Diawal minggu baru, semua orang nampak sibuk melakukan aktifitas mereka sehingga jalanan ibu kota nampak sangat ramai. Jalanan saja macet parah karena beberapa pengguna jalan yang seenak mereka sendiri. Beberapa pejalan kaki saja mengeluh ketika pengendara motor memakai trotoar sebagai jalur alternatif. Walau di depan nanti akan ditilang polisi.
Korban kemacetan tentu tak terhitung, salah satunya gadis bersurai hitam yang tengah duduk dalam diam di sebuah taxi yang dia pesan online. Dia menatap keluar jendela, memandangi kemacetan jalan raya yang sudah menjadi sarapan paginya setiap hari. Dalam hati, ia menghela nafas.
"Ga bisa apa sehari no macet? Lama lama gue beli helikopter ni. Berangkat sekolah pake helikopter biar ga kena macet." batin gadis itu halu.
"Sekalian pamer kalau gue anak sultan. Duit unlimited kaya Daisuke."
"Oalah, halu gue."
"Maaf nona Aria, jalanan lebih macet. Apa tetap mau di taxi? Nona keburu buru masuk kelas kan?" tanya supir khawatir.
Sosok itu -Aria- menoleh ke arah si supir, menatapnya sesaat lalu mengangguk. "Baiklah. Uang nya terima saja. Aku akan lari ke kampus."
"Maaf ya, nona..." Aria mengangguk lalu membuka pintu mobil.
Sebelum...
"ASTAGA! TAXI ITU AKAN TERKENA LEBIH DAHULU!!"
Aria menoleh ke belakang, bersamaan dengan sebuah truk kontainer menghantam bagian belakang taxi. Tubuh Aria menghantam kursi di depan dengan kencang, dadanya terhimpit kursi belakang yang rusak akibat hantaman kuat. Tubrukan kencang itu tersalur ke depan sampai memakan 8 mobil dan 7 korban nyawa termasuk Aria dan si supir.
Satu hal yang Aria ingat sebelum menutup mata...
Yaitu seekor kucing putih yang mengeong, ralat. Berbicara kepadanya.
"Semoga kamu bahagia di kehidupan keduamu nanti."
After a few hours...
Wanita paruh baya berlari kencang melewati koridor rumah sakit untuk pergi ke sebuah ruangan. Dimana putrinya terbujur di atas ranjang tak bernyawa setelah pertolongan berupa gelombang kejut agar kepergian gadis itu bisa dihindarkan. Tapi takdir berkata lain, maka ia mati karena gelombang kejut itu sia sia.
"ARIA!" jerit wanita itu histeris. Wajah putih Aria ternodai banyak luka serta darah akibat serpihan kaca, dan beberapa hal lainya.
•••
Aria perlahan membuka matanya. Pengelihatanya disambut oleh langit malam dari jendela atau tepatnya pintu kaca dari arah balkon. Terlihat bulam sabit bersinar dengan eloknya, ditemani para bintang yang bertaburan menghiasi langit.
"Ini dimana woy? Bagus bener." gumam Aria pelan.
"Kau?"
Aria memusatkan pengelihatanya ke sosok pria tinggi bersurai pirang tengah melipat tangan di depan dada, menghadap dirinya yang berada di kasur. Tubuh Aria menegang melihat seberapa tinggi pria itu, terlebih wajahnya yang cukup rupawan. Tapi...
"SIAL MATAKU TERNODAI!!!" jerit Aria histeris melihat abs sosok itu terpampang jelas karena pakaian yang ia pakai hanya menutupi sedikit bagian atas.
"Ku tanya, kamu siapa? Bagaimana kamu disini?" tanya pria itu dengan tatapan serius.
"YAK! MANA GUE TAU?! GUE BANGUN BANGUN UDAH DISINI!" balas Aria berteriak karena masih syok dengan pemandangan perusak mental di depannya. Six pack nya mantap bro, pengen sentuh rasanya:).
Alis pria itu terangkat. "Aku apakan kalau kau berbohong?"
"APA SAJA! ASAL JANGAN BUNUH AKU! AKU BARU SAJA MATI!"
"Maksudmu?"
"Jadi aku mau ke kampus, tapi macet. Yaudah aku keluar taxi, eh ada truk kontainer nabrak bagian belakang taxi sampai badanku kegencet di antara kursi penumpang belakang dan kursi penumpang depan. Di rumah sakit, aku tewas setelah mendapat pertolongan pertama. Bangun bangun aku disini dan berdebat dengan mu."
Pria tadi hanya terdiam, mencerna cerita Aria sebaik mungkin.
"Intinya kau mati, lalu hidup lagi?" tanya nya setelah mengerti maksud pembicaraan Aria.
"Benar sekali."
"Artinya... Kau Irregular..."
"Irregular? Bentar... Ir-re-gu-lar... KOK... HEH?! INI MENARA?!"
Aria yang semulanya menunduk akibat ucapan sosok asing di hadapanya, kini mendongak lagi dengan tangan gemetar.
"K-kau... Zahard?" suara Aria terdengar bergetar.
Zahard menyunggingkan senyuman miring. "Tepat sekali, dan kau begitu lancang dengan muncul di kamar ku."
•••
Merenung.
Inilah yang Aria lakukan di kamar Zahard. Pemilik kamar keluar beberapa saat lalu karena harus menemui Adori, putri angkat sekaligus kepala militer di pemerintahanya. Plus regular wanita dengan rank tertinggi di menara. Sedigit angka dibawah seorang Khun Edahn.
Kembali ke topik awal.
Dia merenungi nasib.
NASIB TENTANG BAGAIMANA DIRINYA TERLEMPAR KE MENARA SEBAGAI SOSOK YANG NGGAK NGERTI SIHIR.
Entar disetrum Maschenny gimana? Dibogem Yuri mental keluar kastil gimana? Di tendang Endorsi gimana? Di serang sikembar Shilial Lilial gimana?
Kalau Repelista, dia masi bisa kalem.
Enne ga mungkin, dia di segel.
Garam juga mustahil. Dia aja sembunyi di lantai kematian.
Lah, Hagipherione? Adori? Maria? Mereka cukup sus walau personality resmi belum debut secara resmi di webtoon nya.
"Mak, maafkan dosa anakmu ini. Maaf karena pernah nyuci monitor antik mama sama air, maaf karena pernah mecahin satu guci antik yang mak dapat dari acara lelang, maaf juga pernah rusakin gaun mahal mak yang pesen VIP ke Gucci..." gumam Aria kapok.
Dosamu banyak sekali nak./plak
"Semoga aja Zahard nggak nyuruh anak pungutnya kesini..." gumam Aria lagi, tapi jauh lebih pelan.
Aria berdiri karena kakinya sudah hampir mati rasa. Dengan tertatih tatih karena kesemutan, ia duduk di sofa empuk milik Zahard yang akan ia gunakan sebagai kasur. Ga mungkin dia nebeng sekasur ama Zahard.
"Tidur aja dulu..."
Aria menidurkan kepalanya ke sebuah bantal yang ada lalu menyelimuti dirinya dengan kain tipis berwarna merah. Matanya perlahan tertutup, bersamaan dengan pintu ruangan yang terbuka.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Control • TOG Fanfiction
FanfictionKecelakaan maut beruntun merenggut nyawa seorang mahasiswi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kampus di semester ke 3 nya, namun naas, nyawanya telah direnggut terlebih dahulu. Dan ketika membuka matanya, ia melihat sosok pria tinggi berambut pira...