Dirgantara -3-

5.5K 752 19
                                    

Selama hidupnya Bintang adalah manusia paling keras kepala yang pernah Dirga kenal. Baginya tak ada yang lebih keras dari Bintang jika sudah menginginkan sesuatu.

Tapi mungkin Dirga lupa bahwa buah tak pernah jatuh jauh dari pohonnya. Buktinya Nafa sama kerasnya dengan Bintang.

Lihat bagaimana anak itu tetap kekeh ke sekolah padahal kemarin nyaris tak bisa berdiri tegak sendiri.

Kakinya bengkak hingga tidak bisa digerakkan. Semalaman penuh Dirga kompres dengan air hangat. Agaknya anak itu lupa bagaimana caranya mengerang kesakitan kemarin saat dada kanan bawahnya turut nyeri.

"Dek, ayolah istirahat di rumah sehari. Ayah udah bilang loh ke om Tendri gak masuk sekarang demi kamu"

"Aku gak pernah suruh ayah cuti kok" balasan yang membuat emosi Dirga sedikit tersentil.

Tapi Dirga memilih menghela nafas panjang. Berusaha mengendalikan emosinya takut malah menyakiti putranya sendiri.

"Iya kamu gak nyuruh memang tapi ayah gak mungkin tenang ninggalin kamu sendirian"

"Makanya kan aku mau ke sekolah biar ayah bisa kerja gak perlu nemenin aku"

Larut dalam perdebatan mereka yang bahkan hanya berputar-putar disana saja, pintu dibuka dengan sedikit keras membuat keduanya menoleh. Terkejut.

Tak lama Nova masuk dengan wajah datar menatap pada Nafa yang duduk di atas ranjang bersandar pada bantal-bantal yang disusun tinggi.

"Kalau masih mau sekolah mending bawa ke rumah sakit sekalian aja, yah. Biar dijaga om Kunto, ayah juga bisa kerja. Ngapain maksa anak yang gak mau denger kata orang tua??"

Diam. Senyap. Nova yang serius itu memang sesuatu. Dirga bahkan turut merasa gugup karenanya.

"Kalau gak mau diatur harusnya ngerti mana yang harus dilakuin. Kalau gak mau dilarang harusnya tau itu gak baik. Kalau masih kayak anak kecil gini, maksa-maksa gak jelas mending diam, nurut"

Nafa mengkerut pelan-pelan malah menyembunyikan diri di dekat Dirga. Menghindari tatapan Nova yang serasa menembus kepalanya.

"Katanya mau nurut sama ayah sama Abang, katanya udah janji sama bunda. Mana?? Masih ngelawan tuh"

Sebuah tarikan pada ujung kemejanya membuat Dirga menoleh.

"Ayah, gak mau sekolah. Nono serem" Nafa mencicit suaranya lirih hampir tak terdengar. Tapi jarak Nafa dan Dirga yang memang dekat membuat kalimat Nafa sampai dengan sempurna ke telinganya.

Sebuah senyum lantas terbit dari bilah bibir Dirga. Mengusap kepala putra bungsunya pelan dia mengangguk.

"Udah, No. Adek katanya gak mau sekolah ini. Kamu turun duluan nanti ayah nyusul"

Setelahnya Nova betulan melenggang pergi membuat putra bungsunya semakin menunduk.

"Makanya denger kata ayah, dimarahin kan jadinya"

Nafa mengangguk. Di rumah ini agaknya bukan Dirga yang berkuasa. Buktinya alih-alih takut padanya Nafa jauh lebih takut pada Nova, seolah yang memegang kendali paling besar di rumah.

Tapi sebenarnya tidak juga sih. Nova hanya menakutkan di saat-saat tertentu saja. Biasanya dia bahkan tidak bisa tidak tersenyum melihat Nafa. Makanya kalau sekalinya marah Nafa takut sekali. Nova jadi menyeramkan.

"Iya, gak gitu lagi"

Ahhh jika begini Dirga merasa kedua putranya memang sudah besar. Sudah mengambil tanggung jawab sendiri. Dalam hati Dirga menyayangkan kenapa waktu bergerak begitu cepat.

Dirgantara ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang