bangun di pagi hari tanpa harus terburu-buru rasanya sangat aneh. Membuka mata di pagi hari tanpa harus repot-repot melipir ke kamar sebelah untuk menarik bangun penghuninya terasa begitu hampa.
Tiga bulan berlalu begitu saja dan Nova masih berdiri di tempat yang sama. Selalu terpekur berdiri di depan pintu bercat putih dengan banyak stiker hadiah permen karet yang tertempel.
"Nono sarapan!"
Nova mengerjap kemudian tertawa kecil sebelum melenggang pergi dengan tas tersampir di bahunya.
Turun dengan pelan dan mendapati meja makan minimalis milik mereka sudah penuh makanan.
"Lo mau bikin apaan garam sesendok gede gitu!"
Nova menoleh dan tertawa menatap pada Yudha dan Dirga yang berdebat tentang seberapa banyak garam yang akan digunakan.
"Pukul aja palanya om!"
"Ide bagus Der" sahut Yudha memberikan jempolnya pada Hendery yang sedari duduk di kursinya dengan tawa yang mengalun keras.
"Duduk No"
Nova mengangguk meraih sendoknya dan meliarkan pandangan melihat sekali lagi pada sekitarnya.
"Sorry telat si May harus dianter sekolah dulu"
Pandangan semua beralih pada Tendri yang datang terburu dengan plastik berisi makanan di tangannya.
Tiga bulan berlalu dan begitu banyak yang berubah. Rumahnya yang dahulu sepi kini ramai.
Hendery yang diterima kuliah di kampus impiannya dan resmi pindah kesini satu Minggu yang lalu meramaikan rumahnya.
Lalu ada Yudha selalu menyempatkan diri datang setiap pagi untuk menuntun Dirga memasak sarapan yang lebih baik.
Jangan lupakan Tendri yang walaupun harus bolak-balik mengantar putrinya sekolah selalu datang sekedar meminum kopi disini.
Rumahnya ramai, tapi hati Nova tetap merasa sepi. Dia juga bingung kenapa begitu sulit untuk merasa baik-baik saja sekarang??
🌼🌼🌼
Nova masuk ke dalam sekolah dengan langkah pelan. Mengangguk kecil pada siapapun yang melempar sapaan padanya.
Dia hampir saja akan lanjut melangkah ke arah kelasnya jika tidak melihat seorang gadis tampak begitu kesulitan dengan sebuah kardus besar di tangan.
Nova maju meraih kardus itu membuat sosok itu tersentak dan mengangkat pandangan. Berkedip ke arahnya.
"Gue bantu"
"Ahh"
Pelan-pelan gadis itu menyerahkan kardus di tangannya pada Nova dan berjalan mendahului Nova ke arah Mading sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara ✓
FanfictionDi antara luasnya langit, Dirga hanya berharap bahwa kehangatan akan selalu memeluk rumahnya.