Cahaya perlahan memasuki indra pengelihatanku...
Bukan cahaya lampu... Bukan pula cahaya matahari...
Melainkan cahaya dari api...
Yang berkobar dan membakar segala hal yang ia lalui...
Tunggu... Aku melihat seseorang...
Adori? Ah, bukan. Dia lebih mungil darinya...
... Eh?
Mata merah itu...
Aku?
"Huft... Aku lelah..."
Suara itu... Itu suaraku!
Kenapa aku disana? Kenapa aku... Berada di sekitar kobaran api sebesar ini?
Oh, ada langkah kaki?
Zahard?!
"... Aku ingin tidur... Zahard..."
"Kemarilah. Kita akan pulang lalu tidur, Aira."
"... Tidak... Aku... Bukan seperti itu..."
"Aku tak akan membiarkanmu mati semudah itu."
"... Kenapa? Aku... Ingin menyusul Aven dan yang lain..."
Apa? Menyusul? Aven dan yang lain?
Apa maksudnya?!
"... Hei, tunggulah sebentar lagi. Kita akan 'tidur' bersama."
"Sampai kapan aku menunggu? Aku lelah..."
"... Setidaknya sampai ramalan arlene sudah sampai di klimaks akhir... Tolong... Tunggulah sebentar lagi."
"... Baiklah."
"Setelahnya, kita akan pergi bersama."
Pergi?!
Apa maksudnya?!
"Apa maksud kalian?!" aku berhasil mengeluarkan suaraku.
Tetapi, mengapa mereka tak menoleh?!
Aku butuh jawaban!
Tolong! Dengarkan suaraku!
"Ya... Aku mengerti. Aku akan menunggu..."
• • •
Deg!
Aria membuka matanya dengan nafas tak beraturan. Keringat membanjiri sekujur tubuhnya, termasuk kaos merah miliknya. Nafas memburunya terdengar, sampai seorang yang tidur disampignya terusik.
"Ugh... Aria? Kenapa?"
"Huh?" Aria refleks menoleh.
Betapa syok nya dia ketika melihat Aeden tidur di sampingnya, tanpa sehelai pakaian atas. Memperlihatkan otot otot nya yang luar biasa.
Luar biasa mengundangnya nafsu.
"Sejak kapan lo disini?!" tanya Aria setengah berteriak. Semburat merah terlihat jelas, bahkan sampai ke telinga.
Sangking kagetnya, dia sampai terduduk di kasur.
"Hah? Anemia lo? Lo yang minta ditemenin tidur, goblok." balas Aeden sambil ikutan duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Control • TOG Fanfiction
FanfictionKecelakaan maut beruntun merenggut nyawa seorang mahasiswi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kampus di semester ke 3 nya, namun naas, nyawanya telah direnggut terlebih dahulu. Dan ketika membuka matanya, ia melihat sosok pria tinggi berambut pira...