Dirgantara -13-

4.4K 691 48
                                    

Malam ini kepala Dirga terasa penuh. Tentang pertemuan tak terduganya dengan sosok Ayudha juga kilasan masa lalunya yang tiba-tiba terasa berhamburan. Dirga merasa kelimpungan.

Diantara suara ribut di kepalanya Dirga tetap berdiri tegak. Mengambil alat masak dan mulai mengumpulkan bahan untuk makan malam kali ini. Sudah lama sejak dia terakhir kali memasak untuk putra-putranya.

"Nono" katanya menunjukkan putranya yang sedang mengambil air minum.

"Nono?? Ini Nana ayah" katanya.

"Ah maaf"

Dirga bergumam. Anak itu mengernyit sebelum berbalik dan suaranya menggelegar memanggil sosok yang sedari tadi ada di ruang keluarga.

"Nono!"

"Kenapa, Na??" Kata Nova saat sudah bergabung di dapur.

"Dipanggil ayah"

Nova mengangkat alis dan mendekat ke arah ayahnya.

"Kenapa yah??"

"Tolong ayah sebentar, Na"

"Na??"

Nafa dan Nova saling berpandangan saat Dirga lagi-lagi salah menyebut nama mereka. Ayahnya benar-benar tampak tak fokus.

"Maaf maksud ayah Nono, boleh tolong ambilkan sayur di kulkas"

Nova masih tampak kebingungan tapi tetap berjalan ke arah kulkas mengambil sayur kol yang ayahnya maksud.

"Ayah jika kurang sehat kita pesan makanan saja. Jangan memasak"

Nafa di belakangnya mengangguk setuju.

"Iya. Pesan saja Yah"

"Gak apa-apa, ayah gak apa-apa" katanya kekeh sambil mulai memotong kol itu menjadi lebih kecil.

"Kalian tunggu saja hanya sebentar"

Bukannya menurut Nafa dan Nova malah kompak duduk di kursi meja makan memperhatikan dengan seksama Dirga memasak.

Bahkan saat makanan sudah tersaji di atas meja, Nova dan Nafa masih sibuk memperhatikan Dirga.

"Ayah beneran gak apa-apa??"

Dirga tersenyum sebelum mengusak rambut Nafa dan Nova bergantian.

"Iya sayang, ayah okay"

Setelahnya makan malam itu dimulai. Saat Nafa dan Nova fokus pada makanannya Dirga hanya memandang kosong ke depan dengan tangan mulai terkepal.

Kepalanya berisik sekali. Sungguh, mereka berisik sekali.

🌼🌼🌼

Nafa mengernyit. Membalik tubuhnya kesana-kemari saat rasanya tak nyaman. Tubuhnya berkeringat, nafasnya terasa sulit untuk ditarik.

Setelah makan malam tadi tubuhnya langsung terasa tak nyaman sehingga memilih tidur lebih awal. Tapi alih-alih dapat beristirahat Nafa malah merasa kesakitan.

Tangannya bergetar. Perutnya terasa diaduk dari dalam. Dia mual luar biasa tapi tubuhnya malah terasa lemas seolah tanpa tulang.

Dia menarik nafas susah payah, berusaha bangkit menuju kamar mandi saat gejolak dalam perutnya tak dapat lagi dia tahan.

"Hoek"

Nafa memuntahkan isi perutnya. Kesusahan mencapai wastafel sehingga berakhir muntah di depan toilet. Kakinya lemas sekali, Nafa bahkan tak bisa berdiri tegak.

Tubuhnya gemetar. Dia terbatuk hebat, nafasnya pun mulai memburu. Nafa semakin tak fokus saat memandang ke depan dan menyadari penglihatannya memburam.

"A-ayah" lirihnya seolah ayahnya akan datang hanya karena suara kecilnya.

Dirgantara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang