Dirgantara -8-

5K 703 36
                                    

Semua orang juga tau kalau Nova itu begitu cepat tanggap jika menyangkut seorang Nafarel. Benar-benar bukan suatu hal yang mengejutkan jika Nova melakukan suatu hal yang dianggap baik bagi adiknya.

Sehingga saat mendapati adiknya kambuh di sekolah tempo hari tanpa ba-bi-bu lagi Nova mengadu pada ayah. Tak perduli pada Nafa yang merengek dan merajuk padanya.

Penanganan Nafa jauh lebih penting dari pada sekedar menghadapi rengekan Nafa yang bahkan bisa diatasi dengan semangkuk sop ayam.

Efeknya tentu luar biasa sekali bagi Nafa. Buktinya Minggu pagi yang seharusnya dia habiskan dengan berguling di atas ranjang seharian harus ditunda karena ayah menyeretnya ke rumah sakit untuk check up. Padahal seingatnya jadwal check up-nya masih seminggu lagi.

Tapi dua orang yang lebih tua jelas tidak menerima bantahan atau alasan mengada-ada yang sudah mereka hafal di luar kepala itu. Dan pada akhirnya tentu Nafa hanya bisa pasrah mengikuti saja apa kata keduanya dan menjadi anak baik.

Pagi ini setelah Nafa dan ayah berangkat ke rumah sakit, tersisalah Nova dengan rumah berantakan yang harus dibenahi.

Sebenarnya Nova bukan anak pemalas hanya saja membersihkan rumah dua lantai sendirian tentu bukan sesuatu hal yang mudah dilakukan.

Jadi alih-alih membersihkan rumah dia hanya berakhir membersihkan kamarnya sendiri, mungkin kamar Nafa juga nanti jika tak malas.

Dengan semangat seadanya Nova mulai merapikan meja belajar juga ranjang besarnya. Dia tipe manusia yang tidurnya rapi jadi tidak terlalu susah merapikan kamarnya.

Toh sebenarnya kamar ini setiap hari kerja dibersihkan oleh bibi Tutik, asisten rumah tangga mereka yang hanya kerja di weekdays dan setengah hari. Jadi ya tidak sekotor yang dibayangkan.

Setelah selesai menyapu kamarnya dia meletakkan sapu dan pengki di sudut ruangan. Meregangkan otot-ototnya sebelum memutuskan membersihkan kamar adiknya. Mumpung niatnya masih ada.

Baru saja memasuki kamar itu Nova tidak bisa tidak berdecak. Kamar Nafa tak lebih baik dari tempat pembuangan akhir. Berantakan sekali.

"Ini kamar atau tempat buangan buset" katanya sambil mencoba merapikan kamar Nafa dengan mengambil pakaian kotor yang entah bagaimana bisa berceceran di lantai.

Selimut juga turut berada di sana, dengan seprai yang sudah terlepas dari kasur. Nova penasaran bagaimana sebenarnya cara Nafa tidur. Apakah berputar searah jarum jam makanya bisa begini??!

Tak ada waktu mengeluh. Nova merapikan ranjang itu dengan cepat. Berharap semoga setelah pulang dari rumah sakit adiknya bisa beristirahat dengan tenang.

Ugh, such a good brother.

Setelah selesai dengan ranjang juga pakaian-pakaian kotor Nova beralih ke arah meja belajar.

Merapikan buku-buku Nafa yang tidak beraturan. Tangannya sempat terhenti saat melihat kotak-kotak obat juga ada di sana. Di antara tumpukan buku-buku Nafa yang berantakan.

Dia mengambil satu kotak. Mengusapnya pelan kemudian kembali mengembalikannya dan mengaturnya agar lebih rapi.

Ada tiga jenis kotak obat disana. Karena Nova adalah jenis manusia anti ribet maka dia jejerkan saja ketiganya. Yang penting tampak rapi, sudah.

"Nah rapi. Cakep"

Menepuk tumpukan buku-buku itu sekali Nova bergerak mengambil sapu. Mengerjap saat sayup sayup suara bel rumahnya berbunyi.

"Salah denger kali ya" katanya acuh.

Ting nong!

Dia mengerjap masih dengan sapu di tangannya dia lekas turun ke bawah saat bel rumah masih saja di tekan dari luar, dia tidak salah dengar ternyata.

Dirgantara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang