Setelah tragedi Aven salting kemarin, sekarang saatnya dia balas dendam atas perbuatan Aria. Dengan berusaha menjatuhkanya dari atas pilar pilar, tempat para fisherman berlatih.
"Game akan segera dimulai!"
"Peraturannya mudah, kalian harus menjatuhkan peserta lain sampai tersisa 8 orang. Kalian hanya boleh menggunakan jarum yang tekah diberikan."
Endorsi berjalan ke pinggir pilar.
"Kalau kami jatuh, pasti akan mati. Apa ada sistem pengamannya?" tanya Endorsi ke arah pengawas ujian.
"Iya, setidaknya tidak sampai mati."
"Oh. Paling parah patah tulang kan?"
"Luka itu, adalah tanggungan kalian."
"Game dimulai!"
Ketika peserta lain mulai siaga, Endorsi mulai bergelud melawan Anaak, lain halnya Aria yang malah rebahan di atas pilar. Padahal dia tadi satu pilar dengan 3 regular. Eh setelah itu, mereka melompat menjauh darinya. Bagus sih, dia bisa nyantai dulu.
Sebelum...
"Yahoo, Arianna~ bangun yuk~ by one sama aku~"
Aria menoleh ke arah kiri, mendapati Aven di ujung pilar mendekat.
"Plis gue mau tidur. Gue tadi ga nyenyak karena mikir sesuatu." balas Aria kesal lalu mulai berdiri.
"Mikirin aku?" tanya Aven narsis.
"Iya. Mikirin lo."
Oke, Aven memanas. Pipinya merona dan degup jantungnya sangat cepat.
"Tepatnya, cara ngebunuh elo disini!"
Disaat Aven sadar dengan perkataanya, Aria menghunuskan jarum merah miliknya ke arah pemuda itu. Telat menghindar, sehingga Aven terluka di bagian bahu.
Pertarungan itu lama lama menjadi sangat sengit, ketika Aria melompat sari pilar ke pilar dan mengarahkan peserta lain kelarah Aven. Dengan mudah, Aven menghempaskan mereka.
"Sisa 10 orang~" ucap Aria senang. Ia berhenti di salah satu pilar.
"Hei! Berhenti melompat! Kaki ku sakit tau!"
Aria berbalik menatap Aven yang tertatih tatih. Aven sendiri heran, bagaimana dirinya bisa tiba tiba melemah padahal sudah latihan dengan baik sebelumnya?
Aria tertawa lebar. "Racun ku bekerja!" ia menatap luka di betis Aven
"HAH?!"
"Racun pelumpuh tepatnya."
Aria mendekati Aven yang jatuh bersimpuh. Ia menunduk lalu menggunakan sebelah tangan untuk menarik dagu Aven agar menatapnya. Iris merah darah bertemu iris biru malam milik Aven.
"Nah sekarang... Cium kaki ratu mu ini."
Aven tersenyum kecut. Dia memalingkah wajah ketika Aria tersenyum penuh kemenangan ke arahnya. Tapi, Aria melepaskan cengkeramanya dan mundur selangkah.
"Bercanda bro, enggak lah. Jahat amat gue." Aria tertawa lalu mengelus lembut surai putih panjang Aven. Yang dielus bukanya kesal malah salting bukan main diperlakukan so sweet oleh Aria. Dia menutup matanya dan menikmati belaian lembut gadis itu.
"Sialan kau Aria..."
"Ujian selesai!"
Aria menoleh ke arah suara dentuman, dimana Endorsi dan Anaak jatuh bersama. Lalu ia menjentikkan jarinya, sehingga tubuh Aven membaik perlahan lahan.
"Baiklah, kita selamat."
•••
Aeden ternyata dapat posisi sebagai scount, dan tugas mereka adalah mencari teman. Dia pun bekerja sama dengan Hatz serta Shibisu untuk mendapat teman. Kurang 4 orang agar list teman itu penuh. Shibisu panik karena tenggat waktu adalah hari ini. Jadi dia sekarang tengah merengek kepada Aguero.
