Seharusnya sejak Dirga mengatakan akan bergabung dalam proyek besar di perusahaannya beberapa hari yang lalu Nova sudah menduga hal ini akan terjadi. Rumah akan terasa lebih sepi.
Tapi tetap saja rasanya aneh sekali saat pagi hari tidak ada Dirga di dapur yang biasanya ada disana, entah untuk membuat sarapan nasi goreng asin untuknya atau hanya sekedar mengoleskan roti panggang milik Nafa dengan selain kacang.
Dapur sepi dan meja makan tampak kosong. Ini terasa aneh.
Pasalnya selama dua tahun terakhir ini pertama kalinya Dirga berani mengambil sebuah proyek besar yang mengharuskannya menghabiskan lebih banyak waktu untuk mendekam di kantornya.
Bahkan beberapa kali Nova curi dengar percakapan ayahnya dan Tendri bahwa mereka akan sering ke luar kota untuk survei.
Ada rasa berat di hatinya tapi Nova terlampau tau diri. Selain karena mereka yang saat ini memang butuh banyak biaya, Nova tau kalau Dirga mencintai pekerjaannya lebih dari yang Nova bisa bayangkan.
Nova tak mau egois hanya untuk menahan ayahnya agar bisa mengembangkan karir pun dengan kegemarannya itu. Ayahnya juga harus berkembang.
Tapi masalahnya adalah Nova jadi yang tertanggung jawab untuk semua hal di rumah saat ayah tak ada. Dan itu tidak bisa membuatnya tidak mengeluh.
Membangunkan Nafa adalah sekian banyak hal sulit yang dia lakukan di pagi hari. Belum lagi mendengar rengekan anak itu yang tidak suka dibangunkan lebih pagi dari biasanya. Dan lagi Nova harus rela menunggu hingga selesai sarapan. Huft.
Yang sedikit membuatnya tak rela adalah motor kesayangannya kini digantikan oleh mobil sedan putih karena sang tuan muda Nafarel kini berangkat bersamanya.
Di hari pertama saat ayah mulai sibuk Nafa sudah mengatakan tidak apa-apa jika mereka menggunakan motor saja tapi Nova mana rela adiknya terpapar asap dan panas matahari saat pulang sekolah!
Jadi walaupun berat hati meninggalkan motor kesayangannya dalam garasi dan berakhir sering terjebak macet saat pergi dan pulang sekolah Nova tidak lagi banyak mengeluh.
"Nanti pulang mau ikut Haidar lagi??"
Nova bertanya saat mereka turun dari mobil dan berjalan beriringan di koridor sekolah.
"Huum, Lo kan lagi sibuk rapat ini itu kalau nunggu di sekolah males, sepi. Atau gue pulang duluan aja??"
Nova buru-buru menggeleng.
"Iya ikut Haidar aja paling nggak nanti disana gak sendirian"
Nafa mengangguk dan hendak naik ke tangga saat tangannya di tarik pelan. Dia mengernyit saat Nova tampak membuka tasnya dan mengeluarkan kotak bekal berwarna biru.
"Tadi gue panggang roti kebanyakan. Nanti makannya waktu istirahat. Jangan ke kantin ya??"
Nafa menghela nafas dan mengangguk saja meraih kotak bekal itu dan mulai beranjak meninggalkan Nova.
"Hati-hati Na"
"Gue cuman naik tangga, dodol!"
Nova terkekeh dan menggeleng melanjutkan langkahnya menuju kelas. Menarik senyum seindah mentari pagi yang agak sedikit berkebalikan dari hatinya yang sedari tadi misuh tidak jelas.
Yah namanya juga manusia. Bibir boleh tersenyum, tapi hati siapa yang tau??
🌼🌼🌼
Memang semenjak berangkat dengan Nova kata terlambat tak pernah lagi tersemat setelah namanya.
Rasanya agak aneh saat tiba-tiba Nafa merasa menjadi anak paling rajin se-bumi. Padahal dia hanya datang lima belas menit lebih awal sebelum bel masuk berbunyi.
![](https://img.wattpad.com/cover/296622040-288-k559526.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirgantara ✓
ФанфикDi antara luasnya langit, Dirga hanya berharap bahwa kehangatan akan selalu memeluk rumahnya.