Missing Control • 07

537 70 7
                                    

Babak ke 3 berakhir. Banyak tim yang tekah ter-prank oleh mahkota duplikat yang Khun keluarkan dari tas. Tas colongan lebih tepatnya. Dia mencuri salah satu item langka yang Edahn koleksi. Entah bagaimana dia bisa membawa kabur tas itu tanpa diketaui oleh pemiliknya.

Oh ya, dia kan Khun. Otaknya pasti berkontribusi dengan baik.

Di babak ke 4, Aguero menggunakan satu tim yang sempat ia sembunyikan di dalam tas nya. Selama 1 babak dia menggunakanya untuk istirahat. Bahkan Bam dan Rak saja tidak sadar dengan rencana terselubung Aguero. Sungguh, anak anak khun itu otaknya sama kaya bapaknya.

Licik luar biasa, tanpa terkecuali.

Sayang aja bapaknya yang bermasalah. Ditelantarin semua, dan bertingkah kaya orang ga berdosa.

Di giliran ke 5, Aria beserta kawan kawan ikut bertarung. Aria masih dalam mode tidur, jadi kaki roda besi nya belum muncul. Dibelakangnya ada Aeden yang membuat bang shinsu, lalu ada Aven yang memutar mutar pedangnya.

Aria dan Aeden berusaha menahan tawa karena Aven terlihat paling pendek diantara mereka. Sekalipun Aria sekarang dalam form tinggi 165, tetap saja Aven hanya sebahunya, Apalagi dengan Aeden. Cuma sebatas siku saja.

Poor Aven.

"Well, aku sarankan kalian memberi kami jalan." Ucap Aven setengah berteriak, membuat peserta lain termasuk tim di dalam ruangan menoleh ke arahnya.

"Haruskah?" tanya Aguero menantang. Aven tersenyum miring.

"Simpel. Dua direct line keluarga Ha dan Arie, juga special stundent dari lantai 134 ada disini."

Aria menabok mulut Aven. "Hus. Mulut ember. Diem lo.".

"Ga usah buka kartu, napa?!" tanya Aeden ngegas kaku menabok kepala.putih Aven. Aven yang tidak terima membalas dengan menendang lutut Aeden sehingga pemuda itu jatuh berlutut.

"Arie sialan."

"HABISI MEREKA DULU!" seru salah satu tim. Beberapa yang setuju pun menyerang tim Aria sambil berteriak tidak jelas. Tapi beberapa dari mereka yang hendak memukul Aria kepala mereka terlepas.

Seluruh tim yang ada di sana tercengang melihat darah yang dengan cepat menggenang dari bawah kaki tiga orang itu. Kepala yang terlepas jatuh terguling ke kaki Aven.

"Oops~ maaf. Aku nggak sengaja~" tanpa rasa jijik, Aria memungut kepala itu laku melemparkanya ke pinggir lapangan satu persatu.

"Kita mulai saja. Aku malas basa basi." kilatan bahaya terpancar dari mata Aria. Darah yang mengotori tubuh beserta wajah dan rambut pirang nya membuat dia terlihat seperti pembunuh gila. Aeden dan Aven bergidik ngeri melihat rupa baru Aria di mode sinting. Padahak di ujian sebelumnya, mereka tau aria berdarah darah. Tapi tidak dengan aura mengerikannya saat ini.

Satu hal yang terlintas di kepala mereka mengenai Aria saat ini.

11 12 sama anak cewe Khun Edahn yang namanya Maschenny itu.

Aria yang masuk mode zirah melesat cepat ke arah Bam dan melayangkan serangan, namun Endorsi menahan serangan kakinya dengan jarum. Alhasil dia memutuskan melompat mundur untuk mencari ruangan. Aven memanfaatkan kesempatan untuk mempermainkan Akryung terlebih dahulu. Aeden? Lagi nyari lawan. Masalahnya pada menjauh semua dari areanya. Malahan mereka lebih memilih melawan Rak dan Aguero.

Iris merah darahnya menatap Hwaryun yang hendak menyerang Bam, namun kedahuluan Endorsi. Bodohnya, dia mengabaikan Aria begitu saja. Nampak kedua wanita itu bertarung dengan gesit. Tapi sesuai scene di anime atau manhwa, Endorsi terjatuh karena hak sepatunya patah. Hwaryun kembali ke prinsip awal, dimana ia mengincar Bam untuk dia lukai. Tapi serangan Hwaryun yang semulanya diarahkan kepada Bam, berbelok ke arah Rachel.

Bam yang tau Rachel terluka, secara otomatis berdiri, meninggalkan singgasana membawa Black March di tanganya. Mahkota yang ia kenakan otomatis terlepas.

Mengetahui itu, Aria dan Aven bekerja sama mengambil mahkota. Aeden bertukar posisi dengan Evan sehingga ia yang menahan Akryung untuk menolong Rachel. Tapi dia hanya menatap Rachel yang jatuh ke tanah dengan dahi berdarah tanpa bertindak apapun. Jadi Aeden hanya tinggal mengawasi sosok itu. Dengan menaikkan kecepatan, Aria berhasil mendapatkan mahkota dan mencapai singgasana. Arie juga berhasil menahan Aguero untuk mendekat. Herapan mereka bertiga untuk naik ke lantai 3 harusnya tercapai saat itu. Tapi kalau memang sudah telat, mereka bisa apa. Serangan shinsu dadakan milik Bam menghancurkan mahkota itu dan membuat tangan Aria terluka cukup parah.

Ledakan Shinsu itu benar benar dilupakan oleh tiga orang itu.

"TOLOLLL GUE LUPA SHINSU BAM MELEDAK!!!!" batin Aria kesal. Udah dia lupa, mana ini tanganya luka lagi. Udah kaya tangan kena sabetan pedang.

Shinsu kuning itu meredup. Hwaryun jatuh ke tanah dengan sebelah tangan menutup matanya yang terluka. Darah menetes perlahan ke lantai, tangannya ikut bergetar menahan rasa sakit. Perlahan Bam bangkit dari posisinya dan hendak menebas Hwaryun. Tapi Black March muncul dan menahan Bam.

"Wah~ kau terbawa emosi." Aria mendongak menatap roh senjata yang selalu membuat Yuri naik pitam karena tidak mau diajak kerja sama.

"Pertama, lupakan segalanya yang terjadi, kemudian tidurlah."

Setelah Black March mencium Bam dan Bam terjatuh, dia menoleh ke arah Aria yang tidak terpengaruh sihir Black March. Roh berwujud wanita itu menatap kaget Aria.

"Bagaimana... Kau bisa...?"

"Saya Irregular tante~" balas Aria jujur.

Black March berdeham. "Mengesampingkan itu... Jalur takdirmu sepertinya cukup menyedihkan kedepanya."

"Maksud?" tanya Aria bingung.

"Waktu akan menjawabmu nantinya." dan sosok itu menghilang, bersamaan dengan sihir penghenti waktu nya.

Rachel.berdiri lalu mengguncang tubuh Bam. Ekspresinya nampak sangat terkejut dan juga ketakutan di saat bersamaan. Dia mendekati Bam yang terkapar dengan kepala bersimbah darah.

"Bam! Bangun!"

Aria memincingkan mata. "Jijik, gue. Sumpah."

•••

Missing Control • TOG FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang