STAR_44

70 2 0
                                    

Di kediaman Alvin terlihat semua orang sedang berkumpul di ruang keluarga menikmati cemilan dan menonton TV. Malam ini Alvin dan Marvin tidak banyak kerjaan membuat dua pria tampan itu menghabiskan malam mereka bersama keluarga.

Adel pergi ke dapur dan tak lama datang dengan membawa puding di tangannya.

" Apa itu sayang? Keliatan nya enak, " Tanya Alvin penasaran

" Puding pah. Papah mau?"

" Boleh," Adel memotong puding itu dan memberikannya pada Alvin, Delina dan juga suaminya.

Tampak dari wajah mereka yang berubah saat setelah memakan puding itu. " Eum enak sayang." Ucap Marvin kembali melahap puding itu hingga habis.

Tak lama satu panggilan masuk ke ponsel Marvin. Marvin yang melihat nama di layar itu langsung menghiraukan nya, tapi lagi dan lagi ponselnya berdering. Kali ini Adel ikut melirik ponsel Marvin yang berdering.

" Clara?" Batin Adel saat melihat nama itu di layar ponsel Marvin.

" Marvin ponselmu sangat berisik apa kamu tidak mau mengangkat nya?" Ucap Alvin risih dengan suara ponsel Marvin.

Marvin melirik Adel sekilas lalu pergi menjauh untuk mengangkat telpon itu namun hal itu tidak lepas dari pandangan Adel.

" Clara kenapa kamu masih menghubungi ku? aku sudah bilang jang..."

" M_Marvin tolong aku.."

Degh

Marvin tersentak kaget saat mendengar suara berat di sebrang sana. " Clara apa yang terjadi? Kau dimana?"

" B_bandara,"

Mendengar hal itu Marvin langsung berlari ke kamar untuk mengambil kunci mobil. Adel yang melihat kepanikan Marvin sedikit khawatir begitu juga Delina dan juga Alvin.

" Ada apa Marvin? Kamu mau kemana?"

" Clara pah. Marvin tidak tau apa yang terjadi karna itu Marvin mau ke bandara,"

" Baiklah pergilah," Marvin mengangguk dan bergegas pergi. Namun, saat membuka pintu mobil tiba-tiba Adel berlari keluar menyusul Marvin.

" Aku ingin ikut,"

" Sayang ini udah malem sebaiknya kamu istirahat," Ujarnya yang mendapat gelengan dari sang empu. " Aku tidak bisa tidur kalau nggak ada kamu. Aku tetap ingin ikut." Ucap Adel bersikeras.

Marvin membuang nafas berat dan mengiyakan keinginan istrinya. Marvin dan Adel langsung menancapkan mobilnya ke bandara dimana Clara berada.

Sesampainya di bandara Marvin dan Adel berlari mencari Clara. Tak lama dari sudut mata itu ia melihat kerumunan cepat-cepat Adel dan Marvin menghampiri kerumunan itu.

" Tidak aku tidak mau pergi. Aku ingin menunggu seseorang," Teriak Clara menolak ajakan orang untuk pergi ke rumah sakit dan memilih menahan rasa sakit itu untuk menunggu kedatangan Marvin.

" Clara..?" Semua orang menoleh ke arah Marvin dan juga Adel. Begitupun Clara, ia memegang dadanya kesakitan dengan wajahnya yang memerah.

Clara meraih tangan Marvin dan mengengamnya erat. Ada rasa sesak dan sakit di hati Adel saat melihatnya apalagi saat melihat Marvin yang benar-benar sangat khawatir.

" Marvin sakit.." Lirihnya.

Adel yang merasa kasian menyuruh Marvin untuk membawanya ke rumah sakit. Marvin mengangguk dan tanpa pikir panjang langsung mengangkat tubuh Clara membawanya ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Marvin mundar mandir di depan pintu itu tak karuan. Sedangkan Adel hanya duduk dengan perhatian nya tak lepas dari Marvin. " Apa yang aku rasakan saat ini? apa aku salah kalau aku cemburu pada Clara, tidak Adel dia sahabat baik Marvin di New York jadi pantas saja kalau Marvin sangat mengkhawatirkan nya." Batin Adel yakin.

Tak lama pintu terbuka, seorang dokter pria itu keluar. " Dok bagaimana keadannya?"

" Alhamdulillah tidak ada hal serius. Untung saja bapak cepat membawanya ke rumah sakit kalau tidak saya tidak yakin kalau keadannya akan baik seperti sekarang,"

Marvin dan Adel bernafas lega karna Clara baik-baik saja. Setelah mendengar keadaan Clara yang membaik Marvin dan Adel langsung masuk ke dalam ruang rawat Clara, terlihat Clara yang lemah tak berdaya di atas ranjang.

Clara mengulurkan tangannya pada Marvin dan menarik tubuh itu untuk di peluk. Adel yang melihat itu sedikit terkejut begitu pun Marvin.

" Clara lepas,"

" Aku mohon biarkan aku seperti ini. Aku sangat takut vin, aku benar-benar kesakitan. Rasa sakit itu sama persis yang aku rasakan di New York, tapi saat kamu selalu di sampingku aku merasa jauh lebih baik," Tangisnya di pelukan Marvin. Marvin yang menyadari kehadiran Adel mencoba melepas pelukan itu tapi semakin ia memberontak semakin Clara mempererat pelukannya.

Marvin melirik Adel tampak kesedihan di wajahnya. Adel memutar tubuhnya untuk pergi tapi langkahnya terhenti saat kala tangan besar itu menahannya, refleks Adel berbalik dan menatap Marvin. Pria itu menggelengkan kepalanya memohon agar Adel tetap di sana dan tidak pergi.

Sudah beberapa menit lamanya akhirnya Clara jauh lebih tenang. Marvin menyuruh Clara untuk istirahat tapi wanita itu tidak mau Marvin jauh darinya. Adel yang merasa marah dan cemburu, ia memilih pergi dari ruangan itu walau Marvin terus menahannya.

Setelah di luar air mata itu lolos begitu saja, rasa sesak di hatinya benar-benar tidak bisa ia tahan lagi. Tak lama pintu terbuka dapat Marvin lihat Adel yang hendak pergi saat ia keluar namun dengan cepat Marvin menarik tangannya.

" Sayang kamu mau kemana?" Tanya Marvin merasa bersalah karna ia tau kalau istrinya sedang marah padanya.

" Aku ingin cari angin segar," Jawab Adel tanpa menatap lawan bicaranya. Marvin sedikit memiringkan wajahnya untuk menatap Adel yang terus menghidarinya.

" Kamu nangis?"

" Nggak siapa juga yang nangis," Elak Adel

" Bohong itu jejak air matanya masih ada," Goda Marvin membuat tangan mungil itu refleks mengusap jejak air matanya. Marvin tersenyum kecil dan meraih bahu Adel agar wanita di depannya menatapnya.

" Sayang maafkan aku, aku tau kamu marah, kecewa dan cemburu. Tapi sayang Clara disini tidak punya siapa-siapa selain aku, semua keluarganya di New York hanya aku teman satu-satunya disini," Marvin berusaha menjelaskan nya agar Adel bisa mngerti. Namun tanpa Marvin katakan pun Adel bisa mengerti hanya saja ia tidak bisa egois untuk tidak cemburu saat wanita lain memeluknya.

" Aku ngerti kok aku hanya gerah aja karna itu aku keluar," Cicit Adel yang mendapat kekehan kecil dan Marvin.

" Kamu gerah karna cemburu kan?"

" Hahah maafkan aku, karna sudah membuatmu cemburu. Sini aku peluk biar gerah nya hilang, " Marvin meraih tubuh Adel dan memeluknya hangat. Adel membalas pelukan itu rasa nyaman itu lah yang kini mereka rasakan.

" Sekarang udah malem kita pulang yah," Adel melonggarkan pelukannya beralih medongak menatap Marvin. " Lalu Clara?"

" Aku akan suruh dokter dan suster lainnya buat jaga Clara. Lagi pula kamu harus tidur, kamu yang bilang sendiri kalau kamu tidak bisa tidur kalau tanpa aku. Karna itu aku akan menemanimu agar kamu bisa tidur nyenyak," Adel terharu dan mengamati sekitar. Merasa tidak ada orang Adel langsung mendaratkan bibirnya di pipi Marvin sontak hal itu membuat sang empu sedikit terkejut dan meminta lebih.

" Sayang ini rumah sakit loh, kamu mulai nakal yah. Ayok kita pulang kita lanjutkanya di rumah,"

" Nggak ada lanjutannya sampai rumah aku ingin tidur!"

" Sayang kamu yang mulai duluan dan sekarang kamu harus bertangungjawab,"

" Aku tidak mendengarmu," Teriak Adel yang semakin menjauh. Marvin menggelengkan kepalanya dengan kekehan kecil di bibirnya, lalu mengejar Adel yang mulai semakin jauh.

Lanjut?
Jangan lupa Vote, Komen and Follow akun ku.

Dan kalau suka boleh tambahin ke daftar reading kalian. Biar nggak ketinggalan info😁

STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang