🌤️2: Ochtend routine

303 39 7
                                    



|✧*。☆゚Happy Reading.*・。⊰⊹ฺ|















"Oke, anak-anak ayo pada duduk dulu," Bunda arahkan semua anaknya buat duduk manis di kursi masing-masing dan memakan sarapannya dengan tenang. "acara debatnya lanjut nanti ya sayang-sayangnya bunda."  Lalu lerai si sulung kembar dan si bungsu Khaiel dari perdebatan kecil mengenai kaos kaki yang hilang dari tempatnya karena dipinjam oleh si bungsu.

Disaat semua sudah duduk manis dengan menu sarapan yang sudah siap sedia untuk dimakan, ayah ingatkan semua anaknya buat berdoa terlebih dahulu sebelum menyuapkan makanan ke mulut.

"Yah," Eza kedipkan mata beberapa kali waktu ayah nengok dan tatap dia. Ini anak lagi ada maunya, tapi ngodein dulu dan semoga ayah peka.

Jauh dari ekspektasi, Ayah malah tatap Shiloh aneh, "lu kenapa Za? Kelilipan?"

Hhhhh, mengharapkan ayah peka emang agak susah. Beda lagi sama bunda yang cepat tanggap dan langsung ucapkan balasan atas tingkah Shiloh.

"Gak ada, kan udah bunda kasih kemarin, sekarang jangan minta lagi sama ayah. Perjanjiannya, seminggu sekali dan itu pun kalo Eza nggak bertingkah."

Eza lagi butuh uang lebih buat nambahin modal dia beli album Treasure yang baru. Cuman kurang lima puluh ribu aja kok, tapi bunda menolak secara langsung.

Dan soal perjanjian, iya Eza buat kesepakatan sama bunda juga ayah. Kalo dia disekolah gak nakal, gak bandel terus nurut sama kakak kembarnya dan gak ada laporan apapun tentang tingkah dia, Shiloh dapet uang jajan lebih dari bunda. Tapi jatahnya seminggu sekali, dan yang Minggu ini udah dikasih kemarin.

Tapi masalahnya uangnya masih kurang. Pengennya sih cepet-cepet order, biar makin cepet juga dia unboxing albumnya, tapi apa daya?

Selesai sarapan semuanya pindah ke teras depan buat pakaikan sepatu di kaki masing-masing sebelum berangkat ke kampus atau sekolahnya.

Ayah sudah berangkat dari beberapa menit lalu, pamit paling dulu karena ada rapat setengah jam lagii dan jarak dari rumah ke kantornya habiskan waktu dua puluh menit, lumayan mepet jadi ayah buru-buru berangkat dari pada telat. Contoh buruk buat karyawannya kalau ayah datang gak tepat waktu.

"please ini mah Bun, Abang gak mau nganter si Eza!!" Berbeda dengan sang kepala keluarga, di jam ini Abang Januar masih ngerengek ke bunda supaya nggak nganter si bungsu ke sekolah, apalagi bareng sama Ganetha, bisa-bisa mobilnya malah berakhir di bengkel.

Eza sama Ganetha itu kesatuan yang cocok buat bikin Januar stress tingkat akhir, kelakuan ajaib Eza disatuin sama ide gilanya Ganetha bakal sukses bikin niat untuk menjual mereka ke tukang rongsokan meningkat.

Kalo di hari biasanya Januar akan mengantar Ganetha dan Oceana, hari ini dikarenakan Vanilla sedang sakit dan Oceana dijemput temannya, jadilah si bungsu tidak ada yang mengantar. Ikut ayah jalurnya beda, mau minta antar bunda lebih efisien bareng Januar dan Ganetha.

"Ayolah bang, sehari aja, ya ya ya?" Dengan jurus puppy eyes-nya Eza akhirnya Januar mengangguk lesu.

"Tapi dengan satu syarat!" Jawab Si Abang cepat-cepat dan tatap adiknya kemusuhan.

"Apa? Mintain nomor teh Bunga? Cetek itu mah, mau sekarang juga bisa!" Sombong Eza dengan semangat. Abang nya itu suka sama tetangga depan rumah, awalnya nggak ada yang tahu sampai Eza yang sengaja ngintilin abangnya karena misi dare dari anetha, liat si Abang suka diam-diam perhatiin Teh Bunga yang tiap sore siram tanaman dihalaman rumahnya.

The Khaiel: Unsent lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang