|✧*。☆゚Happy Reading.*・。⊰⊹ฺ|
Ayah lagi nongki santai di teras samping waktu Eza turun dari lantai atas. Karena dinding ruang keluarga ke teras samping itu full kaca, ayah bisa liat dengan jelas si bungsu yang lagi jalan di tangga dengan mulut yang nggak bisa berhenti ngoceh.
"Za!"
Yang dipanggil nengok bentar abis itu lanjut jalan ke meja makan.
"Eza!" Sekali lagi ayah panggil sebab respon yang kurang memuaskan didapatnya.
"Hm?" Dijawabnya iya, ditengoknya nggak.
"Judes amat sih lu."
"Hm."
"Ya Gusti, Aeyza!"
"Ih ayah kenapa deh! Manggil-manggil, suka ya?"
"Idih gak ya, gue mah suka nya yang cantik bening kayak bunda, bukan buluk macem lu!" Ayah berdiri dari posisinya, ikutin si bungsu jalan ke meja makan habis simpan gelas kopi yang sudah kosong di wastafel dapur.
"Kenapa sih ini orang tua?!!"
"Lu kenapa sih marah marah?"
"Noh anak ayah, nyebelin banget!!"
"Siapa? Lu? Kan cuman lu anak gue yang paling nyebelin."
"Allohu, ya ngapain juga Eza kesel sama diri sendiri, udah gila kali kalo iya."
"Tapi Za, fyi aja nih, anak gue ampir semua gak ada yang waras."
Eza tatap horor ayah nya, bener sih tapi kok agak jleb juga ya dikatain gak waras sama bapak sendiri, "parah sih sumpah, ini bapak siapa sih? Gue gak punya bapak modelan begini, suer!!! Licin amat tuh mulut bilang Eza gak waras. Aduh harus dilaporin ini, ABANG, ANETHA, MBAK, CECE!!! KITA DIKATAIN GILA SAMA AYAH NIH, AYO DEMOOOOOO!!!!"
"Ih kayak anak kecil, maen nya aduan, nanti pas nyerangnya keroyokan. Huhh, no laik gue!" Ayah kasih jempol terbaliknya buat Shiloh.
"Biarin, yang penting Eza senang." Abis itu Shiloh meletin lidahnya yang dibales lemparan kacang sama ayah.
Beberapa menit terbuang dengan masing-masing sibuk sama dunianya sendiri. Ayah yang fokus sama iPad digenggaman dengan layar yang nampilin kerjaannya, dan Shiloh yang kembali melanjutkan tidurnya di atas meja makan.
Ketenangan selama beberapa menit itu hilang waktu teriakan Anetha yang menyapa seluruh anggota keluarga terdengar, jelas buat heran ayah dan kembali kejutkan Shiloh yang sedang menyelam di alam mimpi.
"Ada yang lagi seneng nih." Celetukan bunda buat Anetha tersipu, gak tau kenapa tapi tiba-tiba pipinya jadi panas dan merah waktu bunda bicara gitu.
Cengiran manis jadi balesan buat pernyataan bunda, si gadis ambil duduk disebelah Shiloh yang udah duduk di kursinya.
"Halah, cuman di chat aja udah gitu, nanti pas ditembak siap-siap asuransi aja, Bun."
"Ih omongannya!"Anetha sentil pelan plum tipis si bungsu, gemes Anetha, saking gemesnya pengen tendang Eza ke Pluto. Heran, gak suka banget liat kalanya seneng!
"Sirik tanda tak mampu, kawan."
"Ih ngapain gue sirik sama jomblo korban ketidakpekaan doi nya, gue mah udah punya pacar bestie, mantan pun bisa dijadiin grup voli."
"Mohon maaf, sis, tapi doi udah mulai peka tuh."
"Di chat begitu aja bilangnya udah mulai peka, saaxiib!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Khaiel: Unsent letters
General Fiction|End| Keseharian putra-putri menggemaskannya bapak Ali dan ibu Fara yang tidak selalu lancar dan datar. ------------------------------------------------- Jaehyun, Heejin, Nagyung, Chaeryeong, Yuna ------------------------------------------------- └...