Missing Control • S2 • 08

324 54 6
                                    

"Kakak! Aven! Ayo bermain!"

Gadis kecil berusia 8 tahun menghampiri dua kakak laki lakinya yang asik membaca di ruang tamu. Keduanya menoleh.

"Ada apa, adik kecil?" si sulung menutup bukunya dan memeluk adik kesayangannya itu.

"Temani aku jalan jalan!"

Aven menoleh. "Kemana? Kalau ke hutan belakang rumah, aku nggak mau. Bahaya, Aria."

Aria memajukan bibirnya. Ngambek. "Hmph! Kak Aven mah penakut! Gitu aja nggak berani."

Perempatan imajiner muncul di dahi Aven. "Enggak ya, aku nggak takut!"

"Yaudah ayo!"

• • •

"KAKAK DEMIAN! AKU MAU KETEMU KAK AVEN!"

"JANGAN ARIA! KALAU KAMU KESANA, KAMU CELAKA NANTI!!"

"AKU NGGAK PEDULI! AKU CUMA MAU NOLONG KAK AVEN!!"

Cengkeraman Demian ke lengan Aria akhirnya lepas. Dengan sekuat tenaga, Aria berlari memasuki hutan, dimana ia terpaksa meninggalkan Aven bersama Demian. Itu terlalu kejam. Karena...

Demian meninggalkan Aven seorang diri melawan seekor beruang liar...

Aria memasuki hutan terlalu dalam, tapi dia tidak peduli. Dia hanyaningin bertemu dan membawa Aven pergi dari sana. Hutan lebat itu menutupi cahaya masuk, sehingga jalanan cukup gelap. Tapi di depan sana, ada sebuah lapangan hijau yang tidak tertutup pohon, sehingga kelihatan paling bercahaya.

"ARIA!!!" dari arah tersebut, Aven terlihat berlari mendekatinya.

"K-kak Aven...!!"

SPLASH!!!

DUK!!

'... Eh?'

Langkah Aria memelan dan akhirnya berhenti. Bersamaan dengan sebuah kepala menggelinding mendekati kakinya.

"Kakak?"

Darah yang terciprat dari tubuh Aven menempel di pakaian Aria. Tubuh sang kakak yang kini tak memiliki kepala pun ambruk ke tanah. Dibelakang sana, seekor beruang liar menggeram dan mulai mendekati Aria.

Aria berusaha kabur, tapi kakinya seakan akan beku. Beruang itu terus dan terus mendekat. Aria memejamkan matanya rapat rapat, bersiap merasakan tubuhnya dikoyak seekor beruang besar.

Sebelum...

"ARIA AWAS!!!"

• • •

Gubrak!!

"ALLAHUAKBAR!"

Aria terbangun setelah tubuhnya jatuh menghantam lantai kereta dengan keras. Rasa ngilu menjalar dari lengan kiri sampai ke bahu. Perlahan dia mendudukkan dirinya sambil menggeram kesal.

"Syaland, ngilu."

"Lo sih, bilangnya mau nontom Bam ngamok. Malah tidur. Yaudah gue bawa ke kamar istirahat. Mana satu kasur dipake sendiri lagi."

Ini Aven yang bersuara. Aria segera menatap Aven dan tiba tiba memeluknya erat. Yang dipeluk jelas kaget, sampai dia nggak tau mau ngomong apa. Elanie mau bertanya, tapi ketika menyentuh bahu Aria, dia bisa merasakan tubuhnya bergetar hebat. Aven yang dipeluk tentu lebih bisa merasakan dengan pasti.

"Lo kenapa sampe gemeter gini? Ngipi dikejar kuyang?" tanya Aven bingung. Bukanya jawaban, tapi Aria semakin mengeratkan pelukanya. Beberapa menit kemudian, bahu kanan Aven basah.

Missing Control • TOG FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang