Aria bersungut sungut ketika ia dalam perjalanan menuju kereta neraka bersama dua kacungnya. Siapa lagi kalau bukan Aven dan Aeden. Selama di perjalanan, Aria melontarkan kalimat kalimat wajib sensor kepada Sang Raja Menara. Keingintahuan Aven dan Aeden pun melonjak naik ketika melihat sudut bibir Aria bengkak.
Pikiran dua laki laki itu kemana mana bung:)
Soalnya kemarin pas Aven menelpon Aria, cuma ada suara berisik dan sedikit... Suara ambigu?
"Lo ngapain kemaren?" tanya Aeden spontan, tanpa basa basi. Aria menoleh demgan cepat. "Nothing important... Why?"
"Gak, salfok. Bibir lo agak bengkak." Tangan Aria bergerak menyentuh sudut bibir kirinya yang agak sakit.
Gegara Zahard tentu saja.
Siapa lagi?
Aria menurunkan tangannya lalu bersandar di kapal yang kini tiba di Stasiun Kereta Neraka. "Salahin aja Si Jones Zahard."
Nah, bener kan?, pikir Aven dan Aeden dalam hati.
"Kamu ngelakuin itu?" Aria menggeleng, dia tau maksudnya Aeden. "Kesambet setan, makannya nyosor aja."
Aven pun ketawa kencang di dalam kereta sampai sampai para penjaga yang ada di sana menatapnya heran. Mereka menatap Aria, tapi balasanya hanya bahu yang terangkat. Dengan cepat, Aeden menampar bibir Aven agar diam.
"Berisik, jaga etiketmu."
"Terserah."
Aria menunduk, "Mana itu... Ciuman pertama gue..." cicitnya.
Iris merah Aeden dan iris kuning keemasan Aven melebar sempurna sambil menatap gadis yang sekarang duduk diantara mereka berdua.
Demi apa?!
"Entar gue pinjem lighthouse, gue mau lacak dimana Zahard." ucap Aven dengan pandangan yang berubah 180°. Udah kaya bapaknya pas marah. Aeden juga sama, iris merahnya berkilat tajam. "Oke. Kita labrak."
Aria menghela nafas. "Gini amat si gue, disukain 2 orang sinting..."
• • •
Aria POV.
Semenjak naik dari lantai 2, aku tentu menyadari perasaan Aeden dan Aven yang lebih dari seorang teman kepadaku. Selama beberapa tahun di lantai 134 untuk membantu Adori juga beberapa putri, mereka berdua bersikap aneh.
Tahun? Iya, kami menyamakan waktu debut Bam di Stasiun Kereta Neraka nanti.
Kembali ke keanehan dua kacung ku itu.
Ketika aku ke TKP dimana perdagangan budak terjadi dan ada pertarungan, Aeden tiba tiba datang dan membantu. Bahkan mengantarku pulang duluan. Dia bicara dengan nada tenang juga tegas, tapi itu tidak membuat rona merah di telinga dan pipinya menghilang.
Lalu ketika aku berkunjung ke kediaman Arie, ada 4 anak laki laki yang mungkin seumuran Hatz dan Aguero mengepungku. Sebenarnya aku bisa saja menebas mereka, tapi Aven datang duluan dan menghabisi saudara beda ibunya itu. Tanpa banyak bicara, dia menyeretku ke taman setelahnya.
Dan semenjak itu, mereka sering mengajakku keluar entah kemana.
Masa iya gitu doang saya ga peka?
Maap, saya bukan Gojo Satoru yang kepekaanya dibawah 0.
"Kita sudah sampai, Nona Aria, Tuan Aven, Tuan Aeden." ucap salah satu penjaga.
"Ah, baik." aku berdiri, merapikan hoodie hitam yang ku kenakan dan berjalan menuruni tangga. Diikuti Aven dan Aeden di belakang.
Kami bertiga melompat dari kereta dan segera memasuki peron. Di depan sana sudah ada sebuah lift dengan beberapa tujuan.
"Perebutan tiket besok jam 2 di stadion kan?" tanyaku sambil melihat tombol bertuliskan Stadion.
"Iya, nyantai aja lah. Yok. Bam kan ke Tempat Peristirahatan. Mending makan dulu."
Pendapat Aeden diangguki Aven. Akupun setuju dan menekan tombol menuju restoran.
"TUNGGU!! GUE IKUTAN!!"
• • •
"Maaf menunggu, ini pesanan kalian." dua orang pelayan meletakkan lima piring berisi macam macam makanan sesuai orang yang memesan lalu pergi.
Kemudian hening, dan hanya Aria yang makan. Sisanya cuma saling tatap dengan pandangan tak suka. Dua rekan baru bergabung bersama mereka bertiga. Harusnya sih akur, tapi satu dari mereka adalah anak dari keluarga Khun. Lalu gadis berambut hijau lemon di samping si biru berasal dari keluarga Lo Po Bia.
Tim ini pun OP seketika dengan 4 anak dari Keluarga Agung berjiwa Irregular dan satu Irregular murni dari isekai sebelah.
Apa jadinya menara nanti?
Halah, dulu aja malah rame rame 13 orang.
Ini baru 5 orang bau minyak telon aja ricuh.
Beberapa orang di restoran menatap mereka dengan bermacam tatapan. Takut, kaget, kagum, panik, heran pun ada semua disana. Tapi mereka yang ada di meja segera menatap Aria yang baru saja mematahkan sendok dan garpu stainless steel.
"Woy, ngapa lu?" tanya Nyxeon. Aria mendongak. "Gile banget ya mereka ngasi gue julukan "Kucing Kesayangan Zahard". Di kerajaan gue kaya babu sat!"
Aria bukan Yasratcha, Si Peliharaan Traumerei yang males malesan di kasur empuk sambil memberi perintah kepada bawahannya. Yang ada, Aria dibabuin sama Zahard. Disuruh kesana, kesini, selesaiin ini itu. Adori yang harusnya libur pun dengan seenaknya disuruh menenin.
Julukan yang bener, harusnya "Babu Kebanggaan Zahard."
Lupakan...
"Btw... Sejak kapan lo potong rambut?" tanya Aeden ketika baru sadar kalau rambut panjang bak duta iklan shampo pantene Aven hilang.
Menyisakan ekor rambut setengah leher dan rambut belah tengah kaya Levi. Tapi ini versi tingginya, untung Aven makanin banyak jiwa jadi ikutan tinggi.
"Positif thinking, mungkin pala dia berat gegara kepanjangan rambut. Apalagi pas gelud." balas Nyxeon.
"Gundulmu mlingsep. Gue dicukur emak anjink. Gegara gue mecahin guci yang bapak kasi ke dia. Dan ini hasilnya."
Gelak tawa Aeden dan Nyxeon pecah ditempat, sampai pengunjung yang lain menatap mereka heran. Elanie atau nama lengkapnya Lo Po Bia Elanie hanya bisa tepuk dahi.
"Btw, Elanie..." Elanie menoleh. "Ada apa?"
"Lo beneran adeknya Elaine? Sekilas wajah kalian... Mirip." Elanie mengangguk.
"Iya, gue adiknya Elaine disini. Tujuan gue naik menara cuma mau ketemu lagi sama Elaine. Karena keluarha gue berhutang banyak sama Kepala Keluarga, gue sebagai keluarga inti dia nggak boleh nyamperin." jawab Elanie. Genggamanya ke garpu mengerat tiba tiba.
"Gue... Mau bebasin Elaine dari hukuman..."
• • •
[A/N]
Ketambahan 2 chara baru...
Elanie sama Elaine saudara kembar ya, jadi umur mereka samaan, dan visualnya rada mirip.
Awas keliru baca TvT
Visual Nyxeon ama Elanie comming soon.
Verla masi bingung nyari visualnya:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Control • TOG Fanfiction
FanfictionKecelakaan maut beruntun merenggut nyawa seorang mahasiswi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kampus di semester ke 3 nya, namun naas, nyawanya telah direnggut terlebih dahulu. Dan ketika membuka matanya, ia melihat sosok pria tinggi berambut pira...