"Apa ni? Bagi bagi sembako?" tanya Aven lalu memukul punggung Aeden kencang. Aeden aja sampai memekik sakit.
"SAKIT TOLOL!" bentaknya kesal.
"Hus, bahasa lo."
"Bodo amat."
Aria menatap ke arah kertas daftar teman milik Shibisu. "Kurang 4 orang? Aku bantu isi."
Shibisu terkejut ketika Aria mengeluarkan pulpen dari saku celana yang ia kenakan. Dia meminta dua kertas milik Aeden dan Hatz lalu menandatangani semuanya. Ia melirik Aven untuk mengkodenya.
"Heh, cebol. Sini." Aven yang nggak terima disebut cebol pun menggeplak kepala Aria namun ketahan tanganya Aeden.
"Maaf, cewe itu ga boleh dipukul." ucap Aeden penuh penekanan.
Aria menatap keduanya. "Gapapa biarin. Toh nanti ku patahin tanganya." dia menyodorkan pulpen miliknya lalu menjauh dari meja ketika Aven hendak menulis.
"Target kalian sisa dua. Anaak sama Endorsi. Gimana cara mancing mereka?" Aria bertanya sambil menatap Aguero yang sepertinya menyimpan rencana.
"Endorsi kehabisan poin karena ia gunakan untuk pengobatan. Iming iming traktir sampai tes berikutnya, pasti ia tergiur."
"Anaak, kudengar dia suka Pai Ayam."
Aria mengeluarkan pocket dan melihat nominal poin miliknya. Cukup banyak untuk peserta ujian lantai 2. Maklum, tadi dia di kirimi oleh Zahard sejumlah 2 juta poin. Itu mah lebih dari cukup untuk bertahan di lantai 2 sampai seterusnya."Biaya makan Endorsi aku yang tanggung. Lalu pai ayam yang Anaak mau, aku juga yang akan belikan."
Aria pergi ke arah meja pesanan bersama Aguero yang hendak mengobrol sedikit dengan nya. Aven dan Aeden menatap keduanya heran.
"Aria yang tanggung biaya makannya?" beo Shibisu.
"Dia sepertinya dapat kiriman poin." ucap Aeden menjawab pertanyaan Shibisu. "Pastinya bukan nominal yang sedikit." lanjutnya.
•••
"Haahhhh, gara gara perawatan ini, poinku habis."
Perut Endorsi bersuara, menandakan ia sangat lapar. Dia menghela nafas, berharap seseorang datang ke kamarnya memberi makanan. Detik itu juga, Hatz dan Bam tiba membawa sepiring Special Lunch kesukaan Endorsi. Awalnya Endorsi sok jual mahal dengan menolak, tapi setelah di beri iming iming traktiran oleh Aria dan pujian Hatz, Endorsi menerimanya blak blakan.
"Baiklah! Lagipula aku hanya makan paket Special Lunch kok!!"
Beralih ke kamar lain. Hatz. Shibisu, dan Bam beraksi dengan membawa sepiring Pai Ayam untuk Anaak. Jelas Anaak menolak dulu, tapi ujung ujungnya menerima juga.
Aguero yang asik bersandar ke dinding koridor menoleh ke arah Bam yang kembali membawa piring kosong.
"Berhasil!" seru Bam senang. Aguero dan Aria tersenyum tipis.
"Kami berterimakasih kepadamu Bam! Misi ku selesai juga!!" Shibisu memeluk erat Bam sebagai tanda terimakasih.
Setelahnya, Hatz dan Aguero bertengkar kecil. Mereka yang lain tertawa melihat keduanya, tapi tidak dengan Aria yang menatap notifikasi panggilan di pocket nya.
"Aku... Pergi dulu. Aku ingin ke kamar. Bersenang senanglah."
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Control • TOG Fanfiction
FanfictionKecelakaan maut beruntun merenggut nyawa seorang mahasiswi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kampus di semester ke 3 nya, namun naas, nyawanya telah direnggut terlebih dahulu. Dan ketika membuka matanya, ia melihat sosok pria tinggi berambut pira...