Pertandingan babak pertama pun dimenangkan Tim Bam, dan dia dihadiahi 15 dallar untuk semua anggota. Panitia pun memberi masa istirahat selama 20 menit.
Aria yang nggak melakukan apapun langsung tepar dan tertidur. Candy menatapnya heran. Padahal dialah yang harusnya istirahat karena dia yang bertarung sebelumnya, kenapa yang tidur malah dia.
Tapi entah kenapa, Candy merasa itu bukan sekedar "Tidur".
Kenyataanya memang begitu. Di suatu tempat, nampak Aria tengah duduk bersila menghadap sosok berambut hitam melayang layang di udara. Rambutnya nampak mengapung dan bergerak sesuai arah makhluk itu menoleh. Tubuhnya hanya sampai pinggu, itupun hanya tulang belulang belaka. Dengan inti berwarna biru atau bisa disebut jantungnya.
Perubahan yag sangat jauh dari bentuk fisik pertamanya di chapter 5 season 2.
"Apa karena udah sempurna, lo ganti skin?" tanya Aria kembali ke logat Lo-gue.
"Ya dong, cantik kan?"
Roh yang diketahui bernama Abaddon itu bergerak memutari tubuh Aria sambil mengibaskan rambutnya ala duta shampo.
"Kaya mayat lah iya."
"Sadis bener! Makasih kek, gue udah minta Chartasis buat hidup in lo!" Abaddon menggeplak kepala Aria kencang.
Aria tentu mengaduh. "Ha? Chartasis? Siapa tu?"
"Dia kaya sisi baiknya gue. Dia itu Dewi Kehidupan, sementara gue sendiri itu Dewi Kematian."
"Kita itu Dewi, juga Administrator. Gue disegel sama Chartasis karena berbuat ulah di lantai 98, dan dia yang ambil alih lantai itu. Ya meski dia sekarang di lamtai lain, dan lantai diurus babunya."
Kepala kuning Aria mengangguk dengan mulut membulat. "Trus kenapa gue?"
Nampak Abaddon sedikit bingung untuk menjawab pertanyaanya. "Yah, gue kurang paham. Tapi Chartasis bilang, ada sesuatu yang cuma bisa lo lakuin buat ngubah menara."
"Tergantung kemana lo melangkah juga. Makannya, gue mau minta lo buat hati hati untuk segala tindakan, karena lo juga termasuk salah satu orang yang berkesempatan besar mengubah menara."
"Lo berkesempatan ngubah menara, tanpa ngebunuh Zahard kaya takdir buat Bam dari Arlene."
Dengan malas, Aria menggeleng. "Gak dah, gue dah seneng sama TOG yang sekarang."
"HEH!? MAU MATI LAGI?"
"Ya kaga lah. Btw, Chartasis itu dimana? Gue mau talk Face to Face." tanya Aria lalu berdiri dari posisinya. Sepertinya dia harus segera kembali ke tubuhnya, pertandingan babak 2 akan dimulai.
Abaddon tersenyum. "Chartasis itu tinggal di Lantai Tersembunyi, dia bukan senjata kaya gue, tapi dia manusia. Dia paling mencolok dari semua manusia data dan dia bisa keluar masuk Lantai Tersembunyi kapanpun dia mau."
"Dia punya rambut putih panjang, selalu pakai pakaian putih juga, dan keluar kalau malam, terlebih pas bulan sabit. Kemana mana, dia diikuti burung hantu warna putih juga."
Alis Aria sedikit menukik. "Kok kaya ciri ciri anaknya Hon? Putih semua."
"Oh, oke. Informasi yang memuaskan." Aria berbalik ke arah sebuah lubang outih dibelakangnya. "Bye, gue mau sadar dari koma."
Abaddon tersenyum sebagai balasan.
• • •
Aria membuka matanya, lalu duduk dan sadar kalau dia udah keseret ke Babak 2. Dia simulasi pindah Isekai nya kelamaan. Candy -atau namanya ganti jadi Nona Bero- menyadari kehadiran Aria yang sudah balik dari tidurnya pun menyapa.
"Nona Aria! Kau baik baik saja? Kau tidur seperti orang mati." tanya Bero khawatir.
Aria mengangguk. "Ya, aku baik baik saja. Aku meditasi sebentar." Ia perlahan berdiri dan membersihkan celananya. Dia sendiri baru sadar kalau sudah ganti baju. Bukan lagi baju mahal pemberian Daddy Zahard, melainkan turtle neck hitam, hoodie putih, celana panjang hitam dan sepatu heels boot.
Pantas saja kerasa ringan.
Kemudian, orang yang Aria lihat setelah Bero adalah Ehwa dan Hongjo. Baiklah, dia sepertinya dipindahkan bersama mereka untuk melawan Angel nantinya. Walau Aria tau, Ehwa lah yang akan menghabisinya. Kalau kena Aria, malah tambah parah dia.
Bisa bisa, abunya pun nggak ada.
"Oke, sebaiknya pergi kesana." ucap Hongjo menunjuk ke arah pintu di hadapan Bero dan Ehwa.
"Semoga tidak ada musuh. Aku perlu mengisi gula ku untuk bertarung." ucap Bero mengunyah lolipop miliknya. "Rasaya aneh juga makan disamping orang kurus."
Itu ucapan untuk Ehwa. "Kok aku? Kamu memikirkan pendapat orang lain soal pola makan mu?"
"Begitulah. Namanya jadi perempuan lumayan susah."
Tak mereka sadari, Angel dan Buelsar -orang yang membunuh Tochi- mengikuti mereka dari belakang perlahan lahan. Hanya Bero, Ehwa dan Hongjo yang tidak sadar tentunya. Aria sudah tau, da memutuskan diam saja.
Dia hanya ingin melihat langsung kekuatan dari Keturunan Yeon yang Berbakat.
Setelah masuk lebih jauh, mereka sampai ke pipa yang berbelok ke atas dengan cahaya di ujungnya. Itu nampak seperti jalan keluar, tapi tak ada tangga untuk naik ke sana. Sebagai gantinya, banyak pipa aneh mengelilingi pinggiran pintu keluar. Jarak satu pipa ke pipa lain cukup jauh untuk diloncati.
"Jauh juga jaraknya. Yakin mau lewat sini?" tanya Aria seraya menatap Ehwa.
"Tidak mungkin. Jaraknya... Terlalu jauh." lirihnya. Aria menatap Hongjo. "Sebenarnya kita bisa minta bantuan Hongjo, tapi membawa Nona Bero... Maaf. Cukup susah."
"Astaga... Kamu jahat, nona Aria." ucap Bero sedih, merasa insecure seketika.
Aria memasang wajah bersalah dan tawa canggung. "Maaf, harusnya aku bawa light house ku. Sayang sekali aku meninggalkannya di kamar."
Kriett...
Pintu masuk menuju area ini terbuka, memperlihatkan Angel dan Buelsar yang berusaha masuk. Bero, Ehwa dan Hongjo langsung panik sendiri. Kekuatan Bero nelum terkumpul, jadi dia bingung harus bagaimana.
"Wah, Angel. Anak haram dari salah satu keluarga agung. Apa kabar kawan?" sapa Aria sokap.
Udah sokap, ga ada malu malunya.
"Ugh!! K-kau lagi! Dasar keluarga bangsawan sialan!" Angel melancarkan serangannya dengan penuh emosi ke arah Aria. Ia melempar tombak emasnya dengan kecepatan tinggi dan meledak.
"NONA ARIA!" seru Ehwa terkejut juga takut. Ledakan itu terlalu kuat, kalau dia disana, dia yakin akan terluka parah. Tapi, satu hal yang Ehwa lupakan.
Aria adalah "Anjing Zahard", juga " Pedang Zahard", seperti Adori.
"Lemah"
Setelah asap asap menghilang, mereka melihat jelas Aria menggenggam mata tombak itu dengan tangan kosong. Lalu dengan santai, dia mematahkan tombak itu menjadi dua.
Terlihat, telapak tangannya sobek. Tapi Aria tak peduli soal itu.
"Kalau kau tidak bodoh, kau harusnya tau kalau aku terlalu mustahil kau kalahkan." Ucap Aria dengan wajah angkuh.
Angel benci ekspresi itu. Ekspresi ketika seseorang menatapnya rendah, seperti seogok sampah kotor dan menjijikkan. Tatapan itu selalu dia dapatkan dari ibunya, orang yang melahirkannya ke dunia ini.
Seandainya dia hanya akan dibenci, kenapa dia dilahirkan?
Kenapa... Dia tetap ada di sini?
• • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Control • TOG Fanfiction
FanfictionKecelakaan maut beruntun merenggut nyawa seorang mahasiswi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kampus di semester ke 3 nya, namun naas, nyawanya telah direnggut terlebih dahulu. Dan ketika membuka matanya, ia melihat sosok pria tinggi berambut pira...