|✧*。☆゚Happy Reading.*・。⊰⊹ฺ|
Januar berjalan santai sebelum teriakan menggelegar milik Bagas menggema, yang tentu buat si sulung itu langsung saja jalankan jurus seribu langkah.
Januar sedang tidak bisa mengobrol dengan Bagas, lebih tepatnya sih si Abang tidak mau tugasnya dicontek si teman laknat. Januar hafal betul setiap nada suara yang diucapkan teman dari bangku SMP-nya itu, dan yang tadi berkumandang adalah peringatan keras jika ingin nilai tugasnya aman sentosa. Karena pak Dimas —dosen yang memberikan tugas itu bilang tidak boleh sama dengan mahasiswa lain baik yang sekelas maupun berbeda kelas, jadi Januar sebisa mungkin menghindari memberikan contekan kepada siapapun.
Belokan di lorong dekat lift Januar tambahkan kecepatan, berhasil masuk ke dalam si kotak besi dengan pintu tertutup rapat sebelum Bagas dapat mencapainya.
Si jangkung itu tersenyum sekilas saat mengatur nafas yang berantakan.
Nggak lama pintu terbuka dilantai yang tepat, Januar kembali ayunkan langkah dan berhenti didepan pintu ruangan yang ditujunya. Ketuk pelan dan masuk saat mendengar sahutan.
"Semat sore, pak!"
"Eum, sore, Januar." Balas sang dosen, "bagaimana? Sudah selesai?"
Januar tersenyum lebar dan mengangguk kecil sebelum sodorkan tugas yang sudah digarapnya dengan penuh tumpah darah itu, jangan lupakan juga perjuangan dia menghindar dari Bagas. Oke itu hiperbola.
"Sudah pak, ini."
"Okay," pak Dimas ambil buku nilainya dan tuliskan huruf A+ di deretan nilai Januar. Makalah bersampul putih hasil si Mahasiswa di ambil lalu diletakan begitu saja bersama makalah lainnya.
Januar langsung melongo, tunggu, makalahnya tidak dibaca? Dan hanya dilirik sekilas sebelum di ambil? Jadi bagaimana bisa Pak Dimas tahu itu tidak sama dengan yang lain? Bagaimana jika ada yang kurang tepat atau salah isinya?
"Tidak dilihat isinya pak?" Januar keluarkan isi pikirannya.
"Memang kamu bikinnya asal-asalan sampe harus saya lihat isinya?"
Otomatis Januar menggeleng, "gimana kalo punya saya sama kayak punya teman saya pak? Kata bapak tidak boleh sama, semua orang harus berbeda isinya."
"Kamu kasih lihat temanmu?" Pak Dimas benarkan letak kacamatanya.
"Ya nggak lah, pak!"
"Ya sudah. Saya lagi sibuk jadi makalahnya saya baca nanti setelah pekerjaan saya yang sekarang selesai, dan kamu kalau tidak ada keperluan lagi silahkan keluar, kecuali kamu mau bantuin saya disini."
"Ada nilai tambah nggak pak?"
"Udah lah pergi aja sana, kalau mau bantu itu yang ikhlas biar dapat pahala!"
Iya sih, tapi Januar lagi perlu nilai tambah di mata kuliah nya pak Dimas ini, soalnya ada satu tugas yang C, dan itu sama sekali nggak bagus buat nilai akhirnya.
"Please lah pak, saya bantuin beneran ini, yang penting nilai saya dinaikin dikit."
Pak Dimas tatap Januar ragu, tapi berakhir mengangguk buat Januar langsung cengengesan dan beranjak duduk rapi di kursi depan meja pak Dimas, siap mengerjakan perintah dari pak Dosen.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Khaiel: Unsent letters
General Fiction|End| Keseharian putra-putri menggemaskannya bapak Ali dan ibu Fara yang tidak selalu lancar dan datar. ------------------------------------------------- Jaehyun, Heejin, Nagyung, Chaeryeong, Yuna ------------------------------------------------- └...