📔28: Minang Saraya

96 18 6
                                    

|✧*。☆゚Happy Reading.*・。⊰⊹ฺ|





"Katanya anak jurnal rapat pemilihan ketua baru, Nan?"

"Hooh, gue juga mau kumpul nih abis ini."

"Tapi harusnya masih lama ya, tiga bulanan lagi?"

"Iya bener, tapi buat sementara aja sih, sampe pemilihan benernya sebelum Sertijab nanti..."

"Kenapa diganti? Si Anetha bukan sih ketuanya?"

"Iya, ya Lo tau lah, kalo kepilih cuman karena tampang, kinerjanya pasti dipertanyakan."

Anetha langsung tersadar dari lamunannya waktu dengar suara bisik bisik dari luar jendela kelasnya. Si sulung ke dua itu tumpukan kepala dia atas lipatan tangannya.

Kabarnya udah ke sebar, eh?

Anetha cuman bisa Hela nafas, inginnya bungkam orang yang bicara menjurus ke dirinya seperti barusan. Karena tampang? Kinerjanya gak bagus? Anjing banget, mereka lupa semua pengorbanan Anetha.

Padahal jika ditengok ulang, bukan Anetha yang mencalonkan, tapi sebagian besar anggota Jurnalis yang dukung dan minta ke pembina agar Anetha dicalonkan jadi ketua.

Dan setelah terpilih, Anetha sebisa mungkin menjadi pemimpin yang baik dan bertanggung jawab, sampai banyak yang Anetha korbankan buat sebuah ekstrakurikuler yang hanya berisi 5% murid di sekolah ini.

Banyak hal yang terlewat karena Anetha harus menjalankan tugas menjadi seorang pemimpin. Anetha sekarang hanya bisa tertawa miris, menyesal juga mengiyakan dulu. Jika disaat ada yang lebih baik, dia diturunkan dari tahta dengan tidak terhormat.

Hanya satu kesalahan Anetha. Dia lupa memerintahkan anggotanya untuk print foto acara penutupan bulan bahasa kemarin. Anetha terlalu sibuk melakukan editing naskah berita untuk dipajang di Mading.

Sepele gak sih?

Anetha sempat marah, because like 'ini orang-orang apa gak punya inisiatif sendiri?' sampai apa-apa harus diperintah, harus dalam pengawasan, dan harus selalu di bantu Anetha. Mengedit naskah saja sebenarnya tugas milik Clarissa dan tim editing, jelas bukan Anetha. Tapi malah si sulung ke dua itu yang harus menyusunnya. Hey, Anetha punya banyak kesibukan, bukan hanya di jurnalistik saja!

Masalah besar sebab banyak yang mendebat Anetha, harusnya ketua begini lah, harusnya begitu lah. Lalu gunanya anggota buat apa, kalau semuanya harus Anetha sebagai ketua yang kerjakan.

Sebab tidak enak di salahkan Anetha —padahal mereka pun ada andil dalam kesalahan Mading itu, sebagian besar anggota mengajukan penurunan Anetha dari jabatan ketuanya.

Anetha bakal seneng sih kalau secara suka rela mengundurkan diri, atau di turunkan karena memang sudah waktunya, dia gak akan pusing lagi sama urusan ekstrakulikuler dan bisa fokus sama pelajaran. Tapi masalahnya ini dia di pecat, juga kabar menyebarnya kalau Anetha adalah pemimpin yang buruk.

"Oy, ngantin gak lu?!"

Si sulung itu jelas nafas pelan, lalu berjalan gontai menuju keluar kelas. Vanilla menunggu di depan pintu, tunggu Anetha buat ke kantin bareng. Jangan sia-siakan perjuangan si adik yang sudah berjalan jauh dari kawasan IPA ke IPS, jadi mari bersemangat sebentar sebelum hadapi keputusan di rapat pulang sekolah nanti.

"Huuuu lamaaaaaa!!" Protesan si bungsu yang pertama kali sap Anetha waktu masuk kantin. Bibirnya sedikit terangkat, hadirkan senyum kecil sebelum pukul pelan lengan atas Shiloh.

"Ya salah siapa, katanya gak bakal ada yang ke kantin, lah tiba-tiba si Vani nongol di kelas gue."

"Iya, salahin aja gue, gue emang salah, gue masalahnya. Sorry deh gomen." Shiloh berdiri dari duduknya, dan membungkuk sembilan puluh derajat, lalu kembali duduk setelah beberapa detik kemudian.

"Dan sebagai, tanda maaf Eza, beliau akan traktir kita makan kali ini."

"Wah, berita yang bagus."

"Bagus sekali sampe gue rasanya mau pukul Lo, mbak."

"Coba aja kalo berani, dek."

Jelas Shiloh gak akan berani. Selain karena kurang sopan, dia juga agak takut sama Vanilla yang sudah pasang senyum manis diselipkan seringaian tipis.

Gak sadar, Anetha tertawa kencang. Gak ada yang lucu, tapi Shiloh yang ternistakan adalah lawakan yang paling top buat naikan moodnya. Dalam artian, Anetha jadi sedikit bahagia setelah bertemu para saudarinya, selalu ada aja yang bisa naikan mood.

Tapi ssstt, jangan ada yang bilang apa-apa ke mereka bertiga. Apalagi si Shiloh, bisa besar kepala nanti dia.

"Btw, alias by the way, Lo... Okay?"

Anetha letakan pelan garpu nya diatas meja pleas, tapi timbulka. Suara yang cukup keras, "saudaraku sekalian, Anetha si cantik imut ini sedang tidak ingin membahas itu, jadi bisakah kalian tidak bertanya?"

Si tengah rapatkan bibir, tangannya terangkat rendah, "sorry, Neth." Vanilla jadi merasa tidak enak, melihat raut wajah si kakak yang keruh buat dia sedikit merasa bersalah. Ingat hanya sedikit.

"It's okay adikku."

Anetha yang kalem tanda bahaya, si sulung kedua itu dijamin sedang menendang amarahnya. So, jangan bergerak dan bicara sekecil apapun Shiloh, jika tak ingin gunung Semeru meletus saat ini juga. Itu batin si bungsu.

Tapi—

Ya selalu ada tapi bukan?!

Shiloh sangat penasaran, dan tentu saja ingin tanyakan suatu hal pada kakaknya itu. Okay, untuk menghapuskan rasa penasarannya mari tanyakan. Pertama berdoa terlebih dahulu, lalu tarik nafas yang panjang, dan—

"Kak, Lo beneran okay harus turun gitu? Maksud gue, kayak ini tuh—"

Brak!

Dug.

Krak.

Ya, semoga Shiloh selalu berada dalam lindungan Yang maha kuasa. Ingatkan Vanilla untuk marahi si bungsu nanti, jika perlu bor telinganya agar mendengar dengan jelas apa yang kakak-kakak nya katakan!

Bebal sekali, sudah diperingatkan masih saja berani bertanya.

Attention!
DIJUAL ADIK MENYEBALKAN, PERAWATAN GAK RIBET, CUMAN DI KASIH MAKAN MINUM AJA HIDUP!
Vanilla beri gratis ongkir untuk seluruh wilayah Pangalengan. Packing aman, diantar langsung bang Januar nanti.













|✧*。☆゚tbc.*・。⊰⊹ฺ|







This is Raja semuanyaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


This is Raja semuanyaaa..

Holla hollaa
Long time no see!

Apa kabarnya
hari ini?
Semoga selalu baik ya!

See you di next chapter!

Double up nya nanti
ya kawan-kawan. 🙏

(2022128,21:28)

The Khaiel: Unsent lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang