🪁 25: Di langit lenglang ngapung ngoleang

97 15 11
                                    

|✧*。☆゚Happy reading.*・。⊰⊹ฺ|























"Lo jadian sama si Raja?"

Anetha mengangguk pasti lalu kembali suapkan roti rasa keju coklat ke mulutnya, mengunyah sebentar lalu bicara, "tepat tujuh belas menit yang lalu." Anetha di tembak di jam 10.02 dan sekarang sudah pukul 10.19.

"Lo beneran, mbak? Bukannya Lo bucin mampus sama anak kelas sebelah?" Kali ini Shiloh yang tanya, bener kah? Mbaknya yang satu itu dari kelas sepuluh setia banget ngecrushin Samudra. Lah sekarang tiba-tiba ada kabar jadian sama si ganteng dari deret IPA.

"Beneran, kalo Lo gak percaya tanya aja sama orangnya langsung."

"Lo di pelet ya, mbak?"

"Jaman sekarang mana ada pelet-peletan!"

"Itu buktinya anak sebrang."

"Iya juga sih."

"Atau jangan-jangan Lo lagi tidur pas di tembak, jadi gak sadar gitu?"

"Nggak, gue sadar seribu persen waktu terima dia."

"Kok bisa?" Shiloh bergumam pelan. kepalanya masih memikirkan alasan kakaknya berpaling dari samudra setelah selama dua tahun setengah bertahan menyukai seorang atlet renang. Apa pelet anak IPA lebih kenceng ya? Si Raja emang ganteng sih, sama lah sama si Sam, tapi kok baru sekarang kakaknya lirik dia?

Beda dengan di bungsu yang terus memikirkan segala kemungkinan Anetha terima penyataan cinta dari raja, si tengah justru sedang tersenyum licik.

Rencana Vanilla waktu itu akan dijalankan sekarang. "Congrates, Neth. Semoga langgeng. Jangan lupa PJ nya!" Pemerasan berkedok pajak jadian, Anetha yuhuu siap-siap dompet Lo gue kuras sampe kanker mu kambuh sista.

Vanilla langsung berdiri dan pergi ke salah satu pedagang di kantin. "Bi, bihun gulung isi lima, empat bungkus, yang bayar nanti Anetha." Si tengah langsung pesankan camilan untuk mereka. Beranjak ke pedagang di sebelah, Vanilla pesankan empat makanan berat dan empat minuman dengan harga maksimal.

Berterimakasih lah kepada Vanilla adik-adik, sudah pesankan semua makanan kesukaan mereka dan yang terpenting secara gratis, dibayar oleh Anetha semua soalnya!

"Wait, Lo pesenin kita semua ini?"

"Yap!" Vanilla mengangguk mantap.hanya tiga rupa makanan dan dikalikan empat untuk empat orang, totalnya dua belas.

"Subhanallah sekaliiii..." Anetha tercengang lihat deretan makanan mahal yang ada di kantin ini.

"Dan, makasih Aneth, udah bayarin kitaaaa!!!"

"Beneran, mbak?"

"Yoi!"

"Wihhh, thanks kakakkuh!!" Shiloh peluk singkat Anetha sebelum makan makanan yang sudah tertata di meja mereka.

"Semua ini, Nibiru?" Anetha membatu sesaat. Otak pintarnya mulai kalkulasikan harga semua makanan di meja mereka ini.

Okay, dimulai dari telur gulung, lima ribu perbungkus dikali empat hasilnya dua puluh ribu. Lalu mie dengan bakso ukuran sedang ber-harga delapan ribu, dikali empat jadi tiga puluh dua ribu rupiah. Dan terakhir jus mangga, lima ribu per cup karena Vanilla beli ukuran sedang.

Dan total uang yang harus Anetha keluarkan untuk membayar semua makanan ini adalah tujuh puluh dua ribu, dong! Bangkrut dalam sesaat ini judulnya. Dasar adik gak ada akhlak, ini namanya ngerampok bukan minta pajak jadian anjir!

"Anjir anjir, duit gue hari ini habis dong?!"

"Itu nasibmu, kembaran jelek ku!" Vanilla dengan mulut kurang ajarnya. Bukannya ikut ringankan beban pembayaran malah ngatain.

The Khaiel: Unsent lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang