Pukul kini sudah menunjukkan pukul 13.00 WIB. Adel berjalan sembari bersenandung ria di sepanjang jalan, kali ini Adel berjalan kaki tanpa sepeda karna sepeda yang ia miliki tiba-tiba rantenya putus hingga terpaksa dirinya berjalan kaki seorang diri.
Saat di perjalanan tiba-tiba saja Adel menabrak seseorang sontak Adel berbalik dan meminta maaf. Tapi, pria yang ia tabrak itu malah pergi tanpa sepatah katapun.
" Dia marah? Tapi aku kan udah minta maaf," Gumam Adel saat kepergian pria berjaket hitam itu.
Adel tak sempat melihat wajahnya karna saat hendak mendongak ingin menatap lawan bicaranya lebih dulu pria itu berbalik dan pergi.
Tanpa ingin tahu lagi Adel berbalik dan melanjutkan perjalanan pulangnya. Saat di pengunjung jalan tiba-tiba saja di arah samping kanan ada beberapa orang yang berjalan ke arah dimana di sana ada Adel. Sedangkan dari arah kanan terdapat banyak orang-orang yang menggunakan seragam sekolah sama persis seperti yang di kenakan Adel saat ini, dengan sebuah besi, golok dan beberapa benda tajam lainnya yang di bawa mereka.
Adel yang polos tidak tau apa yang terjadi saat itu, tapi melihat mereka membawa benda tajam membuat Adel sangat ketakutan. Adel menerobos jalan besar itu dengan langkah cepat, tapi belum sempat beberapa langkah saja orang-orang itu menyerang satu sama lain, membuat langkah Adel terhenti tepat di tengah-tengah tauran itu.
" Ahhh tolong!!!" Teriak Adel ketakutan saat melihat orang-orang di sekelilingnya saling menyodongkan benda tajam.
" Ya Allah tolong Adel," Gumam Adel lirih
Tiba-tiba saja dari arah belakang ada seseorang yang menarik Adel dari tauran maut itu. Adel memberontak ketakutan saat seseorang tiba-tiba membawanya jauh dari tempat tauran itu. " Lepasin aku. Aku tidak ikut campur dalam hal ini, aku tidak tau apapun." Teriak Adel ketakutan
" Heh!"
Suara bariton yang familiar di telinganya sontak Adel mendongak dan terkejut saat melihat keberadaan Marvin di depannya. " K_kak Marvin?"
Adel berhamburan memeluk Marvin erat, sedangkan sang empu mencoba melepas pelukan itu. " Kak Marvin aku sangat takut. Tadi aku tidak tau kenapa banyak orang yang bermain golok." Racau Adel ketakutan
" Lepasin tangan lo dari gw!" Terdengar suara bariton itu yang berat.
Perlahan Adel melepas pelukannya dari Marvin.
" Kenapa lo ada disana? Lo bodoh atau apa? Lo mau cari mati disana heh?" Pertanyaan demi pertanyaan keluar dari bibir tipis itu.
" K_kenapa kamu marah-marah?" Ucap Adel lirih
Marvin membuang nafasnya lelah, ia sadar kalau saat ini ia berbicara dengan wanita polos di depannya.
" Pulang! Jangan jalan sana," Ujar Marvin dan berbalik hendak pergi
" Kalau nggak jalan sana terus aku harus jalan mana?" Satu pernyataan terlontar dari mulut Adel
" Jalan pintas!" Jawab Marvin dingin
" Tapi ini jalan pintas satu-satunya,"
" Gw nggak peduli. Gw hanya kasih saran untuk lo, tapi kalau lo ingin tetap jalan ya itu hak lo," Sarkas Marvin dan hendak pergi.
Tapi, belum beberapa langkah tiba-tiba saja Adel membuka suara dan hal itu refleks menghentikan langkahnya. " Aku tidak punya uang untuk naik kendaraan umum, karna itu aku jalan pintas ini. Tapi aku tidak tau kalau ada orang-orang jahat seperti mereka." Ucap Adel berhasil sedikit meluluhkan rasa peduli Marvin yang beku.
" Tapi jika kamu mengatakan hal itu, maka aku akan menurutinya. Aku akan jalan biasa," Lanjut Adel dengan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Marvin disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAR
RomanceCerita Ini mengisahkan tentang seorang gadis culun, polos/lugu, kepintaran di atas rata-rata, namun super duper ceria ia bernama Adelina. Ia bersekolah di SMA Jakarta High School. Dia di kenal di sekolah nya Karna perjuangan yang tak henti-hentinya...