Dirgantara -20-

3.9K 618 62
                                    

Semalam adalah malam yang panjang bagi keluarga ini. Pasalnya bungsu mereka tadi malam cukup mengkhawatirkan. Dirga ketar-ketir dibuatnya.

Dengan panik menelpon dokter Kunto karena anak itu yang tetap kekeh tak mau ke rumah sakit. Beruntung Kuntoro selalu sigap jika menyangkut Nafa sehingga walaupun dipanggil nyaris tengah malam pun tetap datang.

Syukurnya setelah mendapat injeksi dari Kuntoro keadaan anak itu berangsur membaik. Nafasnya sudah mulai teratur dan tidak terdengar berat saat dihela. Setidaknya itu sudah mampu membuat Dirga sedikit lebih tenang.

Malam tadi cukup panjang dan Dirga merasa begitu kepayahan hingga bahkan saat Nova sudah berangkat ke sekolah dia masih terlelap dengan Nafa dalam dekapan yang sama lelapnya.

Tentu saja Nova tau diri untuk tidak membangunkan keduanya mengingat ayah bahkan nyaris tidak tertidur dan baru bisa tenang saat jam dinding menunjukkan pukul tiga pagi.

"Ayah"

"Hm??"

Suaranya serak menjawab panggilan lirih putra bungsunya.

"Haus"

Dengan kesusahan Dirga membuka matanya. Tersenyum tipis pada Nafa dan mengusap kening anak itu pelan, sebelum bangkit perlahan.

"Tunggu sebentar ya"

Dirga menguap lebar, mulai menuangkan air dalam gelas. Kepalanya tertoreh ke arah jam dinding. Sudah pukul delapan ternyata.

"Setelah ini sarapan ya, dek?? Abang kayaknya udah beliin sarapan tadi" katanya setelah membantu Nafa meminum air hangat yang dibawakannya.

"Huum"

Nafa hanya mengangguk. Kalau dipikir-pikir dia belum makan sedari kemarin anehnya dia bahkan tidak merasa lapar. Malah yang ada dia mual membayangkan makanan masuk ke dalam mulutnya.

Tapi Nafa juga sadar diri akan semakin merepotkan jika dia menolak. Kasihan ayah pasti akan sedih dan khawatir.

"Nono sekolah?" Katanya sesaat setelah ayah mengasurkan sesendok bubur ke hadapannya.

"Iya. Katanya lagi sibuk persiapan pensi. Jadi pulangnya sore. Kenapa dek??"

Nafa menggeleng.

"Gak apa-apa"

Kemudian keduanya terdiam. Nafa yang sibuk mengunyah, menahan diri agar tidak memuntahkan sarapannya dan Dirga yang terus menyuapinya tanpa bersalah.

"Udah ayah, mual"

Dirga mengangguk kemudian kembali membantu anak itu untuk meminum obatnya.

"Masih sesak gak??"

Nafa menggeleng pelan membuat Dirga menghembuskan nafas lega.

"Syukurlah" katanya kembali mengelus rambut dan wajah Nafa. Astaga, sayang sekali Dirga dengan anak ini sampai rasanya hampir gila melihatnya kesakitan.

Nafa hanya diam menikmati sentuhan lembut ayah yang membuatnya hampir kembali terlelap.

Tapi sedetik kemudian ponsel Dirga yang diletakkan di mejanya berdering. Dirga awalnya abai tapi saat ponsel itu berdering untuk yang ketiga kalinya dia geram. Dengan kesal bangkit dan mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"....."

Matanya melirik ke arah Nafa yang bersandar pada headboard kasur.

"Gak bisa besok aja?? Gue gak bisa ninggalin Nana" katanya sambil menjauh dari sana.

"Lo kan tau sendiri, Ten"

Dirgantara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang