"Hai, bocah."
"Apa?"
"Tidak. Aku hanya iseng ingin menghubungi Nona Kesayangan Zahard."
"Katakan saja, apa maumu?"
"Ketahuan ada maunya, ya?"
"Nggak mungkin seorang Khun Maschenny Zahard menghubungi orang asing tanpa tujuan." Aria mendengkus kesal ketika mendengar tawa licik Maschenny.
"Hahaha, kau jeli juga. Baiklah. Aku hanya ingin kau membawa Green April ketika lolos ujian terakhir."
"Hanya itu?"
"Oh tidak, bukan hanya. Kau tau, Green April memiliki keunikan tersendiri. Maka dari itu, aku mengincarnya."
"Harusnya kau saja yang kemari dan membunuh Anaak Zahard palsu itu. Jangan merepotkan orang lain, demi tujuanmu sendiri."
"Bukanya itu memang aturan menara?"
"..."
"Aku hanya minta itu. Tidak lebih."
"... Imbalanya?"
"Aku memberimu informasi tentang An Zahard dan Alphid Zahard."
"..."
"Tertarik?"
Dalam diam, Aria menatap pocket miliknya yang masih terhubung dengan Maschenny di seberang sana. Dia menimbang nimbang. Apa sepadan mengorbankan teman barunya, hanya untuk memburu An dan Alphid?
Belum tentu informasi Maschenny akurat.
"Beri aku waktu."
•••
Setelah memutus hubungan dengan Maschenny, Aria pergi ke kantin untuk memesan makanan ringan serta membeli minuman. Ia berbalik ketika mendengar suara keras Endorsi.
"Boleh ikutan?" tanya Aria. Bam mengangguk antusias, jadi Aria duduk di samping Aguero.
"Putri Yuri itu bar bar banget! Dia sampai di cap sebagai Putri Zahard terburuk." Endorsi mengejek Yuri dengan blak blakan.
"Itu kejam..." ucap Bam pelan.
"Memang dia tidak pernah memukulmu?"
"Dia pernah menendang ku, sih."
"Tuh kan?"
Selama perbincangan terus mengalir, Aria hanya diam menyimak. Atau tepatnya melamun, memikirkan ucapan Maschenny sebelumnya.
"Karena gue irregular, gue bisa aja bunuh An dan Alphid. Tapi... Buat apa juga gue dibutakan kekuatan? Tolak aja kali ya."
"Oy, Aria!"
Bugh!
"UHUK!!! EH, BAJINGAN! KAU MAU MEMBUATKU MATI TERSEDAK, HAH?!" bentak Aria kesal ke arah Aeden yang memukul punggungnya sampai dia tersedak. Segera dia berdiri kaku meminting leher anak Ha Yurin tersebut dengan kencang. Wajahnya Aeden sampe biru lagi.
"MAMAM NIH!"
"LEPAS! G-GUE GA BISA NAFAS!!!"
Aria melepaskan Aeden dengan kasar.
"AWAS AJA YA, LO ENTAR GUE LAPORIN KE YURIN.""Ya silahkan. Saya punya Zahard sama Edahn." balas Aria sombong. Aeden mendengkus kesal mendengar ucapan Aria. Jelas Yurin bakal kalah kalau lawannya Zahard dan Edahn. Secara udah beda rank mereka.
Iris merah Aria menatap Rachel yang membeli sebuah apel lalu pergi begitu saja. Endorsi berdiri lalu mengikuti arah Rachel pergi, yaitu toilet. Tak perlu menguping, Aria tau percakapan yang akan dilakukan oleh Endorsi dan Rachel di sana nanti.
"Hei, Aguero." dia menoleh. "Apa?"
"Maschenny ketika mengajukan penawaran... Apa yang dia katakan itu bisa dipercaya?"
Alis biru Aguero terangkat sebelah sebagai refleks heran. "Kenapa memangnya?"
Aria menghela nafas. "Dia menawariku sesuatu yang gila."
•••
Hari demi hari berjalan dengan santai. Pergi ke kelas sesuai posisi masing masing, istirahat, berkumpul dengan teman, jalan jalan, kemudian tidur di malam harinya. Itu terulang terus sampai ujian yang Aria, Aeden dan Aven nanti nantikan.
Ujian Kejar Kejaran.
"Untuk peserta yang tidak lolos, kalian akan mengikuti Ujian Kejar Kejaran." ucap Hansung.
Rak tertawa mengejek di sofa. "Selamat berjuang, para kura kura." ejeknya.
"Aku kesal." ucap Lauroe.
"Aku ingin mencekiknya." timpal Aven
"Sama." sambung Serena.
Hansung menjelaskan seluk beluk peraturan ujian itu dengan rinci. Aria hanya duduk menyimak, sesekali menoleh ke area yang akan dia gunakan sebagai tempat ujian. Besar dan luas, itu menggambarkan semuanya.
"Oh iya. Nona Arianna." Aria menoleh ke arah Hansung.
"Atas perintah Tuan Evankhell, kamu diminta tidak mengikuti ujian ini. Maka dari itu, kamu dinyatakan lolos."
Aria kaget bukan main. Padahal niatnya mau ikutan main licik dengan Aguero kalau satu tim. Lalu membunuh peserta yang berkhianat di tim Bam. Kenapa malah dilarang ikutan?!
"Berikan aku alasan masuk akal."
Hansung tersenyum. "Kekuatan mu itu, bisa saja membunuh para regular tanpa sisa."
"Kalau emang iya, harusnya aku lakukan dari dulu kan?" balas Aira cepat. Hansung dan Lero Ro terdiam.
"Seandainya aku memang seorang regular tidak berhati, aku yakin mereka tidak ada disini."
"Tunggu... Kenapa... Aku mengatakannya? Aku... Tidak berniat mengatakan hal itu!"
"Kau cukup sombong untuk seorang regular." Hansung berusaha merendahkan, namun Aria malah tersenyum.
"Ku kira kau hebat, mengetahui identitas asli ku saja kau masih salah."
"Maksudmu?"
Aria tidak menjawab pertanyaan Hansung. Tapi dia hanya tersenyum sebagai respon.
"Apa yang kamu pikirkan, kemungkinan besar adalah jawaban yang ku maksud."
•••
Tim Aguero mulai menjalankan rencananya. Shibisu duduk bersila di tengah tengah bundaran sebagai umpan. Di atasnya tampak light house merah milik Leeron 3 mengambang.
"Trus, aku yang jadi umpan nya?" tanya Shibisu kepada Aguero melalui Pocket.
"Itu tugasnya scount kan?" balas Aguero seadanya. Toh tugas scount memang mengawasi lawan dari jarak dekat. Kalau bisa sampai Face to Face.
"Hah... Terserah lah."Ditengah kesunyian, Quant muncul dan menyerang Shibisu. Namun ditahan oleh Anaak dibantu Green Aprilnya. Tapi karena Anaak masih pemula untuk menggunakan senjata itu, Quant dengan mudah menangkapnya.
"Aven, bersiaplah di sana!"
Sementara sosok yang dihubungi Aguero malah menguap. Dia asik rebahan di ujung tangga spiral. Di bawah sana, ada beberapa yang berjaga untuk menahan Quant. Karena Aven adalah Direct Line keluarga Arie, bakat berpedangnya tidak bisa ia remehkan. Maka dari itu, Auero sengaja memintanya duel One by One dengan Quant jika para penjaga di tangga dilewati.
"Ha? Apa?"
"Jaga Quant! Dia segera ke sana!"
"Oh. Oke."
Beberapa saat setelah ia memejamkan mata...
"Jangan hanya tidur, Tuan Muda Aven."
Yang dipanggil cuma melirik pengawas ujian temperamental itu. Meski tatapanya datar, senyuman licik tercetak di bibirnya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Control • TOG Fanfiction
FanfictionKecelakaan maut beruntun merenggut nyawa seorang mahasiswi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kampus di semester ke 3 nya, namun naas, nyawanya telah direnggut terlebih dahulu. Dan ketika membuka matanya, ia melihat sosok pria tinggi berambut pira...