Dirgantara -6-

4.6K 713 49
                                    

Pagi hari itu adalah awal baru dari lembaran baru kehidupan. Apa yang terjadi kemarin sudah terlewati dan buru-buru ditutup seolah tak ada yang terjadi.

Agaknya di rumah ini semua terlalu pintar bersandiwara. Bagaimana Nafa dan Nova tampak biasa saja padahal semalam menangis lama. Pun dengan Dirga yang tampak baik-baik saja seolah apa yang dia lakukan tiap malam hanya sebuah khayalan. Luka dan sakit di malam hari mereka tutupi dengan senyum dan tawa di pagi hari.

Bukan maksud hati untuk bersikap keras kepala. Mereka hanya terlalu mengerti, lebih baik menyimpan sendiri sesuatu hal yang masih bisa diatasi. Toh hanya akan menambah masalah baru saja jika itu diungkapkan.

Jadi Nova seperti hari biasanya selalu turun lebih dulu seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Tersenyum menyapa ayah dan mengeluh tentang bagaimana Nafa yang susah dibangunkan. Sarapan dengan masakan asin ayah dan buru-buru berangkat ke sekolah meninggalkan si pangeran tidur yang pasti akan berangkat belakangan.

Sebenarnya ada sejarah panjang kenapa Nova lebih memilih membiarkan adiknya hampir selalu terlambat sesukanya.

Dulu pernah di awal kelas sebelas Nova memaksa adiknya bangun lebih pagi dan berangkat dengannya. Awalnya semua baik-baik saja tapi saat siang menjelang tiba-tiba tersiar kabar Nafa dibawa ke ruang kesehatan. Pusing hingga mimisan katanya.

Hari itu Nova bahkan ingat bagaimana dia berlari dari lantai dua kelasnya ke arah ruang kesehatan yang bahkan berbeda gedung.

Karena itulah Nova kini hanya bisa berpasrah saja akan perilaku adiknya yang macam beruang itu. Tak bisa kekurangan tidur maka akan mengamuk.

Ya kalau mengamuk dengan marah-marah Nova masih bisa mentolerir tapi jika tubuhnya yang malah mengamuk sampai adiknya kesakitan Nova tidak bisa lagi.

Biar saja adiknya terlambat dari pada seharian malah pusing dan merengek sakit. Biar saja Nova menghasut setiap anggotanya untuk membebaskan adiknya setiap terlambat. Dia benar-benar tidak perduli, yang penting adiknya baik-baik saja.

Sudah dibilang, Nova itu terlalu mencintai adik bebalnya itu.

Ngomong-ngomong hari ini dia yang piket di gerbang utama. Menjegat siapa saja yang terlambat datang. Jadi jauh sebelum bel waktu masuk berbunyi Nova sudah berdiri di depan gerbang berjejer dengan teman-teman OSIS-nya yang hari ini piket bersamanya.

Waktu menunjukkan pukul tujuh lebih sepuluh menit. Itu artinya dua puluh menit lagi gerbang akan ditutup.

Nova tidak berharap banyak pada adiknya, sungguh. Dia bahkan sudah bersiap mencatat nama adiknya di atas buku yang dia pegang.

Namun entah suatu keajaiban dari mana suara adiknya yang terdengar bersemangat masuk ke telinganya.

"Haloooo"

Dia mendengus menatap Nafa yang benar-benar datang tepat waktu. Lima menit sebelum gerbang ditutup, bagi Nova itu tepat waktu. Yah sebuah kemajuan.

"Gue gak terlambat dong, yuhuuu" katanya sambil melambaikan tangan ke arah Nova juga jajaran anak OSIS lain yang tengah piket.

Nova menggeleng sebelum mendorong anak itu dengan pelan.

"Yaudah masuk sana jangan petakilan"

"Cih gak asik. But pai pai jangan kangen, muachh"

Sebuah ciuman jarak jauh yang Nafa layangkan membuat Nova terkekeh. Adiknya selalu bisa merubah suasana hatinya dengan baik.

"Adik kak Nova lucu banget ya"

Namun tak lama sebuah suara disebelahnya membuatnya mengernyit dan berhenti tertawa. Nova mengangkat alis menatap pada sosok adik kelasnya yang juga piket hari ini.

Dirgantara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang