Missing Control • 02 • 06

348 51 1
                                    

"Tapi, Jinsung kan yang bebasin Elaine dari masa hukumannya?" Elanie mengangguk. Berarti dia tau kedepannya. "Gue tau, tapi... Setidaknya gue mau bantu dia lepas..."

Aria menatap Elanie sesaat lalu memalingkan pandangan. "Dengan gue berhubungan sama Jinsung nantinya... Zahard ga bakal diem. Gue bakal dipanggil lagi. Bagus kalau di sidang... Tapi kalau.... ARGHHHH"

"Klean kalau udah sampai di alur Perang Sarang nanti, enaknya gimana?" tanya Aven kepada 4 teman nya.

"Maksud?" tanya Nyxeon balik.

"Ya, elo mau di pihak mana? Zahard atau Bam?"

Aeden yang selesai makan pun menyadarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Gue jelas Bam. Walau hubungan Arlene-V-Zahard masih belum jelas, gue tetep setia sama Bam."

"Gue juga sama Bam." Elanie ikut berpendapat.

"Karena Maschenny di webtoon kelihatan memihak Bam walau belum resmi, gue ikut Bam."

Aeden tertawa. "Lo takut sama Maschenny?" Candaan itu membuat Nyxeon menggeram kesal. "Lo ga tau seberapa menakutkan Maschenny pas gue bilang mau pergi dari rumah dan memihak FUG."

"Oh, gue denger dari bapak. Katanya Maschenny marah marah setelah tau lo beneran pergi. Bahkan dia sampe ngelampiasin amarah ke penjaga dan adek adeknya yang nggak tau apa apa. Edahn sampe bingung nenangin dia." Nyxeon mengangguk, tanda bahwa cerita yang Aven tau dari ayahnya tersebut. Secara Edahn dan Hon itu teman, walau Edahn sedikit cemburu sama perbedaan kekuatan mereka yang beda sedigit dari rank.

"Gue padahal cuma nganter bajunya Hatzling ke markas Wol Haik Song. Gue lupa bilang."

Meja itu hening seketika.

"Bego itu emang gratis, tapi jangan diborong."

"Harusnya Maschenny samperin aja lo."

"Maklum, lo kan sejak awal ketemu udah kek orang ga penuh."

Orang penuh = Orang sehat berakal
Orang sehat berakal = Waras
Orang gak penuh = Gak waras
Gak waras = Gila

Nyxeon menatap Aria seolah meminta pertolongan. Namun yang didapat hanyalah Aria yang berdiri pergi ke arah toilet tanpa berkata apa apa.

"Hya, mampus kamuu. Nistain yok!"

•  •  •

Wastafel kamar mandi wanita yang semulanya putih bersih berkilau, seketika berubah menjadi merah akinat noda darah, bahkan sampai jatuh ke lantai. Darah segar berwarna merah gelap itu berasal dari mulut Aria.

"UHUK!! HOEK!!!"

Ini kedua kalinya dia memuntahkan darah dalam jumlah besar. Wajahnya saja mulai memucat.

"Sialan, beginikah kau memperlakukan tuanmu?!" tanya Aria membentak ke arah cermin, atau tepatnya sosok berambut hitam panjang dikepang dengan dua tanduk putih bercabang dikepalanya dan pakaian khas tradisional jepang.

'Lalu? Apa aku harus melayanimu sebegitunya? Kau hanya perlu menyesuaikan. Tapi tubuhmu sepertinya rentan dengan kekuatan baru.'

Makhluk itu membalas bentakan Aria dengan santai sementara yang dibalas hanya bersungut sungut ketika rasa mual dan perih menyerangnya lagi. Kalau bukan karena terpaksa, dia nggak akan membuat perjanjian dengan makhluk jejadian kaya dia.

'Kau bawa obatnya?'

"Gue... Tinggal di tas."

'Bodoh. Kalau begitu, tunggu saja sampai tahap 4. Sekitar beberapa bulan lagi, aku yakin penyauaian sudah selesai.'

"MANA SEMPAT?! KEBURI SEKARAT!"

'Ya, itu urusanmu.'

"Si bangsat, ngajak tempur... Hump!! Hoekk!!!"

Darah semakin lama semakin banyak.  Aria mati matian menahan dirinya agar tidak tumbang dan pingsan. Dia tidak masalah tentang pertandingan, yang dia masalahkan kalau Aeden atau Aven nggak sengaja ember ke Zahard.

Parah emang.

'Last one. Do your best.'

Aria menatap jengkel roh yang sekarang bersandar di dinding belakang. Makhluk itu hanya bisa terlihat melakui cermin, jadi Aria afak kesusahan kalau ngobrol di ruangan tanpa cermin. "Do your best, matamu... "

•  •  •

Keesokan harinya...

Kelima manusia OP berkumpul di Stadion dan mengundang banyak mata menatap mereka. Sampai sampai Tim Bam menyadari keberadaan mereka.

"Nona Aria! Tuan Aeden! Tuan Aven!" Bam berlari kecil mendekati mereka dengan senyum merekah dan senyuman itu membuat Elanie dan Aria meleleh dibuatnya.

MANIS BANGET EUY!

PANTESAN YURI, ENDORSI AMA EHWA KEPINCUT!

"Rakuat aku mz, atiku mlyd." gumam Elaine dan Aria heboh.

"Kalian ternyata lolos ujian lantai sebelumnya ya!"

"Enggak." balas mereka bertiga serempak. Bam, Elanie dan Nyxeon pun bingung, Rak yang baru datang pun bingung.

"Hei kura kura pirang, maksudmu apa?" Rak bertanya sambil menodongkan tombaknya.

Aeden buka suara. "Setelah lolos ujian lantai dua, aku dan Aven juga Aria dipanggil ke lantai 134 untuk urusan lalu beberapa tahun kemudian kami kesini."

"HANJENG! GA ADIL! ZAHARD PILIH KASIH!!" Seru Nyxeon tak terima. Elanie memasang senyuman terpaksa dengan tatapan penuh kekesalan.

Detik itu pula, desas desus di antara para peserta mulai terdengar. Sampai...

"Kami mundur dari pertarungan!" seru tim yang harusnya Aria dkk lawan.

Dih, mental tempe.

"Kami punya 2 tiket! Kami akan berikan kepada anda!" dua dari mereka mendekati Aeden dan menyerahkan 2 Tiket Kereta Neraka dan kembali.

Aeden menatap dua tiket di tangannya lalu menatap ransel cokelat yang Elanie bawa. Dia ingat, di dalam sana ada 6 tiket Angka Besar yang sempat mereka rampok dari kereta dan peserta ssebelumnya. Walau 2 lainya Aria dapat dari Repelista setelah memberi sogokan berupa beberapa kardus keripik dan camilan lainnya.

Total tiket yang mereka bawa sekarang ada 8. Ada 3 orang yang bisa mereka ajak. Tapi siapa?

"Karena Tim Arthur mundur, Tim Aria dinyatakan lolos!"

'Baguslah, ga perlu kerja keras. Tujuan utama kita kan nabok Rachel gantian sama bang shinsu.' batin kelima orang tersebut lalu pergi ke pintu keluar. Sebelumnya, Aria melambaikan tangan kepada Bam.

Setelah keluar Stadion, mereka berkumpul di sebuah ruangan gelap. Aeden mengeluarkan lighthouse merah miliknya lalu Elanie mengoperasikannya sampai tercipta sebuah portal.

"Yura bakal lewat tangga spiral, kita pake jalur alternatif buat mergokin Rachel." ucap Aven laku melompat masuk.

"Jalur nge-cheat kali..." gumam Elanie lalu ikutan masuk. Disusul Aria, Aeden dan Nyxeon.

•  •  •

Missing Control • TOG FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang