🌋29: Dijungjung Lungguh

94 16 11
                                    


|✧*。☆゚Happy Reading.*・。⊰⊹ฺ|





















Putusan akhirnya, Anetha mengundurkan diri.

Yap, mengundurkan diri dari jabatannya. Secara sukarela. Anetha jelas harus membela diri, dia tidak mau di cap sebagai orang yang buruk. Dan disaat pembelaannya selesai, juga didukung beberapa saksi, Anetha dinyatakan tidak bersalah.

Sudah terlanjur sakit hati, Anetha menolak keras saat diminta untuk melanjutkan kembali masa jabatannya, bahkan si sulung kedua itu langsung menyatakan diri keluar dari ekstrakulikuler Jurnalistik.

agak sedih, tapi Anetha pikir ini pilihan terbaik.

Setelah acara perpisahan kecil dengan beberapa anggota, Anetha segera pamit, di depan gerbang sana ada Raja yang sudah menunggu.

"Hai, by. Gimana tadi?" Suara lembut Raja menyapa Anetha waktu si mbak sudah sampai dihadapan pacarnya.

Anetha hanya tampilkan senyum tanpa berniat menjawab, bahkan sampai motor Raja melaju dan terparkir tepat di depan gerbang rumah, Anetha masih belum juga buka mulut untuk bicara.

Raja maklumi, Anetha juga sedang dalam mood yang kurang baik karena masalah si cantik itu. Sambil pasang senyum manis, Raja pamit, mungkin ada saatnya nanti Anetha bakal jawab pertanyaannya tadi.

Kembali ke si sulungnya kembar, Anetha buka gerbang pelan, loyo sekali seperti tidak punya tenaga. Hatinya sudah lega sih, tapi entah kenapa mau badmood saja dia seharian rasanya.

Masuk halaman, Anetha disuguhi kakak beradik yang entah sedang apa. Yang terlihat di matanya, hanya Shiloh yang sedang manyun-manyun di depan si Abang yang membelakangi Anetha. Sudah lah lewatkan, tak penting juga.

"Aneth, pulang." Lesu sekali suaranya. Sampai bunda yang sedang duduk santai di ruang tengah sembari menonton tv tegur dia.

"Anak gadi pulang sekolah kok letoy begitu."

Lagi-lagi Anetha cuman tanggapi sama senyuman. Langkahnya terus dilanjutkan sampai kamar, dan tanpa basa-basi lagi tubuhnya seketika dihempaskan ke kasur empuk di sudut ruangan.

Capek, tapi sesudah ini Anetha bebas.

Okay mari istirahat sebentar dan turun kebawah buat rayakan kebebasan Anetha setelah nanti moodnya membaik.

Hari berubah gelap begitu Anetha membuka mata. Si sulung itu tertidur sehabis mandi tadi. Waktu kesadaran telah terkumpul, Anetha turun ke bawah untuk ikut menyiapkan makan malam.

Di dapur sudah ada bunda, Vanilla juga Ocean. Jika tanyakan si bungsu, tadi Anetha sempat lihat Shiloh sedang di ruang tengah bersama ayah dan bang Januar.

Langsung saja Anetha kerjakan tugas yang sudah bunda beritahukan saat kakinya baru saja menapak dilantai dapur. Hanya mengupas lalu memotong beberapa buah wortel dan kentang.

Selesai dengan pekerjaannya, Anetha duduk di kursi makan sembari menunggu saudaranya datang dan makanan selesai dimasak bunda. Dan acara makan mulai berlangsung.

Hanya beberapa saat, dan semuanya kembali pada kesibukan masing-masing. Sama seperti Anetha yang setelah selesai mencuci piring langsung menghampiri bunda. Dia ingin bercerita.

"Bentar ya mbak, bunda mau setrikain baju buat Eza besok." Satu penolakan dari bunda buat Anetha harus beranjak dan belokan langkah ke taman samping, —menuju ayah.

"Yah, kosong nggak?" Si sulung bertanya, takut ayah yang sedang diam nyatanya sama seperti bunda yang tiba-tiba pergi setelah Anetha utarakan niatnya menghampiri.

The Khaiel: Unsent lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang