Dirgantara -19-

4.1K 657 17
                                    

Dirga berakhir menginap semalaman di rumah Tendri dan pulang ke rumahnya sendiri saat jarum jam nyaris menyentuh angka tujuh pagi.

Dia mendesah pelan saat perasaan bersalah menghantui hatinya. Dia lagi-lagi lari dan meninggalkan anak-anaknya sendirian.

Sebelum membuka pintu Dirga memejam sejenak untuk menata hatinya sebelum menarik pelan-pelan sudut bibirnya. Tersenyum seolah semua tengah baik-baik saja.

"Selamat pagi!" Sapanya saat masuk lebih dalam dan menemukan Nafa tengah sarapn di meja makan.

"Oh ayah udah pulang??"

Dirga mengangguk mendekat dan mengacak rambut anak itu.

"Abang mana dek??"

Nafa mengendik sebelum menunjuk ke arah anak tangga.

"Hm??"

Kernyitan halus pada dahi Dirga tercipta. Nova belum siap padahal sudah hampir jam tujuh??

Aneh sekali.

Dia akan bertanya lebih lanjut tentang Nova saat anak itu malah tampak turun ke lantai bawah. Lengkap dengan dua tas juga sebuah jaket tebal yang membuatnya tampak kerepotan.

Dirga mengangguk mafhum. Karena itu ternyata Nova tak ada disini. Sekarang baru terasa benar.

"Pagi bang"

"Pagi, Yah. Baru pulang ya??"

Dirga mengangguk membiarkan Nova mendekat dan meletakkan tas Nafa di pangkuan anak itu. Dirga masih fokus memperhatikan bagaimana Nova mulai membantu Nafa mengenakan jaketnya. Sebelum berjalan ke arah meja dapur.

"Ayah lemburnya lama ya??"

"Hm??"

Dirga yang tengah menuangkan air menoleh sejenak. Menatap Nova dengan dengan alis terangkat.

"Bawah matanya item banget"

"Iya ihhh ayah kalau kerja jangan capek-capek. Itu mukanya jadi jelek banget. Matanya bengkak mana item-item lagi di bawahnya. Ihhh ayah pokoknya harus istirahat ya!"

Dirga terkekeh pelan mengangguk mengiyakan setiap omelan yang datang bergantian dari kedua putranya.

Karena ternyata yang dibutuhkan Dirga hanya pulang dan melihat senyum kedua putranya untuk menjadi baik-baik saja.

"Ayah sayang sekali dengan kalian"

Rasanya Dirga rela memberikan dunia untuk mereka. Setidaknya dunia miliknya.

🌼🌼🌼

Surat edaran dari OSIS terkait pensi sudah tersebar sejak dua hari yang lalu. Tidak seperti tahun sebelumnya dimana hanya kelas 12 yang akan menampilkan persembahan tahun ini semua kelas ternyata harus turut berpartisipasi.

Semua kelas antusias terlebih untuk anak-anak kelas 10 yang memang baru pertama kali mengikuti acara begini.

Kelas Nafa juga sama hebohnya. Walaupun kelas 11 sudah pernah mengikuti pensi tetapi effortnya tentu saja berbeda.

Sedari kemarin mereka sibuk berdiskusi tentang apa yang akan mereka tampilkan lalu dengan musyawarah mufakat akhirnya mereka setuju untuk menampilkan suatu drama murahan.

"Ini yang jadi pangerannya gak bisa diganti?? Masa pangerannya Haidar?!!" Suara Yunita menggelegar masih menolak dipasangkan dengan Haidar.

"Alah kayak aing mau aja dicocok-cocokkan sama maneh"

"Tuh tuh kan!!"

"Haidar"

Lalu sosok berwibawa Satria akan turun tangan mengatasi kegaduhan temannya.

Dirgantara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang