Missing Control • 02

710 94 24
                                    

[REVISI]

Aria menatap tiga paperbag yang dibawakan oleh Khun Maria Zahard untuknya atas perintah Zahard. Dia tersenyum lembut ketika Aria fokus menatap gaun formal dan casual yang Maria bawa. Tak lupa 1 set pakaian berupa fullneck hitam tanpa lengan, celana ketat hitam, dan sepatu boot hitam pula.

"Kamu hebat juga. Nggak bisa apa apa, tapi bisa ke menara." ucap Maria setengah menyindir, dengan lembut.

"Begitulah." tanya Aria. "Iri, bilang." lanjutku dalam hati. Maria tersenyum tipis.

"Kau tau, berkat kebodohan salah satu saudaraku, aku berhasil menjadi putri Zahard. Sayang sekali dia tidak memikirkan kakaknya. Alhasil keluarganya terbuang. Dia pijakan yang hebat." celetuknya. Aria mencibir di dalam hati. "Kalau bukan karena A.A, lo ga bakalan sampe disini bambang. Pengen tak hiih.."

"Baiklah, aku pergi dulu. Sampai jumpa."

Setekah mengatakanya, Maria keluar dari kamar tersebut. Meninggalkan Aria yang menatap kepergian putri dari Khun Edahn tersebut. Ia menghela nafas lalu menatap cermin. Dia bahkan hampir tidak mengenal siapa dirinya sekarang.

Rambut pirang bergelombang, mata merah, wajah tirus dan badan yang cukup ramping serta tinggi membuatnya sampai terherman herman. Bahkan kebanyakan gaun di dalam paperbag yang Maria belikan berwarna merah, hitam dan putih supaya serasi dengannya. Dia sempat berpikir, dia tinggal di badan seseorang. Tapi melihat Zahard yang berkata sekilas ia muncul tiba tiba di kamarnya, maka dia memang kelempar kesini.

Tentu dengan visual baru.

|Scr : pinterest •  Roxana Agriche|

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Scr : pinterest •  Roxana Agriche|

"Emang gue boleh keluar?" tanya Aria heran.

"Tidak hanya keluar. Kau, harus menaiki menara setelah berlatih denganku."

Tanpa bersuara, Zahard muncul dari arah pintu sembari menyilangkan kedua tangannya, menatap Aria datar.

Aria mendelik kaget. "HAH?! KAU GILA?!"

"Dilihat dari sisi baiknya, kau akan diajari dasar dasar pertarungan. Karena kau Irregular, kekuatanmu otomatis akan berkembang pesat ketimbang orang biasa atau regular." Zahard menjeda kata katanya. "Nanti kau akan mendaki mulai dari awal. Lalu, ketika kau tiba di tiap lantai, kau harus mengikuti ujian Administrator. 

"Baru ketika sudah di lantai 20, aku akan membawamu kembali untuk pelatihan individual lanjutan dibantu Adori."

Zahard menjelaskan secara panjang lebar, sehingga otak  Aria yang biasanya lemot bisa menerima penjelasan itu tanpa ada bagian yang terlupa. Jadi dia selama menaiki 20 lantai, dia harus mengikuti ujian Administrator agar bisa lebih cepat menaiki lantai atau di lantai 2 nanti memenangkan Crown Game.

Bisa di coba, pikir Aria.

"Kau setuju?" tanya Zahard. Aria mengangguk.

Zahard tersenyum tipis. "Pakai setelan tempur itu. Aku akan mengajarimu beberapa dasar bertarung."

"Ay ay kaptain!"

•••

Zahard memijit pelipisnya yang agak sakit, kenapa tiba tiba dia ingin menolong bocah freak dan aneh itu? Padahal kemarin malam dia sudah berencana melempar gadis muda itu untuk ditumbalkan kepada Edahn atau langsung membunuhnya. Entah apa yang akan pecinta anggur itu lakukan dengan nya, Zahard tidak.peduli.

Tapi mendengar fakta, ini adalah kehidupan kedua Aria, hatinya tiba tiba tergerak untuk mengulurkan tangan kepadanya. Bahkan dia repot repot meminta Maria mencarikan pakaian untuk Aria. Entah muat atau tidak. Maria tentu curiga karena Zahard memintanya membelikan pakaian wanita. Sempat sempatnya anak Edahn itu berpikir Zahard menyimpan wanita di kamarnya sendiri untuk memuaskanya.

Walau memang iya, tapi beda tujuan.

"Astaga... Aku kenapa?" gumam Zahard pelan.

"Aku sudah selesai."

Zahard menoleh sedikit kemarah pintu di samping kirinya. Terlihat Aria berdiri seraya berkacak pinggang. Sekilas, penampilanya terlihat normal dan aman. Tapi...

"Kenapa seketat itu?" iris emas Zahard terkunci ke arah buah dada Aria yang sedikit menonjol.

Sebuah tendangan diarahkan Aria ke tulang kering Zahard. "HEH LIHAT APA?! DASAR RAJA MESUM!"

Zahard membungkuk sedikit ketika rasa ngilu menjalar di kakinya. Padahal belum belajar apa apa, tapi kenapa tendanganya se sakit ini, pikir Zahard.

"Tch. Ayo ke lapangan, jangan buang waktumu."

Setelah Zahard mengatakanya, ia pergi dengan Aria yang mengekor di belakangnya.

•••

Aria terduduk lemas di lapangan. Tanganya yang gemetaran hebat, tapi dia tetap berusaha menahan badan nya sebaik mungkin. Baru saja dia berusaha menggores Zahard, tapi dia malah hampir terpental dengan serangan shinsu raja itu. Jika saja terlambat, mungkin dia mati part 2. Di depan nya, nampak Zahard yang tengah berdiri sembari menyilangkan tangannya dan menatap dirinya yang nyaris sekarat..

"Kalau begini terus, kau tidak akan selamat di lantai 2." ejek Zahard. Aria mendelik. Tapi dia kembali menunduk seraya menghela nafas. "Selama berusaha, aku nggak akan mati. Ayo, sekali lagi!"

Aria perlahan berdiri dengan tangan yang sudah menggenggam sebuah pedang. Zahard tersenyum tipis melihat kegigihannya, lalu memunculkan satu bang shinsu.

"Ayah."

Aria menatap ke arah pintu masuk arena, dan betapa panik dirinya mengetahui sosok berambut biru yang masuk ke arena. Tentu bukan Maria yang bersikap kalem, tapi kakak tirinya. Khun Maschenny Zahard, putri Zahard dari keluarga Khun yang terkenal gila akan perang dan darah. Memiliki otak yang licik dengan sejuta taktik yang mengerikan. Satu satunya yang berani dengannya hanyalah Yuri.

"Ada apa?" Zahard berkata demikian, sementara Aria bersembunyi di balik badannya yang besar dan tinggi. Dia aja cuma 175cm setelah tiba di menara, sementara Zahard 240cm. Bisa dibayangkan seberapa tinggi dirinya.

"Kudengar dari Maria, kau menyimpan seorang bersamamu. Aku hanya berharap dia bukan ancaman." jawab Maschenny. "Kalau iya, aku yakin kau berusaha menahanku untuk memenggal kepalanya." lanjutnya dengan santai. Seolah memenggal kepala hanyalah memisahkan daun nanas dari dangingnya.

Aria ngeri sendiri mendengarnya.

Dibalik paras rupawan serta suara kalem Maschenny, ternyata terselubung sisi psikopat yang meresahkan warga menara.

"Dia memang ada. Dia bersamaku sekarang. Dan dia bukan ancaman." balas Zahard seadanya. Dibelakang, Aria hanya tersenyum simpul.

"Kalau gue ancaman, pasti gue udah mokad dari kemaren." batin Aria tertawa garing.

Maschenny sedikit menengok ke belakang Zahard, sehingga surai pirang Aria sedikit terlihat.

"Kuharap, dirimu mengambil pilihan yang tepat, Nona. Karena kau tidak tau, kapan akan tewas terbunuh di neraka ini."

Maschenny berbalik badan ketika telah menyelesaikan kalimatnya dan berjalan keluar lapangan. Zahard hanya menatap datar punggung anak angkatnya yang mulai menjauh itu. Lalu tatapanya berpaling ke arah Aria yang menggenggam kuat jubah merah yang ia kenakan.

Dia ketakutan.

"Dia hanya menakutimu. Selama kau bisa lebih gila darinya, kau ku jamin selamat."

Entah kenapa, tubuh Aria sedikit berat ketika Zahard menyelesaikan kalimatnya. Seakan lelaki itu memberinya beban yang mengubahnya... Suatu saat nanti?

•••

Missing Control • TOG FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang