Missing Control • S2 • 15

243 43 2
                                    

Iris kuning Zahard menatapi tumpukan dokumen di meja kerjanya dengan kesal. Hampir dia jarang beristirahat karena dokumen dokumen ini, meski seharusnya dia berhibernasi sekarang untuk sekedar mengumpulkan energi.

Sayangnya, kebanyakan putri angkat nya tengah disibukkan oleh banyak hal. Adori dan Hagi kembali mengurus soal perdagangan budak ilegal yang mulai memakan korban jiwa. Maschenny sendiri tengah mengurus urusannya dengan Putri lain.

Yuri... Gadis itu tak bisa Zahard andalkan sama sekali.

"Ck, andai gadis itu (Dibaca Aria) disini, kurasa aku tak akan kerepotan seperti ini." gumam Zahard seraya memijit pangkal hidungnya.

Tapi tiba tiba, ia teringat akan mimpi buruknya tadi malam. Mimpi mengerikan yang sempat membuatnya sedikit merinding.

Bukan tentang kematiannya di tangan Putra Arlene, bukan pula tentang kehancuran Menara yang berusaha ia jaga meski dengan cara yang salah.

Melainkan, gangguan mental yang dialami 'Gadisnya', Aria.

Flashback...

"Apa ini?"

Iris emas sang raja beradu dengan iris ruby si gadis. Ia menangkap banyak noda darah di rambut, tubuh, pakaian juga wajahnya. Darah itu terlihat masih sangat baru dan mengeluarkan bau amis.

"Oh, ini? Aku baru saja mengesekusi bawahan Gustang yang terlibat soal pembunuhan'nya'." Tatapan yang dulu terlihat hidup, kini nampak sedikit kosong.

Zahard membenci perubahan ini.

"Aku sudah bilang, kalau putri lain yang melakukannya." Zahard berucap dengan suara pelan dan lembut, terdengar aneh tapi itulah kenyataanya.

Aria menatap dalam pria jakung dihadapannya lalu menunduk. "Setidaknya... Biarkan aku mengakhiri nyawa pembunuh yang merenggut sahabatku." lirihnya.

Tak terasa, isakan kecil keluar dari bibir mungil Aria. Secara tiba tiba, tangan Zahard terangkat dan menarik Aria kedalam pelukannya. Ia mendekap Aria dengan erat, seolah takut kehilangannya.

"... Menangislah, bocah."

Flashback Off...

Mimpi itu terasa begitu nyata, sampai sampai mata Zahard sedikit memerah. Sepertinya, dia sendiri ingin menangis tapi terhalang ego.

"... Mau tak mau, aku mengakui pernyataanmu, Edahn." Zahard menopang kepalanya dengan sebelah tangan, sementara tangan lainnya memutar mutar pena.

"Kuakui, aku terpikat oleh gadis itu."

Brak!

"Ayah! Aku menemukan petunjuk soal perdagangan budak!" seru Hagi tiba tiba seraya menggebrak pintu.

"Hagi, itu tidak sopan."

"Eh, maaf!! Aku terlalu bersemangat... Hehehe." Hagi tersenyum canggung.

Kali ini, Zahard memaklumi tingkah Hagipherion yang terkadang cukup kekanak kanakan. Mengingat dia dari keluarga Arie, itu seperti hal lumrah. Mereka dianugerahi bakat berpedang dan membunuh yang luar biasa, sebagai gantinya mereka memiliki sifat yang cukup kekanak kanakan.

Sifat kenakan kanakan yang dikolaborasikan dengan gila membunuh.

"Apa petunjuk nya?"

Adori mengeluarkan sebuah dokumen dengan beberapa foto yang berhasil ia tangkap dengan kamera. Ia menyerahkan dokumen itu kepada Zahard.

Dibukalah Dokumen tersebut dan ia mengeluarkan isinya. Foto demi foto ia perhatikan lamat lamat, sampai salah satu lembaran menarik atensinya.

Alisnya menukik seketika melihat sebuah lambang Kepala Keluarga yang ada di salah satu tembok.

Missing Control • TOG FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang