Di ruangan lain, nampak tim B tengah menonton perbincangan Quant dengan Aven di ujung tangga. Mereka kelihatan serius menyimaknya, lain hal dengan Aria yang tidur dengan kepala ia letakkan di paha Aeden. Sementara Aeden sendiri sibuk ngemil dengan camilan yang dia beli tadi.
"Bagi satu dong. Gue kan mau." ucap Aria pelan. Aeden tanpa menoleh, mengambil sepotong keripik kentang dan memasukkannya ke mulut Aria.
"Thanks." Aria berkata dengan mulut yang masih mengunyah keripik.
"Hm."
Aria membuka sebelah mata. Menatap wajah serius Aeden yang fokus ke layar dimana Tim A mulai melakukan rencana Aguero. Jujur, Aeden itu tampan. Karena dia terlihat tegas dan angkuh, dan sifat tidak mengikuti wajah sama sekali.
Tau Lucas?
Tokoh penyihir dari webtoon Suddenly I Became Princess?
Ya, kurang lebih begitulah visualnya.
"Aeden..."
Pemuda itu menunduk ke bawah. Sehingga surai hitamnya menutupi sedikit wajah Aria.
"Kau... Mau menemani ku mencapai puncak menara, kan?"
"Maksud mu? Jelas kan, tujuan kita sama."
Aria memejamkan matanya. Dengan pelan, ia membalas perkataan Aeden.
"Maka dari itu... jangan mati duluan..."
•••
Aven terus terusan memprovokasi Quant tanpa henti, sampai pengawas ujian itu hampir hilang kendali. Tapi karena Aven emang jahil kelewat, pada akhirnya pertarung dengan sengit.
"Waduh, si cebol baperan guys! Ga asik, ah." ga tau, keknya anak ini emang cari mati.
"KATAKAN SEKALI LAGI, MAKA KU BAKAR RAMBUT UBANAN MU!"
"JANGAN COBA COBA! KU TEBAS, MATI KAU!"
"BERISIK, ALBINO!"
"DIAMLAH, TUA CEBOL!"
Di ruang pengawas, tampak Lero Ro yang frustasi dengan teman baiknya yang kehilangan kendali tersebut. Pikirnya, Quant selalu berpikiran sempit dan sangat mudah di provokasi, oleh muridnya sendiri.
"Dia pintar memprovokasi seseorang. Dia akan jadi sosok yang mengerikan nantinya."celetuk Hansung.
"Maksudmu?" Lero Ro tampak kebingungan.
"Dia bisa saja mengadu domba 2 kelompok dengan kalimat provokasinya. Dan jiwa para korban, akan dia makan."
Lero Ro terdiam. Deskripsi Hansung mengenai Aven membuatnya teringat sosok iblis FUG dari keluarga Arie yang disegel oleh seorang putri Zahard.
"Shibisu!"
Kembali ke tempat tes, Shibisu yang berlari ke arah Narae berhenti.
"Katakan pada Aven untuk menahan diri!"
"Oh, ya! Bahaya kalau dia marah!" setelah mendengar instruksi Aguero, Shibisu mendekat sedikit ke area pertarungan Aven dan Quant.
"AVEN! BERHENTI DULU!"
Aven yang hendak mengayunkan serangan sakti nya, seketika terhenti. Dengan wajah polos dia menoleh kepada Shibisu. Beberapa kali ia berkedip, menanti sambungan kalimat sosok botak plontos itu. Tapi Quant mengambil kesempatan untuk menyerang Aven sampai dia terpental ke pinggiran jalur tersebut.
"Bagus sekali. Aku tinggal mengejar bocah kadal itu." Quant pun pergi.
•••
Aven cemberut seraya berjalan di samping Shibisu. Dia masih nggak terima dihentikan paksa ketika bertarung dengan Quant. Tapi dia sadar, ini demi rencana rahasia Aguero. Rencana terselubung untuk membuat tim A kalah dan memberi kesempatan tim B memenangkan ujian. Pasalnya kebanyakan anggota tim sudah jaminan lolos. Contoh saja Lauroe.
Jauh di atas sana, Anaak berhasil tertangkap oleh Quant dengan gesit, dan pertarungan selesai.
Tim B yang mengetahui hal itu, berteriak kegirangan di ruang tunggu. Beberapa saling berpelukan, beberapa bertepuk tangan, dan juga berteriak heboh. Rencana tim A yang sehebat itu, masih saja gagal mengalahkan Quant.
Ngeremehin, ceritanya.
Padahal situ entar pada kewalahan.
Bam nampak murung mengetahui sahabat baikknya kalah. Endorsi do sampingnya pun berkata.
"Harusnya kau senang. Kalau tim A menang, kau kemungkinan tidak lolos ujian." ucapnya agak sadis. Walau aslinya Endorsi tau, kesempatan Bam lolos itu besar, kedua setelah Lauroe.
"Tetap saja... Aku harap Tuan Khun tidak apa apa..." gumam Bam pelan seraya menunduk.
Tim B bersiap keluar dari ruang tunggu, menuju tempat ujian. Di barisan paling belakang, nampak Aria dan Aeden yang berjalan pelan di belakang Hoh.
"Nona Aria? Tuan Aeden? Kenapa.kalian berjalan pelan sekali?" tanya Hoh sopan.
Aeden tersenyum tipis. "Tidak apa apa. Hanya saja kami ingin mengawasi salah satu pengkhianat tim."
"Siapa?" tanya Hoh polos.
"Seseorang yang cemburu dengan bakat Bam dalam membuat bang shinsu? Sosok yang berkata 'Teman harus saling membantu' dalam artian merendahkan Bam?"
Kalimat beruntun Aria membuat Hoh bungkam dan juga terkejut. Jauh di depan, Hwaryun menoleh ke arah mereka. Dia sepertinya sudah mengetahuinya sedari tadi Aria dan Aeden memgekori Hoh. Tapi siapa peduli?
Niat mereka cuma mau bikin mental Hoh breakdance aja kok.
Sebelum mokad karena bundir.
"Selain itu, tidak ada gunanya kau berusaha berkhianat." celetuk Aeden. Hoh menatap tidak suka ke arah anak Ha Yurin tersebut.
"Maksud mu apa?" Aeden menoleh. "Bam itu anak orang hebat. Sejak awal, kekuatan kalian sudah berbeda. Hanya saja Bam telat mengasah kemampuan diluar nalar nya itu."
Aria mendekat ke telinga Hoh. "Berkhianat boleh... Bodoh jangan."
Urusan selesai, sekarang kedua orang itu pergi meninggalkan Hoh yang emosinya tersulut. Tangannya menggenggam kuat sampai sampai muncul setetes darah dari telapak tangannya.
"Lihat saja, aku akan berhasil menyingkirkan gadis itu, dan menaiki menara!"
•••
Keributan terjadi ketika para anggota berdebat siapa yang akan menjadi ketua tim. Aria bergabung bersama Hatz dan Bam karena dia malas mendengar ocehan tak berfaedah.makluk makluk itu. Sementara Aeden ngobrol santuy sama Serena.
"Baiklah! Bagaimana, kalau aku jadi ketua tim saja??" Endorsi bersuara cukup lantang, agar terdengar oleh tim nya.
Mereka yang mengajukan diri sebelumnya pun menatap sinis Endorsi. Tapi karena dia Putri Zahard, kemampuannya bisa dipercaya untuk menjadi ketua tim.
"Oke, pertama. Fisherman harus berkumpul di pintu keluar agar mudah menyerang pengawas."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Control • TOG Fanfiction
أدب الهواةKecelakaan maut beruntun merenggut nyawa seorang mahasiswi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kampus di semester ke 3 nya, namun naas, nyawanya telah direnggut terlebih dahulu. Dan ketika membuka matanya, ia melihat sosok pria tinggi berambut pira...