Seorang pemuda berasurai putih menggeliat di kursi, berusaha melepaskan diri dari jeratan rantai khusus yang mengikat kedua tangan dan kakinya. Rantai dengan sebuah mantra yang tak akan lepas jika bukan pemiliknya yang melepas.
"Ck, bangsat. Bisa bisanya gue ketangkep..." umpatnya kesal ketika merasakan perih di pergelangan tangannya.
Cklek...
Pintu kayu di hadapan pemuda itu terbuka, memperlihatkan sosok pemuda lain berambut pirang dengan mata merah. Si rambut putih tentu terkejut, karena sekilas, wajahnya benar benar mirip dengan Aria. Tapi melihat lambang merah di anting anting yang mirip dengan lambang keluarga Ha, ia bisa menebak siapa orang didepannya ini.
"Kukira kau masih koma, Erzen." sapa si rambut putih yang kita ketahui sebagai Aven.
"Terima kasih kepada Gustang karena membangunkan ku secepat ini." balas Erzen santai sambil tersenyum tipis.
Aven mendengkus dengan sifat Erzen. Dia dan Aeden benar benar bertolak belakang, berbeda 180°. Aeden adalah orang yang terbuka, ramah kepada semua orang, dan selalu gegabah. Berbeda dengan Erzen yang lebih tenang, berkepala dingin dan tegas.
Daripada keturunan Ha, dia lebih mirip dengan keturunan keluarga Poe Bidau.
Faktanya, Aven, Erzen dan Aeden dulu adalah teman dekat. Meski keluarga mereka kadang tidak akur, mereka masih bisa berinteraksi.
Tapi setelah insiden itu, pertemanan mereka pecah. Apalagi setelah Erzen kalah dari Aeden lalu koma, Aeden bunuh diri dan Aven yang harus dikurung oleh Arie Hon karena perkelahian tak dinginkan. Insiden itu sempat ramai dibincangkan di menara sebagai insiden pertarungan regular kelas A paling mengerikan.
Si kembar iconic keluarga Ha bertarung gila gilaan di lapangan istana terapung, dengan putra kebanggaan Arie sebagai penengah. Meski akhirnya Aven terpaksa aktif bertarung karena kemarahan Aeden.
Percaya atau tidak, pertarungan saudara kembar itu sampai tak bisa dihentikan oleh Yuri yang mengaktifkan Black March. Sampai Yurin yang sedang di lantai lain lah yang harus memisahkan kedua putranya itu.
Bisa dibayangkan bukan?
Selain itu, kejadiannya sudah puluhan tahun yang lalu, kenapa Aven harus terlibat lagi?
"Jadi, kenapa kau menyekapku seperti ini? Kak Hagi tau, bisa marah dia." tanya Aven setengaj mengancam dengan membawa bawa nama saudarinya itu.
Erzen merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah foto yang sangat sangat Aven kenali. "Gustang menginginkan gadis ini."
"Tak akan kubiarkan kau menyentuh Aria, brengsek!"
"Kau yakin?" Erzen terkekeh pelan melihat urat urat menonjol di wajah Aven. Jelas jelas pemuda itu marah. "Kau marah karena aku akan merebutnya..."
Erzen mengangkat dagu Aven sampai netra keduanya beradu. Seringaian terbit di wajah sempurna bak pahatan patung milik Erzen.
"Atau karena kau ingin melindungi adikmu untuk kedua kalinya, Demian Ankersaw?"
• • •
Aria kelimpungan, ia mencari Aven kemana mana. Bahkan dengan lancangnya masuk ke Galeri Elaine untuk menanyakan gadis itu barang kali melihat Aven. Lalu bertanya kepada Shilial Lilial kalau saja mereka sempat melihat Aven.
Tapi dari 3 saudari itu, tak ada jawaban yang memuaskannya.
Alhasil, sekarang ia melamun di ruang tamu. Menebak kemanakan anak Arie Hon itu menghilang. Nggak biasanya Aven ngilang tanpa pamit. Biasanya pamit, walau baru pamit setelah perginya udah 2 jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Control • TOG Fanfiction
FanfictionKecelakaan maut beruntun merenggut nyawa seorang mahasiswi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kampus di semester ke 3 nya, namun naas, nyawanya telah direnggut terlebih dahulu. Dan ketika membuka matanya, ia melihat sosok pria tinggi berambut pira...