Pagi ini suasananya sedikit muram menurut Dirga. Soalnya ini masih begitu pagi tapi Nova sudah turun dengan wajah tertekuk bahkan matanya terlihat sedikit membengkak.
Dirga tidak berani bertanya kalau begini. Melihat bagaimana raut wajah anak itu saja dia sudah ketar-ketir lebih dulu.
Raut wajahnya datar tanpa senyum yang biasanya dia umbar. Belum lagi dia tidak menyapa Dirga sama sekali sejak turun. Dirga jadi khawatir.
"Bang"
"Hm??"
"Ada yang salah ya??"
Nova menggeleng meraih air minumnya sebelum berdiri di hadapan Dirga meraih tangan ayahnya.
"Aku berangkat duluan ya. Nanti kalau Nana gak mau bangun biarin aja gak usah sekolah tadi malam katanya sesak"
Dirga hanya mengangguk, membiarkan Nova berlalu begitu saja. Dirga merinding, anak itu persis sekali dengan ibunya. Yang jika marah atau kesal hanya akan diam dan mendiami semua orang.
Hey! Apakah mereka tidak tau itu hal paling menyebalkan?? Kenapa tidak marah-marah saja?? Atau timpuk sekalian dengan piring??
Setidaknya masalah akan menjadi jelas dan si lawan jadi tau salahnya dimana. Jika hanya didiami begitu ya mana bisa intropeksi diri.
Dia menggeleng pelan, jika mengkaji kesalahan orang lain mah jago sekali sampai-sampai tidak sadar dia juga sama bebalnya.
Dirga berbalik hendak naik membangunkan Nafa saat anak itu malah turun dengan sendirinya. Menguap lebar dengan rambut acak-acakan juga piyama yang kusut.
"Shh"
Dirga meringis menatap penampakan putra bungsunya. Ckck, Nafa dan Nova memang seberbeda ini ternyata.
"Tumben udah bangun??"
"Hm. Haus" katanya acuh dan mengambil gelas kosong di rak, mengisinya dengan air hangat.
"Setelah ini mandi ya lalu bersiap ke sekolah"
Nafa mengernyit.
"Ayah serius??"
"Eh?? Gak mau sekolah ya?? Sakit??"
Nafa menggeleng keras.
"No! Maksud aku ayah serius aku harus mandi sekarang?? Ini masih pagi buta, ayah!"
Dirga mendelik hampir melempar Nafa dengan tutup kaca roti.
"Kamu yang buta! Ini sudah jam setengah tujuh Nana! Matahari sudah terik!"
"Oh"
Memang Nafarel suka sekali menguji kesabaran Dirga di pagi hari.
🌼🌼🌼
Ini perasaan Nafa saja atau Nova sedang menghindarinya??
Ini aneh sekali. Sejak dia bangun tidur sampai matahari sudah ada di atas kepala dia sama sekali belum melihat Nova. Padahal biasanya sebelum masuk kelas Nova selalu datang menemuinya. Benar-benar aneh.
Nafa sama sekali tidak merasa pernah melakukan kesalahan sampai harus didiami begitu. Dia jadi sebal.
Jadi dengan mengabaikan rintik hujan yang mulai turun Nafa keluar kelas mencari sosok ketua OSIS tukang ngambek itu.
Nafa berjalan pelan di koridor lantai dua. Tau betul Nova tidak akan ada di kelas saat istirahat berlangsung. Mentok-mentok pasti mendekam di ruang OSIS.
Sungguh, mencari Nova bukan masalah besar bagi Nafa. Karena memang semudah itu.
Sampai di depan pintu dengan tulisan sekretariat OSIS Nafa membukanya perlahan. Tidak mengetuk pintu, soalnya kebiasaan. Kebiasaan buruk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara ✓
FanfictionDi antara luasnya langit, Dirga hanya berharap bahwa kehangatan akan selalu memeluk rumahnya.