!AKTIFKAN MODE BACA TERANG!
•
[REVISI]
Aria tersenyum terus menerus selama perjalanan keluar kerajaan Zahard. Mengingat momen menggemparkan tadi, dia ingin ketawa ngakak. Aeden yang ada si sebelahnya menatap jijik Aria yang senyum senyum kaya orang gila. Apa setelah ditendang Yuri seminggu yang lalu, otak Aria ikut geser?
"Lo kenapa si anjing? Senyum mulu kek orgil." tanya Aeden sarkas seraya menatap jijik Aria yang melebarkan senyumanya.
"Shitteru no?¹" (Kau tau?)
"Nani ga yo?²" (Apanya?)
Aria tersenyum lebih lebar sampai gigi putih berseri nya terlihat. "Aku baru saja mimpi mencium Zahard."
"Oh."
Bentar...
Cotto wait kudasai...
Aeden yang semulanya biasa aja langsung mendelik mendengar sederet kata yang muncul begitu saja dari mulut Aria. Dia syok bukan main, bahkan dia sampai tak sadar telah berhenti berjalan.
"EH ANJIR?!"
Aria terus berjalan mengabaikan celotehan Aeden yang syok luar biasa. Meski ia memplesetkannya menjadi mimpi. Sebenarnya Aria sempat mencium pipi Raja Menara itu ketika dia tertidur di meja kerjanya. Entah kebetulan atau tidak, ia memang diminta Maschenny mengantarkan dokumen kepadanya. Mumpung Zahard tertidur lelap, boleh lah curi curi.
Aria dan Aeden telah tiba di lantai 1, dimana lantai itu tempat dimana Bam akan muncul. Atau mungkin mereka bertemu Rachel.
"SAMLEKOM!" seru keduanya ketika melihat Rachel bersujud sujud di depan Headon.
Headon menoleh, bersama Rachel ke arah dua manusia irregular itu. Headon tersenyum.
"Wah, Irregular ke tiga? Bersama seorang keluarga Ha? Luar biasa." ucap Headon. Rachel terbelalak mendengar kata Irregular dari Headon.
"Dari mata kalian, sepertinya kalian ingin terburu buru menaiki menara." kedua orang itu mengangguk.
"Kalau begitu--"
"BAWA AKU BERSAMA KALIAN!" seru Rachel tiba tiba, membuat Aria terlonjak kaget. Dahi Aeden berkerut.
"Apa untungnya kami?" tanya Aeden dingin. Rachel terkejut.
"Di menara, harus ada timbal balik. Kami pergi membawamu, maka apa yang bisa kamu berikan kepada kami?" tanya Aeden lagi membuat Rachel bungkam.
"Oh aku tau!" Aria berseru.
"Kau! Harus membunuh monster itu dengan tangan kosong untuk kami. Baru setelahnya kami membawamu naik. Bagaimana, tuan headon? Kesepakatan nya bisa diterima?"
Aeden menatap Aria heran. Bisa bisanya kepikiran kaya gitu. Tapi melihat ekspresi Rachel, Aeden setuju. Headon nampak berpikir terlebih dahulu sebelum mengiyakan Irregular itu.
"MANA BISA BEGITU?!" bentak Rachel kesal.
"Kalau dia mati dimakan, ya berarti batal. Mudah kan? Toh dia juga kemari karena salah panggil." lanjut Aria lalu tertawa mengejek. Headon tersenyum.
"Pemikiran mu cukup kejam. Tapi tidak ada salahnya. Kau, masuk ke sana." Haeadon memberi perintah. Rachel kelabakan, dia tidak tau harus melawan monster itu dengan apa.
Selama beberapa menit, dia terdiam di posisinya. Aria yang geram pun menunduk, mengelus kakinya lalu muncul kaki besi dengan sebuah roda di bawahnya. Di sisi kanan kiri roda terdapat mata tombak kecil berwarna merah, sama seperti warna roda itu sendiri. Aria mengarahkan sedikit badanya ke depan sehingga roda itu mengikuti arah yang dituju. Dengan gesit, dia menghindari serangan belut sisik baja itu lalu mulai melukai tiap sudut badannya dengan bantuan roda yang telah ganti skin.
Yang semulanya bulat tipis seperti piring, sekarang di bagian ujungnya memiliki gerigi seperti gergaji mesin. Sudah pasti, damage nya meningkat drastis.
Aeden pun ikutan masuk, mengeroyok belut itu bersama Aria. 3 bang shinsu ia arahkan ke arah mulutnya ketika terbuka. Serangan itu berefek lebih besar ketimbang menyerang dari luar, sampai sampai belut itu nampak hilang kendali dan naik ke permukaan.
Aria melompat lalu menyerang bola hitam itu dengan sebelah kaki. Roda besi miliknya berputar lebih cepat, diiringi kekuatan shinsu miliknya. Aeden juga ikutan menyerang dengan melemparkan bang shinsu tanpa henti. Bola itu akhirnya hancur dan menyedot Aria, serta Aeden ke dalam dan menghilang.
"Mereka... Buka Irregular biasa. Kau, tidak akan bisa menggapai level mereka nona." Headon betucap seraya melirik Rachel yang terpana melihat bakat kedua orang tersebut.
•••
"AAAA BEGO! BERAT BANGET SI ELO!"
"NAMANYA JUGA MASI PAKE MODE ZIRAH, YA BERAT LAH!"
"MINGGIR, BANGSAT!"
"KALEM LUR! SABAR NAPA?!"
"ITU RODA LO HAMPIR KENA PINGGANG GUE ANJIR!"
"AAAA FAK, BERISIK! DIEM LO!"
Aria perlahan berdiri setelah menyesuaikan gerakan rodanya yang radak error. Disusul Aeden yang bangkit dan menepuk nepuk jubah merah bermotif yang tersampir di bahu kirinya. Jubah itu dikatkan dengan semacam sabuk yang melingkari dada nya, jadi nggak bakalan jatuh.
"Lo ga ribet pake gitu?" tanya Aeden ketika melihat pakaian Aria yang nampak agak ribet.
Aria mengenakan gaun berwarna merah full neck dengan bagian rok berjenis long short. Bagian depan sangat pendek, maka dari itu, Aria mengenakan celana ketat hitam 10 cm dari atas lutut. Entah karena kebawa bawa budaya para putri, gelud pake rok, Aria style nya jadi gini.
"Suka suka Aria dong." balasnya sombong.
"HAI PARA REGULAR, SELAMAT DATANG DI LANTAI 2!"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Control • TOG Fanfiction
FanfictionKecelakaan maut beruntun merenggut nyawa seorang mahasiswi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kampus di semester ke 3 nya, namun naas, nyawanya telah direnggut terlebih dahulu. Dan ketika membuka matanya, ia melihat sosok pria tinggi berambut pira...