🩺19: Shiloh también tiene corazón 🤟

135 20 5
                                    

|✧*。☆゚Happy reading.*・。⊰⊹ฺ|






Beralih dari sesi curhatnya Vanilla ke Abang, kita beralih ke si bungsu yang lagi murung lagi. Dalam kasus berbeda, bukan karena dia gamon —tapi itu juga termasuk sih. Sebagian besarnya karena dia lagi musuhan sama semua orang rumah.

Kayak mereka tuh ngertiin Shiloh gak sih?! Oke itu agak berlebihan meski emang konsepnya begitu. Shiloh bukannya benci kalo punya adek, dia fine fine aja, tapi masih belum siap kalau privilege anak bungsu hilang beralih tangan dari dia :(

Dan aneh gak sih kalau dia udah Segede ini punya adek lagi? Hihhh, Shiloh ngebayangin nya aja merinding sendiri. Ayah sama bunda udan tua, jadi kecil kemungkinan kan adeknya Shiloh coming soon! Itu Shiloh doktrin dirinya.

Ayo salahkan semua kakaknya dan dukungan ayah akan kehadiran anak baru di rumah ini. Gara-gara mereka Shiloh jadi terus kepikiran, dan sampai menggalau kayak sekarang.

Lagu berjudul Stab terputar, album Bigna ini yang sekarang lagi temani galau nya si bungsu. Tiga menit lebih berlalu, lagu yang diputar beralih ke lagu selanjutnya yang sumpah demi si Abang yang menggantung anak tetangga dia makin galau!

BTBT.

Lagu duetnya Shiloh sama Hamka di acara Agustusan.

Hiks.


SHILOH JADI KEINGET HAMKA!!!!!

Makin gamon Shiloh kalau begini mah.

Sambil cemberut Shiloh stop putar lagunya, terus beranjak keluar dari kamar. Dia mau cari angin di sekitaran kampung, syukur-syukur ketemu cogan terus jatuh cinta terus move on dari Hamka.

"Mau kemana, Za?" Itu tanya ayah yang lagi ngobrol di teras sama pak Entis —ketua RT sebelah.

"Maen." Gak sopan sih karena jawabnya ketus. Tapi Shiloh masih kesel sama ayah yang malah dukung kakak-kakaknya.

"Udah malem loh Za, masuk lagi sana."

Yang disuruh ngegeleng sambil ambil sendal di rak deket garasi, "Males, Eza berangkat dulu, janji pulang dibawah jam sembilan!"

"Jam delapan, Za!"

"Setengah sembilan deh!"

"Setengah tujuh"

"Iya deh, jam delapan!" Eza langsung lari keluar rumah abis nego jam sama ayah. Agak ribet sih jadi anak gadis, Shiloh gak sebebas temen cowoknya yang bisa nongkrong sampe pulangnya bareng sama bapak-bapak yang ronda.

Bisa aja sih Shiloh nekat, tapi ya siap-siap aja baju-baju udah rapi masuk tas dan tergeletak di teras terus pintu rumah tertutup rapat sampe ada tulisan 'yang namanya Shiloh gak boleh masuk!', jadi mending cari aman aja kan.

Eza belokan langkah buat ke pos ronda RT sebelah, nongkrong sama temen-temen kali ya enak nya. Tapi sebelum itu, mari bantu si bibi yang lagi kesusahan!

"Eh, neng Eza." Bibi tetangga itu kaget waktu barang bawaannya berkurang dan jadi ringan, ternyata ulah si cantik anak Bu Fara.

"Eza bantu ya bi?" Shiloh nyengir abis itu bawa alat yang dipakai si bibi ke rumah yang ada tepat dibelakang warung.

"Ini yang terakhir," Shiloh langsung akat tabung gas yang disodorkan, "makasih ya neng!"

The Khaiel: Unsent lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang