Missing Control • 13

431 71 18
                                    

Aria mengikuti Bam mengantar Rachel yang terluka. Dalam hati, dia tersenyum puas melihat gadis itu terkuka. Tapi dia kesal karena nantinya Bam bisa bisanya tertipu dengan Rachel.

Plis, dia ketusuk di bagian pinggang.

Kemungkinan kecil untuk mengenai bagian penyebab kelumpuhan kaki.

Selain itu...

RACHEL PURA PURA LUMPUH.

Mohon, garis bawahi kalimat itu.

"Seandainya bisa, gue potong tuh kaki biar lumpuh beneran. Sumpah." batin Aria greget, sampai sampai kakinya bergetar menahan kesal. Mau kekuarin roda gergaji saktinya, tapi entar alur TOG nggak sesuai harapanya.

"Nona Aria, anda tidak apa?" tanya Bam khawatir.

"Eh?"

"Kakimu bergetar. Tenanglah. Rachel tidak apa apa." Bam tersenyum lembut, yang pastinya membuat Aria salting.

IMUT PLIS ≧ω≦

"Ah, terimakasih Bam. Aku tidak apa apa." Aria membalas senyuman itu.

Acara senyum senyum itu terhenti ketika panggilan masuk ke pocket Aria. Pemilik pocket menatap datar kontak yang tertera sementara Bam bingung dengan siapa yang menghubungi Aria. Karena tertera...

Sugar Daddy, Korban Beda Hati.

"Bam, aku pergi dulu." Aria berdiri lalu melambai seraya melangkah menjauhi Bam.

•••

Aeden memandang Aven yang nampaknya sedikit berubah dengan tatapan tidak santai. Mata melotot, alis bertaut, mulut yang sedikit terbuka dan kedua tangan ia lipat dk depan dada.

"Lo tambah tinggi ya sekarang. Dulu 155cm doang." Aven yang merasa kesal diejek karena tinggi badannya pun memukul kepala Aeden kencang.

"Si setan, ngejekin orang aja kerjaan lo."

Aeden tersenyum sombong. "Suka suka Aeden dong."

"Bajingan, geli gue."

Perdebatan kecil mereka terhenti ketika merasakan aura keberadaan Aria yang mendekat. Cepat cepat mereka sembunyi di belokan di samping kanan mereka. Tak berapa lama kemudian, Aria beneran lewat sembari berbincang dengan seseorang melalui pocket.

"Bisakah kau lebih cepat dalam ujiannya?"

"Mau nge-cheat? Hansung itu tegas. Kalau kau mau, hubungi saja Hansung nya untuk meloloskanku ke lantai berikutnya."

"Tapi jangan dulu, di ujian terakhir sepertinya ada yang menarik."

"Kau peramal?"

"Bisa dibilang. Oh, bukannya kau harus mengambil Green April milil Kak Anaak?"

"Aku sudah mengutus seseorang mengambilnya. Atau kau mau ambilkan untukku?"

"Mon maap, ga mau. Tapi kalau aku dikasi senjata itu sih bisa, dibincangkan."

"Terserah. Aku harus melakukan sesuatu."

"Baiklah. Sampai jumpa, Raja sad boy, korban beda hati."

"Kupastikan lidahmu terpotong ketika kau kemari."

Tuut..  Tuut...

Aria terkikik mendengar nada kesal Raja menara itu. Setelah beberapa saat, dia menatap belokan di sisi kanan nya.

"Heh, klean berdua, ga usah nguping."

Keluarlah dua cogan tambahan di ffn ini dari tempat persembunyiannya. Aria awalnya biasa saja, tapi melihat Aven yang tiba tiba tingginya hampir menyamai Aeden pun syok. Atau lebih tepatnya, nggak terima. 70% kekuatanya tersegel oleh Zahard agar tidak lepas kendali. Karena itu, tinggi badan nya harus menyesuaikan kekuatannya.

Semakin besar kekuatan miliknya, semakin besar pula tekanan yang harus dia tahan.

Kata Albert Einstein, semakin besar gaya, semakin besar tekananya. (F = m.g)

"Kok... PAKE AJI AJI APA KAO?! KOK BISA TINGGI?!" seru Aria nggak terima. Aven tersenyum.

"Makanin jiwa para peserta dong."

Aria melupakan rahasia tinggi keluarga Arie yang itu.

"Sekarang... SIAPA YANG PENDEK?!"

"BAJINGAN KLEAN!"

Ditengah acara adu bacot, Lero Ro datang menghampiri ketiga manusia irregular tersebut. Walau yang dua dari segi jiwanya.

"Nona Aria, kamu mendapatkan surat undangan pesta." Aria berbalik menatap ranker itu lalu beralih ke amplop pink dengan label keluarga Yeon.

"Dari Yeon Hana?" Lero Ro kaget, bagaimana bisa Aria memanggil nama Kepala Keluarga tanpa embel embel 'Nona'.

"Iya. Aku pergi dulu."

Setelah memberikan surat tersebut, Lero Ro pergi meninggalkan mereka. Aria segera membuka amplop tersebut, mengeluarkan isinya dan membaca bersama dua babunya.

Dari : Yeon Hana
Untuk : Nona Arianna

Persiapan pesta yang sempat aku bicarakan, sudah rampung. Tinggal menyebarkan undangan, maka pesta akan digelar.

Maka dari itu, aku mengundangmu untuk bergabung ke pesta tersebut. Bawa rekan rekanmu untuk merayakan juga.

Pesta akan diadakan di :

Tempat : Kediaman Keluarga Yeon
Pukul : 18.00 - selesai
Dress-code : Night Gala

Aku sarankan kamu untuk menyelesaikan ujian terlebih dahulu sebelum datang. Waktunya kuperkirakan masih lama. Masih ada waktu untukmu.

Sampai jumpa di pesta~

•••

"Really?! Lo serius mau pake baju... Kurang bahan?!"

Teriakan Aeden menggema ketika Aria menghubungi satu kenalannya di salah satu lantai untuk memburu pakaian bertema Gala. Bukan apa, kesian aja nanti Aria kalau jalan susah karena baju ketat. Mana nanti pake high heels lagi.

"Mana bisa nolak gue? Hana udah nyiapin jauh jauh hari. Sayang bro kalau ditolak." Aria mau nolak aslinya, soalnya dia nggak kebiasa pakai baju yang bener bener ketat. Tapi Hana udah keluar poin banyak buat acara itu, jadi Aria mengiyakan dan menyeret Aeden serta Aven sebagai tumbal.

"Jadi kita dikejar waktu?" Tanya Aven. Aria mengangguk sebagai balasan.

"Oke, kita harus beresin ujian terakhir. Tapi... Rachel gimana?" tanya Aeden.

"Kita biarin. Alurnya harus sesuai yang asli." Aeden mau protes tapi dia tahan.

"Karena kalau diubah dari awal, maka kedepannya nggak akan sama. Lo pada ga mau kan menghadapi skenario terburuk karena ujian terakhir ini diubah jalan ceritanya?"

Aeden diam, Aven juga diam. Tapi ucapan Aria sepenuhnya benar. Alur awal diubah, maka mempengaruhi jalan cerita setelahnya. Bahaya kalau Bam nggak jadi masuk FUG. Semua drama TOG yang pernah mereka baca, nggak akan sama nantinya.

Ga asik kalau nanti kalau nanti malah perang datang lebih awal, sampai Adori sama Hagi turun ke lapangan.

"Rencana? Ga mungkin kita ga ada rencana?"

Aria tersenyum. "Ikuti aja alurnya. Nanti gue kasi arahan dikit."

•••

Missing Control • TOG FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang